Aksara Lampung |
Kalau bicara soal aksara Nusantara, yang terbesit dalam benak teman-teman apa? Kuno? Pusing? Mabal? LOL. Dulu ada teman Saya yang kalau udah pelajaran Muatan Lokal Bahasa Lampung suka mabal saking pusingnya. Kalau Saya sih suka sama aksara Nusantara. Saya baru berkesampatan belajar aksara Lampung dan sedikit aksara Jawa. Semenyenangkan itu buat Saya seperti halnya juga ketika Saya semangat belajar Katakana dan Hiragana ketika mendalami Bahasa Jepang.
Saya mendapat kesempatan untuk menambah wawasan sekaligus upgrade informasi setelah lama banget tidak terpapar aksara Nusantara. Saya mengikuti Instagram Live dari @merajut_indonesia mengadakan Bincang MIMDAN #2 bertema tentang Perjalanan Digitalisasi Aksara Nusantara (Kamis, 30 Desember 2021). Saya senang banget bisa tahu bahwa ada loh orang-orang yang mendedikasikan diri mereka untuk pelestarian aksara Nusantara. Bahkan aksara Nusantara pun mulai ‘dinormalisasi’ untuk digunakan lebih luas secara digital. Digitalisasi Aksara yang dimaksud merupakan bentuk konversi dari aksara yang tertulis melalui media konvensional menjadi sebuah aksara yang bisa diakses dan digunakan di internet.
Dalam acara yang dipandu oleh Teh Evi Sri Rejeki itu, Teh Mbak Ratih Ayu didapuk sebagai narasumber. Ia merupakan perwakilan dari Divisi Pengembangan Usaha dan Kerja Sama PANDI. PANDI (Pengelola Domain Indonesia) adalah sebuah wadah yang memfasilitasi sinergitas berbagai pihak baik itu komunitas pegiat budaya maupun pemerintah dan juga akademisi untuk meneruskan serta merevitalisasi keluhuran dengan Digitalisasi Aksara. Kegiatan di PANDI juga macam-macam, bisa berupa lomba, seminar, sampai blusukan ke daerah-daerah untuk riset atau sekedar pendalaman informasi tertentu.
Narasumber kedua yang hadir dalam acara itu adalah Kang Ilham Nurwansyah, seorang Pegiat Aksara Digital. Pria yang pernah kuliah di Jurusan Sastra Sunda ini bercerita tentang awal mula Ia tertarik untuk mempelajari aksara. Ia mempelajari aksara daerah secara lebih mendalam seperti bidang kajian manuskrip, bagaimana cara membedah anatomi aksara, bahkan tipologi aksara.
Pengajuan IDN ccTLD aksara Jawa
Pada tahun 2007, salah satu program pemerintah Jawa Barat adalah melakukan ditigalisasi bahasa daerah. Kemudian di tahun 2008 berlanjut ke aksara daerahnya. Upaya ini terus bergulir hingga pada 10 Juni 2020 PANDI secara resmi mengirimkan pengajuan pendaftaran aksara Jawa sebagai IDN (Internationalized Domain Name) untuk ccTLD (Top Level Domain name untuk kode negara) Indonesia kepada ICANN melalui jalur cepat (Fast Track). IDN dapat dideskripsikan sebagai sebuah standar pemberian nama domain internasional untuk aksara non-Latin. IDN dapat diterapkan cc TLD dengan menggunakan aksara selain Latin. Dengan diterapkannya IDN untuk cc TLD, PANDI melihat bahwa Indonesia memiliki peluang yang besar untuk mendaftarkan nama domain internet dengan menggunakan aksara-aksara daerah yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, PANDI melakukan serangkaian upaya untuk mendaftarkan aksara daerah Indonesia kepada ICANN dan IANA agar bisa diterima sebagai nama domain. Aksara yang pertama didaftarkan untuk mendapatkan IDN cc TLD Indonesia adalah aksara Jawa.
Pada 10 Desember 2020, ICANN memberikan laporan hasil evaluasi IDN ccTLD aksara Jawa oleh tim teknis dari ICANN. Dalam keterangan ini, dinyatakan bahwa aksara Jawa ditolak dengan beberapa alasan teknis. Dengan demikian permohonan tidak dapat diproses lebih lanjut. Pengajuan IDN aksara Nusantara belum bisa dilanjutkan selama syarat-syarat mendasar belum terpenuhi. Jika pengajuan baru tetap dilakukan tetapi persyaratan belum terpenuhi, maka kemungkinan besar akan ditolak kembali oleh ICANN. Sehingga diperlukan upaya strategis, terstruktur dan masif untuk membuktikan bahwa aksara Nusantara benar-benar memenuhi syarat untuk didaftarkan sebagai IDN cc TLD ke ICANN.
