#SSC: Day 2 Full of Mind and Gumush

 



Sebelum training dimulai, Kak Mila Nuh melakukan mindfulness check in dengan pertanyaan “tuliskan 3 kata yang membuatmu tersenyum dan bersyukur hari ini?” Hari ini Saya bersyukur karena bisa membantu tetangga dengan membeli produknya, lalu kepasar, lalu berhasil masak gulai ayam. Dan Saya merekam perjalanan kepasar, semoga bisa tayang di YouTube!

 Check ini dilakukan setiap pertemuan untuk mengantarkan peserta menuju materi pertama yaitu mindfulness.

makna baru mindfulness dari Kak Mila hari ini adalah meniatkan perhatian dan memperhatikan niat. Di awal kemarin kita mengartikannya dengan sadar penuh dan hadir utuh yang sebenarnya definisi ini juga udah oke banget menurut Saya.

Kata Kak Mila, kemampuan untuk being mindful semakin dewasa semakin berkurang, makanya butuh dilatih. Anak-anak kalau main serius banget. Esensi sederhanya gitu. Kalau sekarang duduk di kursi, memberikan perhatian pada kaki yang menyentuh lantai, menatap layar gadget. 

Hari ini kita melatih dua kemampuan kita, yaitu kemampuan mengobservasi dan fokus.

Latihan pertama adalah observasi tanpa judgement. Caranya, pilih satu objek lalu tarik nafas dan keluarkan nafas perlahan-lahan. Lakukan observasi tanpa membuat penilaian. 


 

Saya mengamati sebuah mouse di depan Saya. Warnanya hitam, terdapat roller di bagian atas. Bentuknya lengkung dan pada bagian paling tinggi terdapat tulisan: logitech. Pada hand grip di bagian kanan dan kirinya. Hand grip itu bertekstur. Pada bagian bawahnya terdapat invisible optic. On-off button.

Sewaktu Saya mengamati, malah seperti pengin memberikan review product. Padahal nggak lagi di-endorse sama logitech. Namun kemudian ada pikiran yang meluruskan, kalau Saya nggak boleh menilai apapun. Akhirnya sampai waktu lima menit habis, Saya bisa melakukan observasi  sampa selesai.

Satu persatu dipersilakan untuk membagikan pengalamannya, tapi malah ada yang ngantuk karena Kak Naneth ternyata habis lembur dan musiknya  cocok banget buat refleksi. Amel mengamati kunci rumah, tapi malah teringat ke masa lalu kalau dia sering dimarahi karena kunci itu sering terbawa. Macem-macem deh pokoknya pengalaman kawan-kawan.

Kata Kak Shobi, justru ada kesadaran baru, ya. Dan ini penting untuk dilatih. Kata Kak Mila, kualitas kebahagiaan kita akan meningkat dengan melatih mindfulness 5-10 menit. Kak Shobi menambahkan juga bahwa ini dapat melatih kita mengapresiasi apapun.

Lalu kemudian penjelasan Kak Shobi terpotong oleh Kang Paket dari Mommiesdaily, dong. Sbl.

Latihan selanjutnya adalah menjawab pertanyaan kapan terakhir kali kamu nggak melakukan apa-apa selama 10 menit?

Kalau Saya... kapan ya, Sholat aja masih melayang kemana-mana. LOL. Oh, iya hari Selasa kemarin Saya burn out parah. HB menyuruh Saya take time untuk mengerjakan deadline paper yang macem-macem . lalu Saya pergi ke sebuah warung kopi dan dtawari caramel maciatto. Dari koi digiling sampai itu gelas ada di depan Saya, Saya nggak ngapa-ngapain. Udah bengong aja gitu. Tepatnya Saya menyesap aroma kopi waktu digiling yang enak banget. Kayak masuk lewat ubun-ubun dan kemudian mengalir keseluruh tubuh. Itu Saya merasa Saya nggak butuh minum kopi lagi karena Saya sudah merasa full of caffeine. 

