Kulonprogo story


Setelah ujian PAPs dan AcEPT yang membuatku gila, aku dan sepupuku menghabiskan malam minggu kami di salah satu mall di Kota Yogyakarta. Kami memeras otak untuk menemukan rencana bijak dan jitu untuk menghabiskan hari minggu kami keesokan harinya ditengah menumpuknya tugas kuliah sepupuku. Ibarat gayung bersambut, aku mendapat tawaran untuk ikut berwisata alam bersama teman – taman Forum keluarga dan Anak Cinta Lingkungan (FOKAL) dan Sahabat Lingkungan Peduli Bencana (SHALING PB) WALHI Yogyakarta (27/5/12). Tentu saja aku dengan cepat dan tepat menjawab : I won’t say no!!! ^_^

Pagi pukul tujuh jemputanku datang, eh…jangan salah sangka dulu, aku dijemput taxi, bukan limousine plus sopir pribadi, hehe. Tapi aku bilangnya dengan teman – teman aku pergi naik Bus Trans Jogja. Bukan bermaksud bohong, lho, biar nggak ketahuan aku memang begitu terburu – buru, nyasar, dan takut telat pada waktu itu. Jadi deh aku pesan taxi. Tapi beneran deh, aku pernah, kok, pergi ke Taman Pintar naik Bus Trans Jogja. Peace ah!!!

Pukul 07.15 taxi-ku mendarat didepan Taman Pintar, tempat yang dijanjikan sebagai lokasi berkumpulnya peserta yang akan ikut berwisata ke Kabupaten Kulonprogo. Ah, entahlah, aku tak berani membayangkan dan bernadai – andai bagaimana lokasi yang kami tuju, bagaimana perjalanan kami, dan kesan apa yang akan aku dapatkan nanti. Ya, lebih tepatnya aku menunggu surprise. Surprise yang akan kudapatkan disana. karena aku benar – benar tidak dapat membayangkan keadaan disana, bahkan apa yang akan kulakukan pun aku tidak tahu. We never know ‘till we try ternyata benar berlaku.

Lima menit, sepuluh menit, tiga puluh menit, yang kutunggu belum juga menampakkan batang hidungnya. Atau jangan – jangan aku lupa bagaimana penggambaran wajah Om Che. Hihihi… sementara matahari makin tinggi dan pengunjung Taman Pintar makin ramai berdatangan. Bisa kering aku kalau lama – lama menunggu.

Akhirnya sekitar pukul setengah delapan lebih banyak [ ;P ], Om Che datang bersama pasukannya. Aku diperkenalkan kepada mereka satu persatu, kepada teman – teman Shalink dan juga bu Ning, Koordinator FOKAL Yogyakarta. Belakangan aku tahu bahwa beliau ini selain berprofesi sebagai seorang pharmachist di RS Bethesda, beliau pemenang Perempuan Inspiratif Nova 2012 untuk bidang kategori perempuan dan lingkungan. Wah, makin salut dengan sosok satu ini. Wanita yang tampak bersahaja tapi menyimpan berjuta pesona. Eh, kalau Bu Ning baca, nanti aku dikira ngegombal lagi. Tapi swear, aku kagum pada beliau. Aku berharap untuk dapat bertemu lagi dengan beliau, menimba ilmu, dan aku ingin terjun ke ‘dunia’ beliau. Semoga terwujud, Aamiin.

Culture shock. Itu pasti. Mendengarkan pembicaraan bilingual orang – orang sekitar tanpa subtitle. Tapi aku yakin perlahan aku bisa menyesuaikan. Ada yang kocak, cerewet, pendiam, cool, lengkap, semua ada disini. Dan aku senang dipertemukan dengan mereka. Kalian berhasil menaklukanku pada first impression. Dan sekali lagi, aku tidak sedang menggombal.

Perjalanan Ke Kulonprogo

Setelah menunggu satu persatu anggota rombongan datang, kami akhirnya berangkat menuju Kulonprogo sekitar pukul Sembilan. Akhirnya aku mendapatkan sedikit gambaran tentang aktivitas kami nanti. Dalam perjalanan yang ditempuh selama satu jam, aku, Bu Ning, Om Che, KD (Kang Daus), dan BYS (Bang Yakub Sayang) rela berdiri. Ah, jadi nostalgia masa kuliah [ ;) ]. Jadi tidak masalah kalau aku harus berdiri seperti itu, karena aku sudah terbiasa. Yang penting, aku sudah pake deodorant [:jayus = abaikan]. Sementara enam orang lainnya pergi mengendarai sepeda motor. Mereka harus rela terpapar asap knalpot kendaraan dan sinar matahari yang menyengat. Selain itu juga mereka sempat tersesat, lho [:bangga].

