Sudah hampir dua tahun saya tinggal di rumah mertua yang letaknya persis bersebelahan dengan sungai kecil. Awal-awal menetap gak kepikiran bakal ngalamin banjir, namanya juga manten baru yak, haha, heppiii terus.
Masuk akhir tahun, saya pun mengalaminya, hujan
menderas dalam kurun waktu 4 jam non stop, merata seluruh Medan, air sungai pun
meluap dan masuk ke dalam rumah pelan tapi pasti. Saya shock, panik nyelametin
barang, suami mah nyante banget T_T karena udah terbiasa, nah kalo sayaaa…?
Di tahun 2014 saja sudah dua kali saya alami
banjir, masuk tahun 2015, lebih parah, dua kali lipat, 4 kali kami alami
kebanjiran. Tahun 2016, awal Februari banjir kembali menyapa.
Oh ya Allah, kalau sudah banjir menghampiri, yang
paling saya cemaskan adalah kondisi si kecil T_T yang masih bayi.
Dengan bencana banjir yang sering saya alami,
membuat saya teruuss berpikir, pasti ada hikmah kenapa Allah menjodohkan saya
dengan suami yang sudah hampir 14 tahun memilih tinggal disini walau sadar
bakal disinggahi banjir.
Nah, sejak itu ada sebuah tekad dalam hati saya
untuk memulai gerakan sungai bersih, dimulai dari edukasi kepada keluarga
sendiri dan warga yang tinggal satu lorong dengan kami, di Lorong Bersama.
Adapun edukasi sederhana yang sudah saya lakukan
terutama kepada keluarga saya adalah membiasakan untuk membakar sampah kering,
dan jangan lagi membuangnya ke sungai.
Saya paling sedih kalau mendengarkan argument
keluarga saya bila saya mulai cerewet kalau mereka buang sampah ke sungai.
“Kek mana lagi kak, semua pada buang sampah ke
sungai?”
Lalu saya jawab,
“Lah, kalau setiap orang punya pemikiran yang
sama, sungai ini bakal jadi sungai yang dipenuhi sampah, kalau gak kita yang
mulai siapa lagi?”
Gak mudah, amat sangat gak mudah mengedukasi
keluarga sendiri, konon lagi mengedukasi satu lorong yang memang sudah terbiasa
buang sampah ke sungai. Gak tobat apa ya sudah ditegur Allah dengan banjir
berkali kali eh masih saja buang sampah. Duh Gusti Allah, ampunkan kami.
Waktu masih hamil Khalil, saya rutin jalan pagi
sepanjang komplek Lorong Bersama, kemudian saya berpas pas an dengan tetangga
saya, seorang ibu menggendong anak bayinya, sebelah tangannya menggenggam
bungkusan hitam, sebelah lainnya menggenggam lengan anaknya yang masih balita,
berjalan ke arah sungai, dan sudah tahu lah ya ibu itu mau ngapain? Ya buang
sampah pospak anaknya ke sungai. Miris hati saya, dan itu dilihat oleh
anak-anaknya, dapat dipastikan someday
anaknya juga akan lakuin hal yang sama.
Dan sampai sekarang saya gak abis pikir dengan
isi otak orang yang tega buang tikar usang ke sungai, kasur busuk ke sungai,
bahkan ayah saya ( sebelum nikah saya tinggal dekat sungai juga, tapi sungai
besar dan lebar, Alhamdulillah gak pernah banjir) pernah lihat bangkai sapi lewat di bawa arus
sungai, kan ini gila!
Saya hampir hopeless
sepertinya saya sendiri yang mau sungai kecil di samping rumah saya ini bersih?
Adapun yang sudah sadar yakni tetangga di samping kiri kanan saya, mereka
kadang bakar sampah rumah tangganya di lahan kosong, tapi sesekali mau juga
buang sampah ke sungai T_T apalagi sampah kotoran udang atau ikan. Kalau
tetangga yang di mulut lorong mah, cuek beibeh, jangankan sungai kecil, parit
kecil di depan rumah mereka pun tak terjamah mereka untuk mereka bersihkan. T_T
Gatal tangan saya ingin mencangkul sampah jajanan anak mereka yang turut
menyumbat jalannya air di parit kecil mereka, tapi apalah daya, saya belum
cukup berpengaruh di lorong ini. *mau jadi seleb lorong, bwahaha
Saya sampaikan keresahan saya ini ke suami,
solusinya harus sistematis dan prosedural
serta kuat mental haha dan ia
dukung beberapa ide saya:
1. Membuat
spanduk yang berisikan himbauan untuk tidak buang sampah, spanduk ini
rencananya akan dipasang di antara pepohonan dekat sungai, semoga gak nyakitin
pohon ya, mau pasang plang, mesti nabung, atau khawatir ngurus izinnya susah.
Yang jadi pertimbangan saya, biar spanduk ini legal, sepertinya saya harus izin
dulu dengan keplor. Terus kira kira apa ya redaksi yang pas untuk dicantumkan
di spanduk, supaya memberikan efek sadar?
2. Buat proposal
pengajuan permohonan ke pejabat di lingkungan saya agar memfasilitasi dan ikut
dalam usaha ciptakan sungai bersih, apakah itu dengan solusi memperlebar
sungai, membersihkan sampah, atau dengan melakukan edukasi kepada warga berupa
kampanye ciptakan sungai bersih, bebas sampah. Bisa jadi selama ini pejabat di
lingkungan saya gak ngerasain banjir, jadi gak responsif.
3. Gaet Komunitas Pecinta Sungai Bersih
Sepertinya di
Medan udah ada, tapi masih fokus ngebersihin sampah di Sungai Deli, sungai
terkenal di Kota Medan, belum menyebar untuk turut membersihkan anak anak
Sungai Deli, kayak sungai kecil di samping rumah.
Sejauh ini saya belum
ada berkomunikasi dengan komunitas-komunitas tersebut, tapi saya optimis,
keberadaan komunitas seperti mereka mesti didukung, karena bisa jadi partner
pemda atau pemko juga kan dalam menciptakan sungai bersih di Medan.
Lega rasanya, setelah menuliskan tentang tema
sungai bersih dalam rangka meramaikan Giveaway Blogger Peduli Masa Depan yang
dicetus Mbak Rinda. Mohon doa dari semua, tiga rencana besar saya di atas untuk
ciptakan sungai disamping rumah saya bersih, jauuuuh dari keniscayaan untuk
terwujud segera dikarenakan keterbatasan saya sebagai mamah muda beranak satu,
tapi saya yakin, gak ada yang gak mungkin. Allah cinta kebersihan, kebersihan
sebagian dari iman, Allah pasti bantu ikhtiar saya dan keluarga saya ini.
Meskipun begitu, di tengah kecemasan bahwa
sewaktu waktu banjir bisa datang tanpa diundang, ada banyak hal yang saya
syukuri, keluarga saya sangat menomorsatukan kebersihan rumah, sadar bahwa
lingkungan rentan banjir begini berisiko banyak mendatangkan biang penyakit,
maka makmer selalu memastikan rumah dan lingkungan sekeliling rumah dalam
keadaan bersih.
Sebulan sekali rumput yang memanjang di lahan
kosong dibabat oleh Adik bapak mertua saya, kemudian kami bersama sama
membersihkan sisa-sisa potongan rumput dan sampah-sampah yang tertinggal karena
dibawa aliran sungai pada banjir banjir sebelumnya.
Penulis:
Nurul Fauziah
Twitter :
@nufazee
IG :
@nufaz3e
Facebook :
Nurul Fauziah
Url Blog :
www.nufazee.com
No comments
Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<