Menyusur Jejak Kita


Insyaallah, We'll be together eternally
 Kamu tahu, aku berjalan menyusuri lorong malam untuk menemukanmu. Memastikan bahwa kamu benar-benar ada dan memang diperuntukkan bagiku. Hingga kamu nyata-nyata datang 31.104.000 detik yang lalu. Jarak dimana kamu berada 420 km, 7 jam dan 53 menit dari tempatku berpijak. Niatmu begitu kuat tertancap dalam benak. Kamu benar-benar berkelana mencariku. Tekadmu begitu matang. Kamu ingat, itu nilai lebihmu. Meski pada akhirnya kita kembali terpisahkan jarak, but it means nothing for us. Kita saling belajar, kita saling menjaga. 
  

"Lambat laun kita tahu bagaimana untuk saling mencintai. Aku pun tahu bagaimana untuk tetap hidup. Aku telah mendapatkan hidupku untuk tinggal dan bertahan," kataku pada suatu malam.

"Aku tidak pernah merasakan dan menyayangi orang lain seperti ini sebelum kamu," bisikmu.

Mungkin aku hanya sepotong sajak pada buku yang baru kau tulis. Sebab dadamu sudah sesak atas nama dan peristiwa. Tapi kamu tidak pernah tahu, bahwa aku hadir dalam aliran darahmu. Aku mengalir pada serak suaramu yang menyekap. 

Lalu kita mendekap pekat malam. Langit, hanya itu yang membuat kita terasa dekat. Lekat. Kita melihat langit yang sama. Kamu tahu, ada yang tumbuh didalam sini. Hidup. Berdetak. Selalu berderak-derak.

Hari ini aku disini 
Berjuang untuk bertahan
Padamkan luka dan beban yang ada  
Yang telah membakar seluruh jiwa 
(Bondan Prakoso, I Will Survive)

Kita tak pernah berhenti merapal nama Tuhan. Kita akan kuselesaikan apa yang telah kita mulai. Bukan lagi kita tak saling tahu dari dunia mana kita berasal. Yang kita tahu adalah kemudian waktu membuat kita bertemu. Pada dunia yang berbeda rupa namun sewarna. Malam-malam kita habiskan untuk saling bertanya dan bercerita. Hingga tersingkaplah rahasia bahwa dari kaki-kaki ringkihmu itulah kamu terlatih untuk berdiri kokoh. Aku pun tahu, beban dipundakmu tidak lagi mampu terbaca pada neraca. Kepalamu sarat dengan mimpi dan cita-cita. Tubuhmu lengkap seluruh dengan jiwa yang teguh.

Kita masih menanti Desember yang menjadi sakral dalam kalender. Ketika musim hujan kamu menanti dibalik keramaian. Tangan kita bertaut, hati kita terpagut. Kita dipertemukan oleh takdir. Tahun lalu aku adalah seorang gadis kecil yang mendekap boneka beruang didada. Tahun ini, beruang itu menjelma kamu, yang telah mampu membimbing dan bersabar menemaniku belajar. 

Terimakasih atas kerelaanmu berbagi denganku. Melalui media yang berupa-rupa. Kamu hadir pada duniaku yang masih butuh banyak warna.

Kelak, akan kusuguhkan kamu secangkir kopi dan kuletakkan dimeja kita. Meja tanpa asap tembakau. Lalu kuracik sarapan tanpa sedu sedan. Sebab kelak rindu akan berlabuh. Rindu akan telah pungkas pada akarmu. Rindu yang kini masih terus tumbuh didalam dadaku.

Happy Anniversary & Happy Birthday, Beruangku Yang Kelaparan

-Ketika rindu terpagari ribuan tanda seru-

No comments

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<