Belum
banyak yang mengenal Kabupaten Pesisir Barat dengan baik. Pun bagi penduduk
Lampung sendiri. Padahal, kabupaten muda yang baru memisahkan diri dari Lampung
Barat ini menyimpan berjuta potensi yang luar biasa. Di samping lokasinya yang
terkenal rawan bencana karena tanah yang labil, pantai dan tebing di sepanjang
Bukit Barisa, Pesisir Barat justru merupakan tempat favorit bagi para turis
mancanegara.
Tak lain
tak bukan ya karena di sana ada Pantai Tanjung Setia yang sudah tersohor
sebagai lokasi surfing yang baik.
Apalagi sekarang ditambah dengan tenarnya Pulau Pisang ke seluruh penjuru
dunia, jadi makin banyak orang yang berdatangan.
Sebenarnya
ada banyak lokasi wisata di sana, sebut saja wilayah Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan (TNBBS) yang juga tersedia camping ground, ada konservasi
penyu, lanjut ke utara semakin banyak pantai di sepanjang sisi kiri jalan,
sebut saja Labuhan Jukung hingga Pantai Batu Tihang. Selain wisata pantai yang
seperti tak berujung hingga sampai ke Provinsi Bengkulu, Pesisir Barat juga
memiliki lokasi wisata ziarah seperti Goa Matu yang dianggap keramat dan salah
satu makam di Kecamatan Lemong.
Yang nggak
kalah eksotis dan menjadi warisan dunia di Pesisir Barat adalah repong damar. Repong atau bisa juga diartikan sebagai
agroforestri yang terdiri atas pohon damar berusia puluhan hingga ratusan tahun
merupakan kekayaan alam dan budaya masyarakatnya yang membuat Pesisir Barat
mendapatkan status Kawasan Dengan Tujuan Istimewa (KDTI).
Makan Malam di Krui
Kami smpai
di Pesisir Barat masih pagi karena ngebut dari Bandar Lampung dan jalanan
lumayan lengang. Jam lima setelah subuh kami berangkat dari Bandar Lampung, jam 9.30 kami sarapan di Rumah Makan Ajo Simpang Raya di Jl Raya
Lintas Barat, Bengkunat. Sebenarnya saya kurang suka makan di sana. Belm lagi
di sana kebanyakan yang makan adalah sopir-sopir truk besar lintas sumatera. Saya
lebih suka makan di RM Prambanan di Pasar Minggu Kec. Ngambur.
Setelah nyasar
berkilo-kilo meter ke dalam kebun sawit,
akhirnya kami ketemu dengan kampung yang kami tuju. Pekon Ulok Mukti. Maklum aja,
terakhir saya ke sana 2014 dan itu sendirian, kawan-kawan saya yang lain terakhir
ke sana 2013. Saya pikir wajar aja kalua
nyasar.
Di sana
kami dikasih hidangan sambal jengkol dan sayur lodeh. Kawan-kawan saya emng
pemakan jengkol, pete, dan jaling, tapi sepertinya kali ini kurang cocok bagi
mereka. Kalua buat saya sih emang nggak cocok banget. LOL. Saya msih prefer
makan pakai telor ceplok daripada harus sekedar mengharga susahnya nyayur
lodeh. Kawan saya makan jengkol untuk ngilangin bau pete tadi pagi, pete tadi
pagi dimakan untuk ngilangin bau jaling malam sebelumnya. Gitu aja terus mereka
mah.
Karena makan
di rumah warga hanya sebagai syarat aja, maka saya emang udah bercita-cita
untuk makan enak di Krui. Sebenarnya ada rumah makan pindang sebelum pasar
Krui, tapi nggak nemu. Akhirnya makan sate langganan. Lupa nama tempatnya, lupa
juga nggak difoto karena saking laparnya. Yang jelas di sana ada sate kambing dana
yam yang ukurannya besar, sop, dan lain-lain. Kalua beli sate, dikasih sop
juga.
Awalnya kami pengin maksain untuk berangkat ke Pesisir Utara malam itu juga. Tapi kondisi badan dan cuaca yang kadang hujan nggak memungkinkan untuk kami pergi ke sana. Padahal saya udah ngebayangin makan di pinggir Sungai Laay. Meski pada keesokan paginya kami tetap makan di sana, makan pagi di RM Ceria di Kecamatan Karya Penggawa sembari menikmati keindahan Sungai Laay.
