Setengah berlari aku menuju shelter bus dibawah guyuran hujan sore
itu. Kulirik arloji yang mulai berembun, tepat pukul empat. Dalam waktu
setengah jam aku harus tiba di Stasiun Tugu. Jantungku berdetak tak beraturan. Sesekali
tersungging senyuman dibibirku. Aku akan bertemu lelaki yang telah mengisi
hatiku sejak beberapa bulan terakhir.
Namanya Angga. Lelaki yang amat
jauh dari sempurna. Dia kalah tampan dibanding lelaki keturunan Perancis yang
baru saja kupatahkan hatinya. Kalah tajir jika disandingkan dengan Arya yang
seminggu lalu datang meminangku. Dia juga tidak se-cool atlet basket gebetan
para wanita dikampusku. Dia hanya lelaki sederhana yang sering memanggilku Ratu
Lebah. Terlepas dari segala filosofinya tentang sapaan itu, aku begitu nyaman
berada disisinya.
Pun saat ini, di kafe kecil tidak
jauh dari stasiun. Kami asyik bercengkrama melepas rindu didepan dua cangkir
kopi dan sepiring pisang cokelat. Masih ada gurat letih diwajahnya. Dia adalah
pecandu kopi. Bukan cappuccino, bukan
pula late, melainkan kopi hitam. Rasanya
memang pahit. Sebagaimana cinta kami, namun sesekali kami juga menikmati manis
yang terselip. Seperti manisnya kesabaran kami untuk berpasrah pada jarak. Jarak
hanya bilangan dimana kami mengumpulkan rindu diantara Bandung dan Yogyakarta.
Kuletakkan cangkir itu dimeja
sembari sesekali memandangi semburat indah pelangi senja.
Ceritanya lagi ikutan kuis Cerita Mini Bentang Pustaka, semoga menang :)
No comments
Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<