Pamor
Yellow Truck mungkin nggak terlalu asing bagi orang-orang yang tinggal di kota
besar. Dan amazingly, mereka hadir juga di Lampung awal tahun ini. Saya sempat
dapat bad review soal Yellow Truck Bandung, tapi entah kenapa saya penasaran
pengin nyobain Yellow Truck yang berlokasi di Jl ZA Pagar Alam ini.
Lokasinya
gampang banget dijangkau oleh kendaraan umum baik Trans Bandar Lampung maupun
angkot Raja Basa – Tanjung Karang. Memang nggak terlalu mencolok kecuali warna
kuningnya, tapi be aware aja kalau berada di sekitar Ratu, Pascasarjana UBL,
Akper Pancabakti, nah Yellow Truck ada tepat di seberang counter Oraqle.
In frame: Mbak Nia |
Kopi
Pertama
kali saya datang bareng Mbak Nia setelah pulang dari kampusnya. Saya yang emang
cuma pengin dibuat fresh nggak pesan macem-macem. Waktu itu kopi yang dipake
kopi bone. Saya pesan espresso dengan rasa yang just so so. Mbak Nia vanilla
late yang katanya rasanya susu banget. Hehe. Entahlah.
Kedatangan
saya yang kedua sekitar beberapa minggu setelah itu. Saya pesan americano. Yah.
Not bad.
Baca juga: El's Coffee: Bawa Tumblermu, Nikmati Kopimu!
Baca juga: El's Coffee: Bawa Tumblermu, Nikmati Kopimu!
Untuk yang
ketiga kalinya saya datang bareng HB yang kebetulan lagi super baik banget
karena bersedia nganterin saya kesana kemari padahal doi baru aja datang ke
Lampung kemarennya. Dia yang sakaw pesan americano, katanya enak. Saya
penasaran. Dan ternyata emang beda dengan yang saya cicip beberapa bulan lalu.
Lebih ‘nonjok’ aja gitu. Tapi HB masih aja kurang, akhirnya dia pesan espresso
double shot karena single originnya cuma ada bone dan apa gitu. Dan saya amaze
banget ngeliat kremanya ngambang, tebal dan lembut banget pengin diliatin terus
sambil dicium-cium. Harum dan sayang banget buat dirusak.
Saya
sendiri cuma pesan flat white. Yang juga wangi dan enak. Perpaduan susunya juga
pas gurihnya. Buihnya tebal banget sampe bersisa walau udah diminum. Latte
art-nya juga nggak rusak meskipun cuma sekedar bentuk hati. Buihnya konsisten
dan lembut banget.
Tempat
Tempat
yang juga berarti furnitur, desain eksterior dan interior memang sangat
diperhitungkan oleh sang owner. Just so you know yaaaa... di Yellow Truck ini
ada beberapa mural yang dibuat oleh orang-orang berbeda. Ya kalo saya nggak
salah narik kesimpulan sih itu karena inisial di bawah muralnya beda-beda.
Haha. Sotoy banget ya gue.
Nah
kerennya meja bar ditaruh di tengah ruangan. Beda dari yang lain. Di sana ada
smoking room yang berada satu ruangan dengan meja bar dan ada juga di bagian
outdoor di teras kedai dan di samping parkir motor. Ada juga ruangan ber-AC di
dalam. Yellow truck juga menyediakan dua toilet yang nyaman dan bersih.
Soal
pemilihan warna emang kedai ini konsisten dengan warna kuningnya yang konon
emang warna yang memberikan kenyamanan dan nafsu makan. Thats why kebanyakan
tempat makan atau minum warnanya kuning, orange, atau merah. Lebih bikin nafsu
gitu.
Ada yang
saya kurang suka. Bentuk meja kursinya. Ya kalo meja okelah, tapi kalo kursi
sih... no. Saya nggak nyaman duduk di kursi kayak gitu. Terkesan kurang hommy
dan justru lebih ‘serius dan kaku’. Kalo untuk ukuran kedai sekelas Yellow
Truck mah saya kurang nyaman.
Di
kunjungan saya yang kedua, saya kopdar bareng kawan-kawan aktivis media sosial
di Lampung. Karena yang datang lebih dari lima orang, jadi agak wagu gitu muter
dan nggeser-nggeser kursi. Ngobrolnya juga kayak di ruang tunggu terminal. Itu
sih menurut saya. Nggak tau menurut yang lainnya.
Karena di
Yellow Truck ini wifinya lumayan bagus, saya selalu menyempatkan untuk buka
laptop. Sekedar browsing, blog walking, atau update blog. Bagusnya sih memang
saya menemukan beberapa stop kontak di dinding kedai ini. Cuma saya nggak
nyaman aja kalau duduk berlama-lama di sana.
Dan satu
lagi, saya selalu gagal paham dengan kedai, kafe, restoran you named it yang
suka nyetel musik keras-keras. Saya jadi gagal fokus untuk ngetik dan juga
nggak nyaman untuk ngobrol. Annoying. Termasuk di Yelow Truck ini. Saya datang
dengan Mbak Nia untuk mendengarkan curhatnya. Kemudian saya kopdar bareng
kawan-kawan selebtwit dan selebram serta traveller dan photographer juga buat
ngobrol dan saling tukar ilmu dan pengalaman. Saya dan HB jadinya malah
diem-dieman. Saya datang bareng HB untuk melepas penat setelah muter-muter
seharian dalam perjalanan panjang dan butuh tempat pacaran sambil ngeblog.
#apeu
Harga
Ini adalah
hal yang sangat penting yang suka jadi pertimbangan saya pengin datang lagi
atau enggak ke suatu kedai. Maklumlah,
saya kan bukan dari kalangan ningrat dan menurut saya kalo masih banyak kedai
yang budgetnya wajar ngapain musti datang ke kedai mahal dengan rate kepuasan
yang sama atau malah di bawahnya. Saya mah bukan orang yang senang mengincar
prestise, tapi mengejar prestasi mah iya. *Apasih*
Dan
sialnya Yellow Truck ini menawarkan harga menu yang sangat-sangat wajar. Bahkan
sejak pertama buka di awal tahun sampai kunjungan saya yang pekan lalu, harga
espressonya tetap sama. Jadi yah nggak keberatan deh datang ke sana lagi.
Meskipun
ada tax 10% tapi saya pikir total harga yang harus dibayar oleh konsumen masih
masuk akal. Saya sih memang belum pernah pesan makanan berat di sana karena
memang niatnya untuk ngopi dan nggak boleh ternoda oleh niat mengisi perut yang
kelaparan. Kecuali french fries yang memang sewajarnya jadi teman ngobrol, atau
satu slice banana cake yang dibandrol Rp. 15.000-an.
Wow, sepertinya sangat asik sekali saat di nikmati
ReplyDeleteAkkesAskep