Belum pernah, sih, terlintas pertanyaan serupa sebelumnya. Soalnya, selain terkenal sebagai Kota Pelajar yang katanya biaya hidupnya murah, aku jarang banget ngabisin uang segitu kecuali kalo lagi shoping atau 'khilaf' aja... haha... jangan ditanya, bisa lebih dari setengah juta dalam sekejap mata ;)
Daily Activity Seorang Mahasiswi
Aku dan Wimy di Kampus |
Aku belum mampu beli Yamaha Fino F1 yang 'milikin-able' itu. Jadi kalau mau kemana-mana, aku cuma bisa
naik angkutan umum atau pakai sepeda yang telah dibabtis dengan nama
"Wimy Suseli". Sepeda kesayanganku itu kubeli pake uang beasiswa, jadi ya ngurangin jatah harian deh. Keseharianku, sih, paling sarapan nasi telur dadar plus
susu di warung dekat kosan Rp. 7.000. Lalu pergi ke kampus gratisan aja sekaligus olah raga dan nggedein betis.
Setelah itu makan siang di kampus nasi ayam sekitar Rp. 10.000. Nggak perlu beli minum, guys! Banyak minuman yang nggak baik buat kesehatan badan dan lingkungan. So, selalu bawa air minum dari rumah pakai tumbler. Nggak nyampah, irit, dan sehat pula.
Pulang dari kampus kalau mau nongkrong sambil cari wifi gratisan biasanya aku pergi ke Perpustakaan Kota ataupun kampus. Di sana aku bisa manfaatin wifi sepuasnya sambil baca buku tanpa harus mengeluarkan uang.
Di salah satu sudut coffee shop langganan |
Tapi kadang-kadang koneksi di tempat-tempat sejenis itu lelet abis!
Makanya aku lebih senang pergi ke kafe atau kedai kopi. Aku cukup
memesan segelas espresso single dengan harga Rp. 11.000 dan
sepiring kudapan seharga Rp. 10.000. Di sana lebih asik dan cozy
daripada di Perpustakaan yang kesannya lebih kaku. Sayangnya Jogja belum
punya taman yang dilengkapi dengan wifi seperti di Bandung dan Jakarta.
Bonusnya, bisa main bilyar sampai pagi |
Kadang-kadang aku menyempatkan diri untuk beli tanah plus pupuk yang
harganya Rp. 5000 per kantong, ditambah dengan bibit tanamannya.
Biasanya untuk bibit aku bisa merogoh kocek sekitar Rp. 10.000. Aku suka
sekali berkebun. Jangan bayangkan kebun dengan pekarangan yang luas,
ya! Aku cuma menanam beberapa tanaman di botol air mineral bekas. Karena
kamar kosku sering kedatangan tamu yang menginap dan mereka sering
membawa air mineral dalam botol, maka aku mengumpulkannya.
So, untuk aktivitas sehari hari, aku cuma butuh Rp. 7000 untuk sarapan, Rp.10.000 untuk makan siang, Rp. 23.000 untuk nongkrong, ditambah sekitar Rp. 10.000 untuk makan malam kalau butuh. As simple as that, guys.
City Tour
Kalau kebetulan aku lagi kedatangan kawan dari luar Jogja yang pengen banget jalan-jalan, aku biasanya membawa mereka city tour, guys. Aku biasanya memanfaatkan angkutan umum. Selain lebih murah, memakai bus sebenarnya lebih nyaman, bisa istirahat, dan nggak kepanasan.
Tour dimulai dari lokasi kosku di Jalan Kaliurang KM 5. Dari sini aku ngajak kawan-kawan untuk pergi ke Keraton Jogja via Bus Trans Jogja. Ongkosnya Rp. 3000. Dari shelter bus ke kawasan keraton, kita bisa jalan kaki sekalian ngedemin mata ngeliat pemandangan kota, atau bisa juga naik becak Rp. 5000.
Tiket masuk Taman Sari |
Objek wisata yang nggak kalah menarik berada nggak jauh dari Taman Sari, guys. Namanya Museum Kereta Kencana. Di sana ada sepuluh kereta kencana keraton yang diberi nama masing-masing dan selalu mendapatkan perlakuan khusus.
Di SS, kita bisa makan nasi sepuasnya |
Nah, jam makan siang pas banget kalo kita makan menu favoritku. Kalo yang nggak suka makanan manis khas Jogja, aku sarankan cobain Waroeng Spesial Sambal (Waroeng SS). Budget yang biasa kukeluarkan di sana sekitar Rp. 15.000-Rp.20.000 aja. Di Jogja, ada beberapa cabang Waroeng SS, jadi nggak susah buat nyarinya.