 

Setiap mau latihan meditasi, pasti di kepala kita itu banyak banget (urusan) yang berseliweran. Apakah meditasi itu mengosongkan pikiran? Kita nggak mikirin apa-apa? Bukan, kata Kak Mila. Ini artinya kita menjadi orang yang mengobservasi pikiran-pikiran kita. Pikiran itu nggak bisa kita shut down. Ketika kita diminta untuk silent, pikiran selalu ada. Pada saat meditasi saat hening, poinnya adalah bagaimana pikiran-pikiran itu bisa kita beri jarak. Kita nggak perlu memberikan judgement terhadap pikiran yang berkelebat.

Jadi kamu nggak gagal meditasi kalau kamu tetap berkutat dengan pikiran yang berkelebat.

Latihan being present adalah memberi jarak terhadap masa lalu dan beban yang kita tanggung di masa lalu yang sudah lewat. Pun nggak usah mikirin masa depan yang belum terjadi. Sehingga kualitas perhatian dan niat kita menjadi penuh. Kita jadi nggak terganggu dengan masalaha-masalah di belakang dan kekhawatiran-kekhawatiran di depan.

Latihan selanjutnya adalah melakukan 4-7-8 Breating Exercise yang merupakan salah satu tools dalam mindfulness meditation. Caranya sebagai berikut:

  1. Kosongkan paru-parumu dari udara
  2. Bernafas melalui hidung secara perlahan selama 4 hitungan 
  3. Tahan nafas selama 7 hitungan 
  4. meluarkan nafas melalui mulut dan mengeluarkan suara “whooosh” selama 8 hitungan 
  5. Ulangi 3 kali

Rasanya gimana?

Kata Amel, di Merpati Putih juga ada latihan pernafasan dengan metode yang sama. Dengan latihan itu, rasa capek bisa hilang.

Kak MIla mengamini pernyataan Amel. Kata Kak Mila, mindfulness ini akan melatih supaya kita nggak terbebani. Membantu kita melalui hari dengan lebih ringan, nggak overthinking, tapi ada momen setiap hari agar pikiran kita ada di luar diri kita.

Ketika kita stress, dampaknya terhadap kesehatan fisik itu besar banget. Jadi bukan makanan dan olahraga yang menyebabkan orang depresi, tapi pikirannya. Mindfulness ini akan menjadi revolution idea untuk kesehatan mental yang akan menajdi tema yang dibahas oleh banyak orang.

Setelah semua peserta hadir sepenuhnya pada zoom meeting secara menyeluruh jiwa dan raga, Kak Desma cerita tentang change.org dan program She Creates Change yang lumayan mengiris bawang. Kak Desma cerita soal program ini yang akhirnya tetap kudu online dengan mensortir pekerjaan, lokasi, dan sebagainya supaya bervariasi hingga muncullah 30 perempuan yang terpilih ini. Termasuk dirikuuuuuu. Aww... aku sangat terharu. Merasa sangat spesial danbersyukur.

Setelah Kak Desma membuat cerita yang mengandung bawang merah, hadir diundang Mbak Ani dari Biyung. Mbak Ani alumni SCC tahun lalu. Menurut Kak Ani, SCC ini adalah ruang aman untuk menangis bersama. Karena di program ini peserta dibongkar. Kita pengin membantu orang, tapi belum selesai dengan diri sendri. Padahal kita punya potensi yang besar. Sehingga bisa mindfulness, paham betul apa yang kita kerjakan meski kita harus lepas dulu satu-satu.

Tahun lalu, para peserta merelease kemarahan-kemarahan. Merelease ketidakadilan yangs elama ini kita protes dan lainnya. Sehingga trauma dan kesedihan akan direlease oleh para fasil sehingga lebih percaya diri.

Selama SCC peserta diberi bekal untuk memperkuat aksi kita. Dan yang paling penting adalah persaudaraan sehingga kita saling menguatkan, kita asih punya banyak saudara yang mengalami kesulitan. Selanjutnya, Kak Ani bisa kolaborasi dengan salah satu pemateri. Wow, keren ya!

