Dompet Dhuafa Fokus Literasi Waqaf Generasi Muda



“Saya itu petani singkong. Tapi sejak adanya ujian itu (istrinya sakit), tanah saya banyak yang dijual. Sekarang saya tinggal ngurus anak bungsu saya yang 4,5 tahun sendirian. Anak saya yang besar (sulung) tinggal di pondok,” ujar Abdul Aziz.


Abdul Aziz adalah satu dari sekian banyak penerima manfaat dari program Dompet Dhuafa. Kali ini pada pilah kesehatan. Istrinya menderita tumor otak sejak Juni 2018. Setelah menjalani pengobatan selama satu tahun di RSCM Jakarta atas pendampingan dari RS AKA Medika Sribhawono, istrinya menghembuskan napas terakhir pada Juli 2019 lalu.

Ki-dr Agus Tiono, Ka-Pak Abdul Aziz
Selama proses pengobatan, segala biaya pengobatan hingga transportasi Abdul Aziz dan istrinya ditanggung oleh Dompet Dhuafa. Upaya itu sangat meringankan pihak keluarga Abdul Aziz dalam menjalani ujian dari Tuhan. Setelah dokter menyatakan bahwa harapan hidup istrinya amat sangat kecil, Abdul Aziz merawat istrinya di rumah. Dia juga sempat membawa istrinya berobat alternatif. Namun dua hari setelah pengobatan terakhir, istrinya sakit parah lagi dan meminta untuk dibawa ke RS AKA Medika Sribhawono. Di sanalah istri Aziz menghembuskan napas terakhir.


RS AKA Medika Sribhawono mulai beroperasi sejak 21 januari 2017, Terletak di Jl. Ir. Sutami No. 1 Lampung Timur. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit kedua yang telah dibangun Dompet Dhuafa, setelah membangun RS Rumah Sehat Terpadu di Parung, Kabupaten Bogor tahun 2012.

dr. Agus Tiono, Manajer OPerasional RS AKA Medika Sribhawono mengisahkan bahwa rumah sakit itu diakuisisi dari kepemilikan privat tiga orang dokter pada 2016 silam. Mereka adalah ketiga dokter yang namanya digunakan sebagai akronim nama rumah sakit tersebut, dr. Afnizal, dr. Kiswandi, dan dr. Aman. Setelah rumah sakit tersebut diwakafkan dan direnovasi, pada 2017 rumah sakit ini mulai beroperasi untuk umum. Hal itu diungkapkannya pada kegiatan Blogger dan Media Gathering di RS AKA Medika Sribhawono, Rabu (23/10/2019). 

www.donasi.tabungwakaf.com
Seiring berjalannya waktu, pelayanan rumah sakit ini pun semakin baik. Bahkan saat ini sudah dibuka layanan hemodialisa dan apotek yang bekerjasama ddengan Kimia Farma.


“Di Lampung Timur ini belum ada fasilitas HD (haemodialisa). DI RS Sukadana pun baru bulan kemarin. Kita baru buka sudah dapat tujuh pasien yang rutin butuh HD. Memang kita upayakan agar ada fasilitas ini karena kebutuhan terhadap HD semakin tinggi,” papar Endang, Kepala Ruangan di RS AKA Medika Sribawono.

www.donasi.tabungwakaf.com

Lain Pak Aziz, lain pula Ibu Sumiati. Dia harus menggendong cucunya yang berusia enam tahun setiap bulan ke RS AKA Medika. Mereka tinggal di Desa Sri Minosari, memang tak terlalu jauh daripada Aziz, tapi seringkali cucunya kejang di perjalanan menuju rumah sakit. Menurut penuturannya, cucunya menderita penyempitan otak sehingga pertumbuhannya tidak seperti anak-anak kebanyakan. Dia usianya kini, gadis kecil itu masih belum mampu duduk sendiri dan hanya bisa meringkuk di dalam gendongan neneknya. Sembari memegang menyusui cucunya lewat botol dot, Ibu Sumiati menceritakan pengalamannya yang sangat terbantu dengan pengobatan gratis di  RS tersebut.


"Dia ini tinggal sama saya dari umur satu tahun. Bapak Ibunya di Malaysia. Belum pernah pulang sampai sekarang. Jadi tiap bulan saya bawa dia kesini, dia kejang," Ibu Sumiatu bercerita dengan mata berkaca-kaca.


Tak hanya melayani pasien dhuafa, RS AKA Medika Sribhawono juga melayani pasien umum dan BPJS. Nita, Ibu yang baru saja melahirkan bayinya sebulan lalu harus membawa bayi mungilnya ke RS ini lantara benjolan di bawah telinga. Ada juga Pak Syarif yang tengah menunggu ayahnya yang di rawat di sana dengan kondisi adanya komplikasi penyakit. Mereka merupakan pasien umum yang dengan suka rela membawa keluarganya untuk berobat di sana karena memang fasilitasnya cukup mendukung untuk kesembuhan pasien.

