Berkebun, Hidup Sehat dan Bahagia dari Rumah



 
Kalau ditanya pekerjaan rumah apa yang paling saya sukai, tentu saya nggak akan menjawab mencuci piring, menyapu lantai, mengepel, mencuci baju, menyetrika, apalagi memasak. Hahaha. Sangat jauh dari angan-angan. Pekerjaan-pekerjaan itu malah membuat saya stress. Cuti tiga bulan hanya berhadapan dengan barang-barang di rumah membuat saya sulit berkembang. Bahkan saya jadi sulit bangkit dari depresi yang saya alami.


Tapi jangan khawatir, saya tetap mencintai pekerjaan rumah kok. Berkebun adalah pekerjaan yang sangat saya sukai. Berkebun bagi saya bukan hobi, tapi pekerjaan. Berkebun menuntut saya untuk menyelesaikan ini itu. So, it;s not hobby. Ini adalah pekerjaan.

Biasanya saya menengok kebun-wanna-be saya pagi hari ketika saya buang sisa makanan ke lubang biopori. Iya, saya mengolah sisa makanan di lubang biopori. Awalnya mau mengolah sampah organik kering di keranjang takakura juga, tapi jarang banget masak. Jadi jarang ada sampah kering. Jadi ambil simpelnya aja, cemplungin semuanya ke lubang biopori.

Saya punya beberapa lubang biopori. Jadi pengisian sisa organiknya digilir. Dan sekarang ada beberapa lubang yang sebelahnya sudah saya tanami dengan sayuran. Mayan subur makmur.

Rencananya saya pengin banget punya kebun kecil, lalu mengupayakan homesteading. Tapi ternyata butuh upaya besar juga. Haha. Sedangkan saya Cuma bisa berkebun kadang-kadang aja. Hahaha ... sungguhlah jauh panggang dari api.

Saya juga sudah lama mengmpulkan bekas kemasan deterjen 2 kg, minyak 2 liter, dan lain-lain yang renacanya mau saya jadikan pot. Tapi kemarin saya bawa ke daerah dampingan. Disana deh jadinya kebun saya haha.

Berkebun benar-benar jadi obat stress loh. Ini kata saya, sesuai pengalaman pribadi saya, bukan kata para pakar-pakar itu. Tapi insyaa allah confirmed, deh. Hihi... selain berkebun, memelihara hewan ternak juga obat stress. Karena saya nggak suka berisik dan apalagi yang nempel-nempel kayak kucing, jadi saya lebih suka memelihara ikan.

Wah, pokoknya pagi-pagi dengan udara yang masih bersih sebelum matahari terbit sempurna mengisi lubang biopori, lalu nengokin tanaman, memilah tanaman, nyiram tanaman, ngebenerin tanahnya yang dicakar-cakar kucing itu jadi semacam moodbooster di pagi hari.

Setelah itu nyapu halaman, sambil muter mesin cuci. Abaikan tangis bayi. Kan ada Bapaknya ini. Biarkan mereka quality time. Hahaha.

Saya sendiri enggak beli bibit sayuran, tapi lebih senang re-grow. Jadi sisa yang dari dapur saya tanam lagi. Misalnya cabai tua yang busuk, taruh aja di tanah, nanti setelah tumbuh tinggal dipindahkan biar lebih leluasa hidupnya. 



Begitu juga dengan tanaman yang lain. Saya baru aja berhasil menanam batang katut dan juga bayam, loh. Jadi batang katuk dan bayam yang sudah dipilah untuk disayur itu tancapkan aja ke tanah. Daun-daun tuanya tetap masukkan lubang biopori. Dalam waktu dua minggu, ini hasil tanaman saya. So proud of myself!

Satu lagi, saya menanam sawi. Tepatnya batang sawi hijau yang masih ada akarnya. Jadi sisa sayuran itu saya tancapkan ketanah. Kalau kata orang, bunga sawi itu enak juga ddimakan, kalau saya mah nggak tega. Haha. Biarkan bunga itu jadi biji, kelak bijinya akan kita semai untuk jadi sawi lagi. Jadilah siklus hidup sayuran terjadi di rumah kita sendiri,

Saya juga menanam pepaya dan mangga. Eh, nggak menanam dhink. Membuang. Pepayanya sekarang sudah berbunga, tingginya baru satu meter tapi daunnya lebat banget. Kalau mangganya baru paling lima belas senti. Tapi melihat mereka tumbuh subur di musim penghujan begini rasanya adeeeeem banget.

No comments

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<