Setelah sesi Kak Ani, kemudian Mas Arief menceritakan tentang pengalaman change.org di Indonesia, change kan dimulai tahun 2008 di internasional. Awalnya Kak Arief berdua Usman Hamid (sekarang direktur Amnesty International) dulu menumpang dalam satu kantor menyusun rencana dan pengorganisasian. Di minggu pertama, mereka beneran nggak tahu apakah change akan berhasil di Indonesia.

Waktu itu hanya ada koin untuk Prita dan Save KPK Kadal VS Buaya yag hype sehingga mereka nggak yakin apakah akan ada campaign-campaign sosial berikutnya di Indonesia. Waktu itu ada berita tentang Ketua Satgas TKI yang memberikan komentar yang kontroversial dan menyakitkan bahwa TKI dilecehkan dilecehkan karena mereka genit.

OMG. Saya jadi ingat berita-berita itu lagi.

 


 

Siapa yang juga ikut marah, hingga Kak Arief akhirnya ketemu Anis Hidayah dan Melanie Subono. Waktu itu akses internet masih sulit dan Imas Tati, TKI asal Jawa Barat adalah korban yang akan diperkosa oleh majikannya di Kuwait hingga dia loncat dari lantai dua dan dia patah kaki. Waktu itu dia masih rapuh sehingga harus dibopong.

“Gue akan gunakan petisi-petisi ini... tujuannya sederhana, supaya ketua Satgas itu meminta maaf,” kata Melanie.

Hari pertama dapat seribu tandatangan yang membombardir langsung ke email Ketua Satgas KPK. Tapi media baru menayangkan permohonan maaf  mereka di hari kelima. Sehingga mereka terus dibombardir email. Permintaan maaf adalah betuk tanggungjawab yang kecil, tapi paling enggak pejabat itu kalau ngomong mikir dulu. LOL. Maaf, Kak, ini bahasaku.

Selanjutnya Kak Arief cerita soal campaign-nya Tiza Mafira. Kampanye Tiza berjalan sampai 8 tahun. Kampanye ini berjalan tepat ketika Saya bersama Walhi Lampung dan Mitra Bentala menjalankan Program Pengelolaan Sampah Pesisir. Sehingga waktu itu, Saya yang baru kenalnya sama Rahyang Nusantara merasa kampanya Diet Kantong Plastik so into me gitu. Waktu itu Saya malah nggak notice Tiza Mafira. LOL.

Bahkan pencapaian dari kampanye kantong plastik mereka ini di luar ekspektasi mereka. 3-4 tahun mereka melalui uji coba nasional. Dari uji coba itu, mereka seneng banget karena berhasil. 


 

Kemudian ada polling tentang dampak perubahan iklim dan covid itu parah mana? Menurut netizen sama dampaknya dan 89% netizen sangat khawatir dengan dampak perubahan iklim.

Apa yang membedakan kampanya berhasil dan nggak berhasil? Adanya penggerak.

Para alumni SCC 1 juga keren-keren banget. Sebut saja Linda Mursati, alumni SCC ahli membuat dokumenter yang akhirnya membawa dia ke Mata Najwa. Nurul Fitria, bikin petisi tentang kebakaran hutan dan akhirnya 3 perusahaan dinyatakan bersalah. Bella melihat sebuah iklan Kapal Api, bahwa cendrawasihnya asli atau palsu? Dia bikin petisi bahwa orang yang menggunakan mahkota cendrawasih harus memberikan statement bahwa itu imitasi. Ini responnya sedikit, tapi cukup berhasil.

Last but not least dari Kak Arief,” Yang paling penting dalam menciptakan perubahan bukan petisi, bukan alatnya, tapi orangnya.”

___

Huft, aku merasa diganggu dengan pikiran-pikiranku sendiri setelah mendengar cerita Kak Desma dan Kak Arief. Aku gemas, overthinking sekaligus termotivasi. Haha bukan mindfulness, tapi full of mind. Aku nggak bisa menunggu untuk pertemuan minggu depan.

No comments

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<