RS AKA Medika Sribhawono mempunyai 80 bed yang tersebar di ruang kelas 1, kelas 2, kelas 3, ruang VIP, ruang isolasi, ruang hemodialisa, praktik umum, poliklinik, ruang perawatan anak, ruang gawat darurat, kamar bedah dan kamar bersalin. RS ini juga dilengkapi dengan ruang penunjang medis seperti farmasi, radiologi, dan laboratorium, hingga ruang kantor. Pasien-pasien di sini dilayani dengan 10 orang dokter umum dan 11 orang dokter spesialis.

WakeUp Wakaf Dompet Dhuafa

Hadir dalam kesempatan itu, Pak Bobby P. Manullang selaku General Manager WakeUp Wakaf Dompet Dhuafa. Dia memaparkan bahwa kondisi saat ini adalah pertama wakaf merupakan cabang ibadah filantropi yang tidak populer. Masyarakat masih menilai bahwa wakaf identik sebagai 3M (Makam, Masjid, Madrasah). Kedua, wakaf hanyalah ibadah bagi kalangan kaya. Jadi orang yang belum kaya, belum lyak untuk berwakaf. Mindset yang berkembang adalah wakaf hanya pantas dikerjakan dalam bilangan besar. Ketiga, lantaran dua alasan di atas, orang-orang jadi menunda wakaf. Ah, wakaf mah nanti aja, sekarang sedekah aja dulu.

Nah, yang menjadi concern Dompet Dhuafa saat ini adalah menyasar anak muda supaya melek literasi wakaf. Pak Bobby menganalogikan bahwa, ”daripada kita jual Mercedes yang mahal, marginnya banyak, untung besar tapi berbatas waktu, mending kita jual Avanza. Dengan margin tipis yang penting unit yang terjual banyak dan continu.”


Dompet Dhuafa mempunyai daya collecting hingga ke nasional, maka hadirlah Gerakan Sejuta Waqif. Dengan adanya kekuatan Dompet Dhuafa untuk merangkul umat secara nasional, tentunya gerakan ini akan lebih mudah diwujudkan. Saat ini targetnya adalah waqaf Rp. 10.000/orang. Jika ada satu juta waqif, maka dalam sebulan dana yang terkumpul mencapai Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar!). Sehingga jika gerakan ini dilakukan rutin, maka Dompet Dhuafa akan mempnyai modal RP. 30 milyar selama tiga bulan. Jika gerakan ini terwujud, maka akan terbangun empat rumah sakit dalam satu tahun. Memang saat ini typical rumah sakit Dompet Dhuafa adalah Rp. 30 Milyar.

Dengan terkumpulnya dana sebesar RP. 30 milyar, DOmpet Dhuafa sudah bisa membangun satu rumah sakit dengan fasilitas mumpuni. Seiring berjalannya waktu, tentu fasilitas ini akan terus bertambah mengikuti kebutuhan di masyarakat dan perkembangan dalam pengelolaan rumah sakit.

Membangun Literasi Waqaf Generasi Muda


“Misalnya Telkomsel. Saat ini dia mempunyai 125 juta pengguna data internet. Kita bisa kasih notif wakaf, kalau 1 % aja dari target kita dapatkan, maka akan terkumpul 125 waqif. Begitu juga unit-unit usaha yang lain yang dapat merengkuh massa yang menjadi pangsa pasar Dompet Dhuafa akan diajak bekerjasama,” papar Pak Bobby.

Menurutnya yang paling penting saat ini adalah literasi wakaf. Sehingga masyarakat menjadi paham bahwa wakaf tidak sekedar 3M semata, tapi juga bisa berupa wakaf produktif. Benar kata Pak Bobby bahwa anak muda zaman sekarang gampang sekali tersentuh, terhanyut dan sensitif terhadap kondisi lingkungan sekitar. Tak heran kalau sekarang banyak iklan dengan ide-ide kreatif bermunculan. Iklan-iklan yang mengusung human interest dulu saya hanya tahu asalnya dari Thailand. Namun sekarang, iklan-iklan di YouTube yang berasal dari Indonesia pun enggan rasanya untuk saya skip.

www.rsakamedika.com

Artinya, menyasar generasi muda dalam upaya pemberdayaan umat dari berbagai pilar sangatlah mungkin. Meski mungkin belum berorientasipada kehidupan akhirat, anak muda sekarang sudah lebih aware dengan berbagai persoalan di lingkungannya. Dengan terdidiknya generasi muda terhadap keilmuan wakaf, maka kemungkinan untuk dia selalu berwakaf juga semakin panjang seiring dengan harapan hidup. Berbeda dengan mengedukasi generasi tua yang meski nominal waqafnya besar, namun kontinuitasnya mungkin lebih pendek. Generasi muda juga lebih mudah dipengaruhi dengan trend lifestyle sehingga akan ada peningkatan grafik waqif secara linear jika generasi muda telah terbiasa dengan berwaqaf.

