Hari Ini, Islam Jadi Agama Terbesar di Dunia, begitulah tajuk rubrik Khazanah Republika On Line hari ini (14/1/14). Dikatakan bahwa jumlah penduduk dunia (2013) adalah 7.021.836.029. Sebaran menurut agama
adalah: Islam 22.43%, Kristen Katolik 16.83%, Kristen Protestan 6.08%,
Orthodok 4.03%, Anglikan 1.26%, Hindu 13.78%, Buddhist 7.13%, Sikh
0.36%, Jewish 0.21%, Baha’i 0.11%, Lainnya 11.17%, Non Agama 9.42%, dan
Atheists 2.04%.
Namun hingga saat ini kesalahpahaman tentang Islam dan Muslim masih menjadi pekerjaan rumah
komunitas Muslim minoritas di beberapa negara. Untuk itu, mereka coba memanfaatkan iklan
komersial guna mengedukasi publik melalui pemaparan teladan Rasulullah
Muhammad SAW. Lalu bagaimana dengan Suriah, Palestina, Rohingya (Myanmar), bahkan Indonesia sendiri dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Padahal Allah SWT berfirman
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu
sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang
terhadap orang-orang mukmin.” (At-Taubah: 128).
Disatu
sisi, saya bangga menjadi bagian dari kelompok mayoritas agama terbesar
di dunia. Disisi lain, saya sedih karena belum bisa berbuat apapun
untuk kejayaan dien ini. Saya masih terus berkutat dengan kepentingan diri sendiri. Saya belum mampu memberikan sumbangsih untuk umat.
Sementara
Rasulullah SAW bahkan sangat bersedih ketika melihat umatnya dalam
keadaan yang susah. Beliau juga sedih jika ada umatnya yang disiksa di
neraka. Perlu dipahami, bahwa kata “umat Rasulullah SAW.”
tidak hanya meliputi orang yang beriman saja. Tapi meliputi semua orang
yang hidup setelah beliau diangkat sebagai nabi dan rasul. Sehingga
orang Yahudi, Nasrani, Majusi, dan lain-lain adalah umat Rasulullah SAW.
juga. Beliau merasa sedih jika orang-orang itu tidak masuk Islam.
Kesedihan Rasulullah SAW ketika melihat ada umatnya masuk neraka, digambarkan dalam sebuah hadits:
“Perumpaanku adalah seperti seseorang yang menyalakan api unggun.
Setelah api menyala, banyak binatang (laron) yang berhamburan
menghinggapinya. Orang itu menghalau binatang-binatang itu agar tidak
masuk ke dalam api. Tapi binatang-binatang itu mau dihalau, dan tetap
ingin masuk api. Maka akhirnya mereka masuk api. Demikianlah, aku
menghalau kalian dari masuk api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Beliau sama sekali tidak pernah marah dan menghardik. Dalam sebuah hadits disebutkan:
“Sungguh Rasulullah saw. tidak pernah memukul sesuatupun dengan
tangannya. Tidak isterinya, pembantunya, kecuali jika sedang berjihad di
jalan Allah swt. Ketika beliau disakiti, beliau tidak pernah membalas
dendam kepada orang yang melakukannya. Kecuali jika yang dilanggar
adalah kemuliaan Allah swt., maka beliau akan membalasnya karena Allah
swt.”
Sebab inilah yang membuat beliau berjuang sedemikian rupa demi
umatnya mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Beliau rela dihina,
dikucilkan, disiksa, dan sebagainya demi umatnya mendapatkan kebaikan.
Bisa dibayangkan beliau berbuat baik kepada mereka, tapi sebaliknya
mereka berbuat keburukan kepada Rasulullah saw. Walaupun begitu, beliau
tetap berdakwah dengan penuh rasa sayang. Tidak berubah sama sekali.
Sebuah kesabaran yang sangat besar. Semua hal yang baik pasti telah beliau perintahkan; dan semua
keburukan pasti telah beliau larang. Semua itu adalah demi kebaikan
umatnya.
Beliau
tidak mau umatnya dibinasakan karena menolak dakwah Rasulullah SAW.
Padahal umat-umat terdahulu semuanya binasa ketika mereka menolak
dakwah para nabi. Misalnya kaum nabi Nuh as. dibinasakan dengan banjir,
kaum nabi Luth as. dengan hujan batu, dan sebagainya. Sedangkan hal
seperti itu tidak berlaku untuk umat Islam. Saya bertanya pada diri
sendiri, sumbangan apa yang dapat mereka bagikan
kepada kemanusiaan, sebelum saya berani menuntut dunia untuk
menghormati saya.
Bagaimanapun penderitaan yang beliau rasakan dari umatnya, beliau
tetap bersikap baik kepada mereka. Dalam sebuah hadits disebutkan:
“Beliau dipukuli kaumnya hingga berdarah. Namun sambil menghapus
darah dari wajahnya, beliau berdoa, “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena
sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari).
Beliau
tidak mau umatnya dibinasakan karena menolak dakwah Rasulullah SAW.
Padahal umat-umat terdahulu semuanya binasa ketika mereka menolak
dakwah para nabi. Misalnya kaum nabi Nuh AS, dibinasakan dengan banjir.
Kaum nabi Luth AS dengan hujan batu, dan sebagainya. Sedangkan hal
seperti itu tidak berlaku untuk umat Islam. Bagaimanapun penderitaan
yang beliau rasakan dari umatnya, beliau
tetap bersikap baik kepada mereka.
Bahkan hingga menjelang ajalnya, Beliau selalu memikirkan umatnya. Ummati... ummatii... ummati... bukan hartaku, istriku, atau anakku...
Aku
umatmu! Ya, aku... yang selalu sibuk dengan masalah duniawi. Aku yang
selalu membenci tempat ini. Aku yang selalu ingin pulang kepangkuan ibu.
Aku yang selalu berpikir agar trendi. Aku yang selalu ingin ... ah,
terlalu banyak keinginanku.
Masyaallah... Malu
diri ini jika bercermin dari Rasulullah SAW. Saya pengagum hardcore Rasulullah. Seperti layaknya seorang pengagum, saya ingin bertemu,
menghadiri kajian dengan narasumber Rasulullah SAW. Saya sungguh ingin
dikumpulkan bersama The Best Role Model Of Muslim. Sangat ingin
dipertemukan dengan Rasul Allah yang ketampanannya bahkan kalah tersohor
dibandingkan kharismanya. Sungguh Rasulullah bagaikan matahari dimana
saya tidak sanggup memandangnya berlama-lama dengan kedua mata saya.
Saya cukup merasakan kehangatan dan pancaran sinar hidayahnya. Rindu ini
sungguh tak terperi, yaa rasul...
Allahumma Shalli Alaa Sayyidina Muhammad Wa alihi Washahbihi Wasallim
No comments
Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<