Proses Pengajuan SNI ke BSN
Upaya lain yang dilakukan selanjutnya adalah pengajuan Standar Nasional Indonesia (SNI) aksara Nusantara kepada Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang diinisiasi oleh PANDI. Hal ini dilakukan sebagai tindak lanjut atas beberapa kondisi yang berhubungan dengan persyaratan pengajuan IDN aksara Jawa (dan aksara daerah lainnya) kepada ICANN. Upaya-upaya lain juga dilakukan sebagai tanda bahwa aksara dearth dianggap "digunakan secara luas" (commonly used) di Indonesia oleh ICANN, maka ada beberapa persyaratan normatif yang harus terpenuhi.
Kang Ilham menjelaskan bahwa inisiatif pengajuan SNI aksara Nusantara kepada BSN diharapkan menjadi salah cara untuk memperluas penggunaan aksara daerah di lingkup nasional. Dengan adanya SNI terkait aksara daerah, perangkat berbasis teknologi yang beredar di Indonesia harus memenuhi SNI yang telah dibuat. Dengan demikian, rekognisi aksara-aksara daerah Indonesia dapat lebih luas dan penggunanya semakin bertambah.
Untuk meningkatkan rekognisi aksara daerah di tingkat nasional dan internasional, diperlukan sinergi yang baik antara PANDI, pegiat aksara, lembaga pemerintah, lembaga daerah, akademisi ahli, dan unsur pemangku kepentingan lainnya. Perlu dilakukan berbagai langkah strategis, baik jangka pendek maupun jangka spanjang agar aksara daerah semakin dikenal dan digunakan oleh masyarakat luas di Indonesia.
Make sense sekali karena untuk dapat diakui secara global, tentu aksara Nusantara pun harus diakui dan memang biasa digunakan di Indonesia. Sedangkan kita punya aksara yang banyak sekali. Meskipun ada beberapa aksara daerah yang punya kemiripan, namun ada saja perbedaan di antara mereka. Sepertihalnya Bahasa daerah.
Digitalisasi Aksara Nusantara ini memang bukan perkara mudah dan singkat. Upaya ini membutuhkan ketekunan dalam menjalani proses dan Menyusun strategi yang tepat. Jika pun sudah selesai, lalu apa yang harus dilakukan? Ini juga menjadi penting agar upaya yang menempuh jalan Panjang dan menghabiskan energi tidak semata-mata menjadi ‘proyek mangkrak’.
Hingga sekarang baru ada tiga aksara yang sudah lulus SNI, yaitu Jawa, Sunda, dan Bali. Selain itu ada juga aksara yang sudah didigitalisasi, yaitu Jawa, aksara Sunda, aksara Bali, aksara Lontara, aksara Rejang, aksara Batak, aksara Makasar, aksara Kawi dan aksara Pegon. Kesuksesan ini tidak lantas membuat mereka berhenti untuk berupaya melakukan digitalisasi untuk aksara-aksara lainnya. Selanjutnya aksara Lampung juga bakal dilakukan digitalisasi. Hal ini memungkinkan aksara kita semakin mendunia karena tidak butuh live in di daerah, bertemu sesepuh untuk belajar aksara daerah.
Nah, di sinilah peran kita semua. Tidak hanya generasi muda, tapi juga generasi tua yang justru mungkin sempat lebih intens dengan aksara nusantara. Kita pakai deh dalam keseharian. Salah satu bentuk upaya kita adalah dengan mendownload dan install aplikasi aksara daerah ini. Teh Ratih juga cerita bahwa aksara ini nantinya bisa kita gunakan untuk password. Siapapun kita bisa kok turut berupaya untuk menyukseskan Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara (MIMDAN).
Masya All info bagus ini ada digitalisasi aksara, jadi makin modern dan kepo banget belajar aksara Lampung
ReplyDeleteKeren banget ini artikelnya. Senang dengarnya ada digitalisasi aksara. Lampung berjaya, Indonesia maju.!
ReplyDeleteAlhamdulillah ada digitalisasi aksara. Semoga bahasa Lampung makin lestari dan jadi warisan berhargs yg tak dilupakan.
ReplyDelete