Setelah makan siang, kita bisa menjelajah Benteng Vredeburg. Lokasinya deket banget sama KM Nol Jogja, shelter bus trans Jogja, dan kawasan Jalan Malioboro. Kalau mau ngeborong batik yang murah meriah, dateng aja ke Pasar Bringharjo. Tapi harus jago nawar, atau kamu bakal sakit hati dibuatnya, guys. Di sebelah timur Benteng Vredeburg ada Taman Pintar, semacam wahana belajar gitu. Di belakang Taman Pintar ini ada 'shoping', surganya buku murah. Hati-hati kalo beli buku di sini. harus jeli membedakan buku asli atau bajakan. Ada juga beberapa buku di toko tertentu yang bisa di tawar.
Nenek Pembatik |
Kalo lagi beruntung, kita juga bisa nonton pagelaran budaya di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) yang berlokasi di sebelah Shoping. Tapi kalo kita cuma pengen window shoping aja ya jalan-jalan ke Malioboro emang pas banget. Di beberapa toko batik, ada live show orang lagi melukis di atas kain alias membatik. Kalo mau beli oleh-oleh yang murah meriah, beli aja gantungan kunci resin seharga Rp. 10.000/5 buah.
Tugu |
Ketika malam menjelang dan mentari telah pulang ke peraduan, kita bisa menikmati wisata malam. Nggak usah jauh-jauh, masih di seputaran Malioboro dan Keraton. Jalan kaki ke utara, kita bisa makan di angkringan yang bertaburan, banyak orang suka minum kopi joss. Di sana kita cukup mengeluarkan budget sekitar Rp. 10.000 untuk kopi dan cemilan. Lebih ke utara lagi, kita bisa foto-foto di nite view tugu Jogja yang jadi icon-nya kota ini.
Kalo capek, kita bisa naik bus Trans Jogja menuju titik 'wisata malam' selanjutnya. Cukup merogoh Rp. 3000 aja dari kantong. Siapa yang nggak kenal alun-alun? Dengan berjalan kaki dari shelter bus, kita akan mencapai Alun-Alun Utara Keraton Jogja. Di sana biasanya ada semacam pesta rakyat atau pasar malam. Berjalan ke selatan dari sana menuju Alun-Alun Kidul, kita bisa mampir ke Gudeg Wijilan yang terkenal se-seantero jagad raya (mulai lebay). Keluarin aja budget sekitar Rp. 15.000 kalo belum kenyang abis makan angkringan.
Di Alun-Alun Kidul, kita bisa nongkrong di warung misbar (baca: gerimis bubar). Melihat sekeliling sambil nyeruput jahe susu atau wedhang ronde cukup menghangatkan suasana. Bisa juga menyewa mobil atau sepeda tandom untuk berkeliling di sekitar alun-alun. Atau yang paling terkenal di sini adalah mitos mengenai beringin kembar yang hanya bisa dilewati oleh orang yang berhati lurus. Sudah pernah mencobanya?
Ah, cukup melelahkan berjalan-jalan seharian di kota. Seandainya punya Yamaha Fino F1, pasti akan lebih menyenangkan untuk bisa berputar-putar menamatkan Jogja. Hari kedua liburan dihabiskan di Gunung Kidul, atau Prambanan dan Parangtritis juga oke, tuh. atau boleh juga ke Kaliurang menengok Museum Volcano, Rumah Mbah Marijan (Alm), Museum Ulen Sentalu? Keesokan harinya bisa dilanjutkan menuju Puncak Suroloyo di Kulon Progo dan menyusur pantai di Bantul.
Semuanya pasti jadi lebih mudah kalau ada Yamaha Fino F1. Untuk mencapai lokasi-lokasi itu agak sulit jika kita menggunakan kendaraan umum. Sementara untuk sewa sepeda motor di Jogja kita harus menyiapkan Rp. 50.000-Rp. 75.000 per harinya diluar bensin. Aduuuhhh... Jadi makin pengen punya Yamaha Fino F1 yang irit itu. Bikin envy banget ini video yang bisa jalan-jalan di Jakarta cuma dengan Rp. 50.000. Lah di kota Jogja aja harus ngencengin iket pinggang tuh kalo mau jalan-jalan tapi cuma punya duit segitu.
Ampun deh, jadi makin pengen punya Yamaha Fino F1 karena desainnya yang retro klasik gitu. Biar aku keliatan makin unik dan beda. Jadi bisa lebih gesit di jalanan Jogja yang makin padat padahal sempit ini. Apalagi katanya ada Yamaha Fino yang motifnya batik, duh istimewa banget kayak Jogja yang Istimewa.
Tulisan ini diikutsertakan dalam kontes APA YANG BISA KALIAN LAKUKAN DENGAN UANG 50 RIBU?
No comments
Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<