Pinjam dari empunya mascholik.wordpress.com |
Judul : Dahsyatnya Ibadah Haji, Catatan Perjalanan Ibadah di Makkah dan Madinah
Penulis : Abdul Cholik
Penerbit : PT.Elex Media Komputindo
Tahun : 2014 (Cetakan Pertama)
ISBN : 998141907
978-602-02-4810-3
Jumlah halaman: ix+233 halamanHarga : Rp. 48.000
Sinopsis
Buku
ini terlahir dari pengalaman perjalanan haji sang penulis bersama istri pada 2006/2007
silam. Tujuannya tentu tak lain agar pembaca mendapatkan gambaran situasi di
tanah suci. Dengan demikian segala kemungkinan dapat dicegah dan diatasi oleh
orang yang pertama kali beribadah haji.
Buku yang elegan dengan kaver warna putih ini
bercerita tentang serba-serbi ibadah haji ke tanah suci. Berbekal pengalamannya
dalam menjalankan rukun islam kelima, ang penulis menuturkan persiapan,
pendaftaran, hingga kembali lagi ke tanah air. Tak hanya tata cara ibadah,
penulis juga mengetengahkan aneka tips praktis agar tetap sehat dan khusyu’
selama beribadah.
Terbagi
atas 61 bagian, tiap bab dalam buku ini mewakili tahapan-tahapan penting yang
perlu diperhatikan. Semua itu ditulis secara rinci dengan bahasa ringan dan
mudah dipahami sehingga pembaca seperti masuk ke dalam pengalaman berhaji
tersebut.
Penulis
juga menyajikan beberapa gambar terkait tahap pelaksanaan dan apa-apa yang
harus diperhatikan dalam memenuhi panggilan berhaji. Gambar-gambar seperti
paspor, barang-barang yang harus dibawa, pelaksanaan tawaf, sa’i, tahallul, wukuf
di Arafah dan mabit di Muzdalifah juga Mina, lempar jumrah, tawaf wada’, aktivitas
di Madinah, ziarah, hingga peristiwa pertemuan dengan pamannya di tanah suci.
Catatan Pribadi
Tak banyak
buku yang memberikan kesan tersendiri kepada saya sebelum membacanya. Tapi kisah
bersama buku Dahsyatnya Ibadah Haji ini berbeda. Saya pernah menghadiahkan buku
ini kepada orang tua. Kebetulan milad Bapak dan Ibu hanya berselang sepuluh
hari. Karena niat tulus saya untuk dapat menabung dan membawa mereka ke tanah
suci, maka saya awali dengan menabung untuk membeli buku ini.
Orang
tua saya terharu dengan hadiah yang tidak biasa itu. Meski sedikit terlambat,
namun orangtua sangat berterimakasih dan menitipkan salam kepada Pakde Cholik. Selain
itu mereka juga merasa dekat dengan penulis lantaran pesan berupa coretan
tangan di halaman depan buku tersebut. Mereka seperti saling kenal dan
memberikan perhatian satu sama lain.
Sebagai kado cinta untuk orang tua |
Bapak
dan Ibu dengan mudah dapat memahami isi buku tersebut. Tak lain karena gaya
bercerita dan diksi yang sederhana membuat pesan dalam buku tersebut mudah
diterima. Harapannya kelak kami benar-benar bisa menggenapkan rukun islam
dengan berhaji ke tanah suci dan kembali ke tanah air dengan mabrur.
Kelebihan
Bukan
sekedar jurnal perjalanan biasa. Itulah kalimat singkat saya untuk mengomentari
buku ini. Membaca buku yang terlalu kaku dan kontekstual tak ubahnya seperti membaca
diktat kuliah. Membosankan dan meledakkan kepala. Tapi buku ini lagi-lagi
berbeda. Selain berisi tahapan rinci untuk melaksanakan ibadah haji, penulis
juga menceritakan pengalaman pribadinya. Hal tersebut membuat pembaca menikmati
cerita penulis tanpa merasa digurui. Dengan demikian, pembaca lebih mudah
menangkap maksud Penulis dan mengaplikasikannya kelak.
Penulis
mana yang bercerita tentang ulekan, tentang pemanas air, dan tentang
pengalaman-pengalaman remeh temeh tapi berisi ketika di tanah suci? Ada. Ya,
Pakde ini. Beliau nampaknya sudah sangat terbiasa dalam melakukan perjalanan
sehingga pengalamannya patut ditiru demi nikmatnya perjalanan tanpa beban.
Ringan dan sederhana tapi mampu membuat pembaca betah
dan terbuai sehingga menghasilkan ekspresi yang up and down. Ada kalanya tersenyum, serius, hingga tertawa padahal
itu bukan roman, bukan pula buku fiksi komedi. Ini adalah buku non fiksi yang
sarat materi. Tapi saya tetap asyik membacanya hingga bagian akhir.