Wakaf produktif sebenarnya sudah disampaikan oleh Rasulullah SAW ketika Umar bin Khattab lantaran ada yang menegur Umar yang sering absen shalat berjamaah. Ketika bertemu Rasulullah SAW, Umar mengaku terlalu asyik mengurus tanahnya. Sehingga untuk menebus kesalahannya, Umar berniat untuk memberikan sebagian tanahnya untuk perjuangan Rasulullah. Namun beliau menolak. Rasulullah malah menyarankan agar tanah tersebut diurus sehingga hasil tanam tumbuhnya dapat dipergunakan untuk membantu orang yang kesusahan.

Lalu mengapa masyarakat kita hanya paham bahwa waqaf adalah 3M? Hal ini dikarenakan pada zaman pemuka agama islam zaman dahulu, fokusnya adalah penguatan kaidah keislaman. Sehingga ketika kondisi rumah ibadah sulit, maka bergantung kepada orang lain untuk berwaqaf. Demikian juga ketika dibutuhkan pemakaman secara islam dan kondisinya sulit, maka dianjurkan untuk zakat makam.


Nah, menurut Pak Bobby, dengan pemahaman islam yang lebih kontemporer, hari ini umat sedang butuh pemberdayaan ekonomi, akses kesehatan yang paripurna, akses pendidikan yang baik. Maka sekarang kita menyasar yg produktif. Sehingga Dompet Dhuafa menyasar segmen digital sebagai pangsa pasarnya. Ini mempunyai beberapa keuntungan. Pertama, dengan memaparkan literasi wakaf sejak dini akan muncul karakter dalam diri seorang pemuda bahwa waqaf itu tidak hanya 3M. Setelah muncul pemahaman ini, kebiasaan untuk berwaqaf akan hadir dalam diri anak muda. Hal ini akan diikuti kegemaran berwakaf. Sementara itu, kecenderungan anak muda ialah dia akan punya efek mengajak teman-teman lain. Sehingga dampak dari gerakan ini akan meluas.



“Bila anak Adam meninggal dunia maka seluruh pahala amalannya terputus, kecuali pahala tiga amalan: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang senantiasa mendoakan kebaikan untuknya.” (HR. at-Tirmidzi dan lainnya).
 
Dari ketiga amalan yang kekal itu, ada amalan yang paling kekal. Ilmu yang bermanfaat, akan sangat berguna jika niat tulus kita lakukan demi Allah. Jika niat sudah terkotori, pupus sudah harapan untuk memanen rejeki dari ilmu kita. Kedua anak soleh yang selalu mendoakan orangtuanya. Jika kemudian anaknya sibuk dengan kehidupan pribadinya, apakah dia akan terus berdoa? Terakhir amal jariyah. Ini adalah amalan yang tidak akan pernah terputus melainkan terus bertumbuh dan melipatgandakan keuntungan.

www.dompetdhuafa.org

Di dalam Dompet Dhuafa itu sendiri terdapat empat pilar waqaf, yaitu:
1.   Kesehatan, saat ini ada tujuh rumah sakit besutan dana waqaf Dompet Dhuafa. Salah satunya adalah RS AKA Medika Sribawono.
2.   Pendidikan, saat ini Dompet Dhuafa telah memiliki empat sekolah formal. Dua sekolah gratis, dan dua sekolah berbayar. Sekolah yang berbayar ini pun mempunyai kuota 30% untuk siswa dari kaum dhuafa. Sehingga prinsipnya adalah subsidi silang biaya pendidikan.
3.   Ekonomi, Dompet Dhuafa telah memberdayakan masyarakat dalam usaha comercial estate, pabrik nanas, kebuh buah, dan sebagainya.
4.   Pengembangan sosial, pilar ini juga mempunyai dampat untuk memberdayakan perekonomian. Caranya adalah dengan mendirikan unit bangunan yang dimanfaatkan secara komersil di sekitar tempat ibadah.


Dengan adanya literasi waqaf yang baik bagi kalangan muda di era digital, tentunya akan menambah daftar upaya pemberdayaan masyarakat. Jika dari sisi ekonomi, kesehatan dan pendidikan umat sudah baik, maka akan lebih mudah untuk membangun bangsa.

No comments

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<