5 Tips Sehat Perempuan Pekerja



Dua minggu terakhir saya digeber sama deadline bertubi-tubi. Lupa makan siang, minum jarang, malam masih disuruh begadang sama bayi, ujung-ujungnya sarapan buru-buru atau bahkan nggak sempat. Beberapa hari terakhir saya juga makan mi instan. Oh sungguh kacau.


Pada akhirnya tadi pagi setelah sarapan saya nangis guling-guling karena sakit perut. Super extra perih luar biasa. Nggak lama dari itu saya vomit hingga semua makanan keluar. Akhirnya ya dibawa kedokter setelah diare. Dan vonisnya ya apalagi kalau bukan sakit maag. Huhu... Kacau segala urusan jadinya.

Sebenarnya saya punya beberapa tips sehat yang membuat saya biasanya bisa bertahan dihantam badai deadline dan tugas di kampus, lembaga, komunitas, forum Dan sebagainya. Tapi kadang emang sayanya juga bandel, sih. Jadi berikut saya tuliskan lima tips sehat buat perempuan pekerja ala saya.

Sarapan

Nggak boleh dilewatkan karena sarapan ini penting banget. Malam hari sewaktu tidur, sistem metabolism di tubuh kita enggak tidur. Akibatnya perut kita juga kosong karena makanan sudah habis dicerna. Itulah kenapa makan pagi disebut breakfast karena ya itu sama aja dengan buka puasa setelah tubuh nggak mendapatkan asupan makanan dan minuman selama tidur.

Kalau soal menunya, saya anaknya Indonesia banget, jadi harus sarapan nasi.

Tidur

Kata guru kimia saya di SMA, orang pintar itu tidur cuma empat jam sehari maksimal. Karena saya bukan orang pintar, dan saya nggak minum Tolak Angin, makanya saya tidur setidaknya 5 jam. Syukur kalau bisa sampai 6 jam.

Tapi sejak punya bayi ini jadwal tidur kacau. Tapi ya tetap prioritaskan tidur sebagai istirahat yang utama. Di saat bayi tidur, saya sosmedan sampai ketiduran. LOL.

Minum dan Gizi Seimbang

Minum air bening delapan gelas  sehari itu angka minimal, loh. Apalagi untuk orang yang bekerja di lingkungan yang panas, berdebu, dan iklim ruangsn yang stressful kayak saya. Fiuh. Butuh banget minum sering-sering.

Minum itu kuncinya jangan sampai haus. Kalau sudah haus berarti itu adalah sinyal dari tubuh yang udah urgent banget.


Saya juga prefer makan gizi seimbang daripada harus mengurangi salah satu nutrisi dalam asupan diet saya. MIsalnya karbohodirat, atau lemak hewani, atau bahkan ada juga yang menghilangkan susu sama sekali. Kalau gluten ya emang nggak baik untuk sistem pencernaan orang dewasa apalai anak-anak. Dan ini tantangan terberat. Haha.


Makan Masakan Rumahan

Bukan rahasia lah yaaaa kalau makanan di luar itu banyak yang enggak sehat. Tapi saya sedih karena concern kebanyakan orang adalah tentang micin. Padahal micin itu ya enggak jahat kalau digunakan seperlunya. Apapun kalau berlebih kan emang nggak bagus.

Tapi perlu diingat bahwa terkadang orang membubuhkan micin dengan tidak tepat. Secara takaran maupun secara karakteristik dari bahan masakan itu sendiri. Kadang malah micin itu merusak cita rasa. Hihi. Saya juga nggak terlalu paham karena saya emang nggak hobi masak. Hobinya makan.

Kesalahan lain yang biasanya kita capatkan dengan beli makan di luar adalah kesalahan dalam penyiapan bahan hingga penyajiannya. Haduhhhh. Udahlah, paling bener emang masak sendiri. Kalau lagi mood.

Grow your own food

Ini tentang bagaimana menjadi swasembada, homesteading. Saya sudah memulai ini karena dari generasi orangtuanya orangtua saya juga mereka berkebun dan memberdayakan pekarangan.

Saya pernah berkunjung ke salah satu ladang sawi di dekat rumah. Mereka pakai pupuk urea. Di tempat lainnya mereka pakai kotoran kambing yang masih bulat utuh sementara hari itu juga sawinya dipanen. Omaigat, toksoplasma itu begitu nyata.

So, saya sekarang lagi belajar untuk menanam apa aja yang bisa ditanam dan meminimimalisasi konsumsi produk-produk yang enggak sehat untuk diri dan juga lingkungan.

No comments

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<