My New Idol, https://www.facebook.com/profile.php?id=1564917895&ref=ts

Dalam perjalan kami menuju Kulon Progo, aku tidak berhenti mengagumi keindahan alam yang disuguhkan oleh Sang Pencipta. Bagaimana aku bisa bosan untuk melihat dan memperhatikan sekeliling sementara mataku diberi umpan sejuk. Sawah, kebun, lembah, pemandangan khas desa yang masih amat sangat orisinil.

Tiba Di Kulonprogo

Sesampainya kami didesa yang dituju, kami disambut hangat oleh para anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Mekar Sari. Selain disuguhi welcome drink (teh hangat) dan welcome meals  berupa rupa – rupa makanan lokal. Sebut saja kacang rebus, geblek, tempe benguk, gembili rebus,  dan ongol – ongol berbahan dasar tepung ganyong yang dibungkus daun pisang. Dari sekian banyak makanan yang disuguhkan, aku paling tertarik dengan geblek. Selain karena gurihnya pas, geblek sudah tidak asing lagi dan sangat mudah didapatkan di Lampung.

Bagi yang belum tahu, geblek merupakan makanan khas yang biasanya berbentuk bulatan – bulatan yang satukan satu sama lain (biasanya berbentuk seperti tiga buah gelang yang direkatkan). Makanan ini terbuat dari tepung kanji dengan atau tanpa campuran tepung singkong. Pembuatannya dilakukan dengan cara mencampurkan tepung dan bumbu – bumbu supaya rasanya gurih, setelah itu digoreng.

Sementara tempe benguk sama sepertihalnya tempe pada umumnya. Namun kali ini terbuat dari kacang 
benguk, sejenis kacang koro yang bentuknya sedikit lebih besar. Masyarakat biasanya mengolahnya dengan cara di goreng atau dibuat tempe bacem. Kali ini tempe benguk diolah menjadi tempe bacem dengan citarasa manis. Cara memakannya juga sedikit unik, yaitu dimakan bersamaan dengan geblek. Kalau kata beberapa orang disana, cara makan seperti itu disebut “jadah”.

Kegiatan di KSM Mekar Sari

Setelah beristirahat sejenak dan beramah tamah, peserta dibagi kedalam beberapa kelompok. Anak – anak diberikan game dan garden tour yang jaraknya tidak terlalu jauh. Sedangkan para ibu, diajak berkeliling kebun dan mendengarkan pemaparan guide. Aku mengikuti rombongan para ibu. Aku memilih  untuk bergabung dengan kelompok ini karena sepertinya akan seru berkeliling kebun. Kelompok kami dipandu oleh Pak Kemin dan anaknya, Firman.

Kami diperkenalkan satu persatu dengan berbagai tumbuhan yang ada lengkap dengan kegunaan dan deskripsi fisiknya. Para peserta tampak antusias dan aktif mempertanyakan berbagai hal. Lantaran sedikit terkesan terlalu serius, aku memulai untuk membuat sedikit joke yang kemudian disambut oleh peserta lainnya hingga suasana menjadi cair.

“Yang itu namanya tanaman tombo reso,” Pak Kemin Menerangkan.

“Tombo itu obat ya, pak?” Aku menimpali.

“Iya, mbak. Tombo itu obat,dan memang tanaman ini mempunya khasiat bla…bla… (aku lupa, ups)”.

“Kalau reso itu sama dengan resah, nggak, pak?” Aku serius bertanya “Berarti, kalau resah itu diartikan galau, tanaman ini adalah obat anti galau nih.” Selorohku diikuti dengan tawa dan persetujuan peserta yang lainnya.

Suasana semakin hidup ketika kami diperkenalkan dengan berbagai tanaman yang mirip secara fisik, namun ternyata berbeda. Para peserta juga aktif berdiskusi. Ada juga yang mencabut beberapa batang tanaman untuk ditanam dirumah. Jenis tanaman yang ada disana mulai dari umbi – umbian (garut, uwi, gembili, dan sebagainya), aren, gebang (salah satu bahan kerajinan tangan), sampai bungan bangkai atau yang biasa disebut suwek.