Menginap di Hotel Janitra
Hari itu
hujan, kami belum memutuskan mau nginap dimana sementara perut juga udah
kenyang. Waktunya tidur. Hingga akhirnya kami menyusuri jalanan Krui dan
kebetulan bertepatan dengan liburan natal, jadi penginapan pada penuh. Akhirnya
kami ke Hotel Janitra.
Sebenarnya
ini bukan pengalaman pertama saya menginap di hotel berkonstruksi bamboo ini.
Di kunjungan saya yang keempat ini, Hotel Janitra Nampak sangat nggak terawat.
Beda dengan beberapa tahun silam, saya sangat terpesona dengan penginapan ini.
Hotel kecil ini menyediakan kamar-kamar dengan tiga area bersosialisasi. Ada di
bawah kamar di dekat.
Pertama
kali saya ke Hotel Janitra, saya menginap di lantai dua. Untuk bisa mencapai
kamar yang full dindingnya terbuat dari bambu ini, saya harus melewati tangga bamboo.
Furniturnya mulai tempat tidur, meja, kursi hingga lemari semuanya terbuat dari
bambu.
Berikutnya
saya selalu tinggal di kamar lantai bawah. Ornamennya masih sama, bambu, tapi
bedanya ini menyatu dengan rumah utama sang pemilik hotel yang seorang dokter. Lantai
kamar yang berupa kayu dan dinding geribig membuat suasana kamar begitu hangat.
Di bagian hotel yang ini terdapat tivi yang lebih besar dan juga rak berisi
buku-buku impor. Lumayan buat hiburan.
Perjalanan ke Pesisir Utara
Pesisir Utara
adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pesisir Barat. Dari Krui, kami butuh waktu nggak sampai dua jam untuk ke sana. Tujuan kami adalah
melakukan investigasi terkait illegal logging di hutan produksi yang setelah
kami datangi hutan tersebut lebih layak dikatakan sebagai hutan lindung karena vegetasinya
dan kemiringan tanahnya.
Yang menarik
bagi saya setiap akan melakukan investigasi ke sana adalah bahwa kerja keras
saya menempuh perjalanan akan terbayar dengan keindahan alam yang luar biasa
hebatnya. Sawah di pinggir pantai, hutan, hingga barisan pohon-pohon kelapa
yang menari-nari. Bagi saya itu hiburan tersendiri. Padahal nggak jarang setiap
ke sana saya pasti mabuk kendaraan karena sopirnya terlalu bernafsu pengin jadi
stuntman di Fast and Furious.
Oh iya,
bagi yang pernah ke Pulau Pisang, biasanya akan nyebrang via Way Heni,
Kecamatan Bengkunat. Tapi dari Pesisir Utara, penyeberangan ke Pulau Pisang
konon hanya memakan waktu 15 menit saja.
Yang mengharukan dari setiap perjalanan saya ke Pesisir Barat ini adalah cerita di balik kehidupan masyarakatnya. Tentang bagaimana mereka mempertahankan tanah leluhur, merawat kebun, hutan hingga lautnya. Semuanya bisa mereka lakukan selama berpuluh-puluh tahun hingga modernitas dan investor mengendus kekayaan alam mereka dan akhirnya semua petaka itu dimulai.
(to be contunued...)
Hotel Janitra
Jl Jaya
Wijaya PKM3, Kp. Jawa, Kui
(0728)
52024/081366138884
Rate Rp.
150.000 (average)
RM Ajo Simpang Raya
Jl Lintas Barat Kec. Bengkunat Belimbing
081266326622
Menu: Masakan minang
RM Ceria
Jl Lintas Barat, Pekon Laay, Kec, Karya Penggawa
085279796992
Menu: Pindang ikan blue marlin, udang, aneka sayur dan kalau pagi ada nasi uduk dan lontong sayur, siangnya pecel.
Wow, medannya lumayan juga ya, tapi pasti seru banget
ReplyDeleteSeruuuu! Apalagi kalo Tablog ke sana rame2 :D
DeleteMantap :D
ReplyDeleteDuh, seru banget si ceritanya :D
ReplyDeleteSalam,
Rasya