Meski sederhana, henpon saya juga mampu mengabadikan ragam ekspresi |
Buku ini menjawab rasa penasaran saya terhadap desas-desus
di masyarakat yang sering saya dengar. Bahwa di tanah suci nanti, orang yang
pelit selama di dunia akan mendapat pelajaran setimpal. Begitu juga orang yang
sering berlaku kasar, jahat, peng-ghibah,
dan sebagainya. Intinya penulis berpesan agar selalu menjaga hati. Melatih kesabaran.
Yang sedikit menggelitik dan patut selalu
disebarluaskan adalah perihal penyematan gelar haji. Saya belum pernah tahu bahwa
penulis memperkenalkan dirinya sebagai ‘Haji Cholik’ atau ‘Haji pensiunan tentara
Cholik’. Saya jadi ingat tokoh Muhidin dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji
yang minta dipanggil ‘Haji tiga kali’. Ada juga beberapa orang dalam dunia
nyata yang marah ketika tak ada titel ‘haji’ di depan namanya. Wallahualam Bishawab.
Hal lain yang saya tangkap dari buku ini adalah tentang romantisme. Ternyata penting sekali untuk membawa teman hidup ke
tanah suci. Seperti kata Pakde Cholik, mereka merasakan honeymoon untuk yang ketiga kalinya selama berada di tanah suci. Bagaimana
sepasang kekasih saling menjaga dan menguatkan satu sama lain sehingga ibadah
berjalan dengan lancar. Menguatkan kembali romantisme suami-istri, artinya
mereka saling mencintai benar-benar karena Ilahi. Istri penulis bukan mencintai
karena kumis, atau Pakde yang mungkin puitis. Tapi ternyata benar-benar saling
mencintai karena Allah. Maka Allah pun semakin mengeratkan cinta keduanya. Masyaa Allah... kelak saya juga ingin
seperti itu. Orang tua saya juga semoga bisa seperti itu. Aamiin yaa kariim.
Saya jadi menyusun rencana honeymoon |
Kekurangan
Lantaran
begitu asyik membaca, saya nyaris merasa tak ada kekurangan dari buku ini.
tanpa bermaksud mencari-cari kesalahan, saya hanya menemukan beberapa typo. Ada juga kalimat yang menggantung,
Entah memang disengaja agar pembaca berpikir dari sudut pandangnya, atau memang
kekhilafan dalam proses pengeditan.
Misalnya saja
pada halaman 130 ketika menceritakan tentang mengisi waktu istirahat. Juga di
halaman 137 saat melempar jumrah. Ada juga typo
pada caption gambar pedagang kaki
lima yang tertulis ‘kai lima’. Tapi meski demikian tidak mengurangi esensi dari
manfaat buku ini.
Mengenai gambar, memang agak kurang chick, sih. Gambar ada yang kabur dan kurang jelas. Tapi sudah cukup mewakili uraian yang dipaparkan penulis. Kalau mau gambar yang bagus dan berwarna, pasti harga buku jadi mahal. Kalau sudah begitu, tidak semua orang bisa beli.
Penggunaan
bahasa yang tidak baku saya pikir bukan masalah. Justru itu membuat tulisan
menjadi ringan dan enak dibaca. Tidak kaku seperti diktat. Ada kalanya Ibu saya
bertanya tentang tokoh-tokoh yang saya ketahui sebagai anak-anak Pakde Cholik. Tapi
dalam buku tersebut tidak ada perkenalan tokoh tersebut. Beruntung Ibu bertanya
kepada saya dan tidak terlalu ambil pusing dengan pertanyaan ‘itu siapa?'. Karena
lagi-lagi buku ini bukan novel, yang harus jelas siapa saja tokoh dan bagaimana
karakternya.
Membaca buku ini seperti menghadirkan rindu yang
bertalu-talu. Semakin syahdu dan memburu. Kapan? Kapan saya bisa ke tanah suci?
Terimakasih yang amat sangat dalam saya haturkan kepada Pakde Cholik yang
menjadi perantara dalam memupuk motivasi saya untuk segera melabuhkan rindu
itu. Bertamu, berwisata, dan berserah diri ke rumah-Nya adalah impian semua
muslim. Maka semakin kuat pula azzam kami,
para pembaca buku ini, untuk tak sekedar mengumpulkan materi, tapi juga
menyusun perbekalan fisik dan jiwa.
ps(pesan sponsor) :
Buku ini dapat ditemukan di toko-toko buku besar online dan offline di Indonesia. Selain itu juga bisa diakses lewat amazon.com (buku internesyenel gitu, loh). Bisa juga dibeli dari penulisnya sekalian minta wejangandan uang bakso.
ps
Buku ini dapat ditemukan di toko-toko buku besar online dan offline di Indonesia. Selain itu juga bisa diakses lewat amazon.com (buku internesyenel gitu, loh). Bisa juga dibeli dari penulisnya sekalian minta wejangan
Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Lomba Menulis Resensi Buku Dahsyatnya Ibadah Haji
ReplyDeleteDicatat sebagai peserta
Salam hangat dari Jombang
sama-sama, Pakde.
DeleteSalam Panas dari Jogja yang gerah.
Sukses selalu, Dhe.