Ada satu jenis tanaman yang menurut Pak Kemin dapat digunakan untuk mengobati luka dan menghentikan pendarahan. Naluri isengku tiba – tiba muncul dan ngejeplak gitu aja.

“Kalau untuk mengobati hatiku yang luka, bisa juga nggak, pak?”

Pak Kemin sedikit mengeryitkan dahi. Aku memasang wajah polos unyu – unyu. Kemudian Pak Kemin dan Peserta lainnya tertawa renyah.

“Ini obat luka hatinya yang ini, mbak.” Seru seorang ibu.

Spontan aku mengok kearahnya.

“Mas Firman yang bisa mengobati luka hatimu, mbak.” Si ibu nyeplos aja, nih. Disusul tawa ibu – ibu yang lainnya dan muka merah Firman. Aku mah stay cool aja, hehe.

Setelah diajak berkeliling kebun, para peserta diajak untuk praktek membuat makanan olahan dari umbi – umbian lokal. Anak – anak tampak begitu antusias dalam membuat aneka bentuk geblek. Selain itu mereka juga membuat emping garut.

Para peserta tidak menyiakan kesempatan berbelanja produk umbi – umbian lokal yang disediakan olehKSM Mekar Sari. Sayangnya aku tidak membawa tas jinjing, jadi aku tidak belanja. Padahal ingin sekali aku membawa oleh – oleh untuk kakak – kakak dikontrakan. Tapi apa kata dunia kalau aku belanja pakai kantong kresek. Malu…malu…dooonggg… [ ;p ]

Setelah puas bercengkrama sembari praktek membuat produk olahan, kami disuguhi makan siang organic. Hehe… alas makannya pakai daun pisang. Menunya ada tiwul, nasi putih, pecel, dan lele goring. Semua hasil kebun sendiri. Wah, bangganya kalau itu kebun milikku sendiri. Heuheu…

Setelah makan, aku mencoba belajar bermain egrang. Permainan yang menuntut kita untuk mampu berjalan, berlari, bahkan bermain bola dengan berpijak diatas bambu yang terdiri dari dua buah bambu yang disatukan membentuk dua sudut siku - siku. Caranya dengan menjepit tiang bamboo yang tegak dengan jari telunjunk dan ibu jari kaki. Sementara telapak kaki berpijak pada ruas bambu yang satunya lagi.

Awalnya aku takut untuk mencoba. Tapi karena ditantang oleh Bu Ning dan melihat teman – teman lain antusias berlatih, maka aku juga tidak boleh ketinggalan. Awalnya belajar berdiri dan menjaga keseimbangan, ini sulit sekali dilakukan. Tapi kemudian aku berlatih berjalan dibantu oleh Daus. Aku bisa berhasil melangkah beberapa meter. Aku makin penasaran. Hingga akhirnya Daus mengajari teknik permainannya yaitu sambil mencondongkan badan kedepan. Dia mempraktekkan dengan menggunakan egrang yang paling tinggi. Aku mencoba dengan menggunakan egrang yang sedang.

Lantaran ‘panas’ melihat Daus yang semakin lihai, aku juga terobsesi untuk bisa menaklukkan egrang itu. Akhirnya aku dibantu oleh Yakub. Sempat beberapa kali terjatuh. Namun akhirnya aku bisa melakukan start sendiri tanpa bantuan dan melakukan gerakan melangkah delapan hitungan. Yeahhh…!!! Good job!!! [:bangga] Tapi aku masih belum bisa melangkah jauh. Aku masih penasaran. Suatu saat aku ingin belajar bermain egrang lagi [;)]. Kami terus berlatih sementara anak – anak mengikuti lomba mewarnai dan lomba bakiak.

Tujuan berikutnya, Pusat Penyelamatan Satwa

Setelah pembagian hadiah lomba dan foto bersama, kami melanjiutkan perjalanan menuju Pusat Penyelamatan Satwa atau yang kubaca di plang gerbang tempat itu bernama “Yayasan Rehabilitasi Orang Utan”, kalo nggak salah yah. Hehe…
(Belom selesai…)





No comments

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<