Menjawab Tantangan Zaman Bersama ASUS X555



Sejak awal memutuskan untuk meniti karir sebagai dosen, pekerjaan dari kampus memang enggak terbilang banyaknya. Mulai dari menyusun borang program studi (prodi) baru, borang akreditasi prodi sendiri, borang akreditasi perguruan tinggi, proposal proyek percepatan pembangunan, bahan kuliah, meriksa tugas mahasiswa, bikin modul, nulis buku, dan tahun ini ketambahan lagi dengan diberlakukannya kuliah daring. Ya saya harus jadi artes gitu, syuting ala ala lagi ngajar sekaligus edit video dan langsung upload ke youtube dan website.

Arus globalisasi nggak akan mungkin lagi terbendung masuk ke Indonesia. Teknologi semakin canggih dan dunia dituntut untuk mengikuti pola digital economy, artificial intelligence, big data, dan sebagainya yang dikenal dengan istilah disruptive innovation. Sebagai dosen, saya pun dituntut untuk lebih berkualitas dalam memberikan layanan kepada mahasiswa.

Blogger-Lecturer: Profesi Kekinian Menjawab Tantangan Industri 4.0


Beruntung saya memang punya passion dalam dunia blogging. Saat ini dosen disarankan untuk mempunyai blog guna memudahkan mahasiswa untuk mengakses material pembelajaran berbasis elektronik seperti e-book, e-journal, dan video. Bahkan sejak semester lalu, mahasiswa juga diminta untuk membuat blog dan dibimbing dalam mata kuliah Pengenalan Komputer dan Software. Hal ini tentu saja semakin memudahkan dosen dan mahasiswa untuk berinteraksi meski dalam kondisi remote dan tanpa harus bertatap muka. Submit tugas pun dilakukan via website. Dan berita menyenangkannya adalah bahwa metode ini mendukung program paperless dan gaya hidup ramah lingkungan.

Dalam menyambut tantangan revolusi industri 4.0, seorang dosen seperti saya tentu punya peran yang sangat penting dan strategis. Untuk mencetak mahasiswa yang kompetitif pada eranya, dosen harus gaul. Harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang semakin bikin kedodoran kalau dikejar. Selain memiliki kompetensi dalam bidang keilmuannya, dosen juga harus kritis, kreatif, komunikatif dan mampu berbaur dan berkomunikasi dengan baik dengan mahasiswanya. Bukan hanya blogger, dosen juga dituntut untuk selalu berinovasi supaya lebih produktif lagi. Dosen dan blogger sama-sama harus kreatif, inovatif, karena sama-sama harus menghasilkan konten digital yang mumpuni.



Presentasi di ajang internasional dengan cara konvensional

Dalam berbagai kesempatan, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi M. Nasir menjelaskan tentang kesiapan Indonesia dalam menghadapi revolusi industri 4.0 ini. Indonesia sangat potensial, tapi masih menempati posisi global competitiveness index ke-36. Kata Pak Menteri, ini yang perlu diperbaiki agar daya saing kita meningkat.

Dalam hal metode perkuliahan, hal ini erat kaitannya dengan proses penyerapan informasi dalam otak manusia. Penyampaian kuliah dengan multimedia dilakukan untuk memaksimalkan potensi belajar dan memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam mengefektifkan penguasaan materi dengan cepat. Begitu juga dalam kesempatanmelakukan tridarma perguruan tinggi lainnya, yaitu penelitian dan pengabdian yang menuntut penyajian informasi yang menarik.

Melakukan pengabdian masyarakat di Pondok Pesantren


Kalau dulu materi kuliah cukup disiapkan dengan bantuan Power Point, dengan visual-visual yang juga sebenarnya semakin berkembang, sekarang enggak lagi. Kuliah akan lebih menarik dengan adanya video, animasi, dan efek-efek yang tampak nyata sehingga lebih memotivasi mahasiswa. Apalagi seperti saya katakan sebelumnya, saat ini kuliah mostly dilakukan secara daring sehingga untuk membuat mahasiswa semangat belajar meski tanpa diawasi. Dosen pun jadi lebih tertantang untuk membuat video yang menarik, modul yang efektif dan penggunaan fitur-fitur yang ergonomis.

Belum lagi passion dalam dunia perbloggingan yang juga menuntut saya untuk selalu melejit, lebih kreatif dan inovatif dalam berkarya. Kalau enggak ya bubbye deh, pasti ketinggalan jauh dari blogger-blogger lainnya. Tapi gimana, desain grafis aja saya tak mampu, lha baru buka corel draw versi jaman batu aja laptop saya langsung teriak,"ampun, bos!!!"

Sayangnya, saya kedodoran mengejar semua tantangan itu. Jangankan video yang menarik, membuat video via edit crop menggunakan movie maker aja uyuhan segitu-gitunya. Nggak heran channel YouTube saya sepi video dan akhirnya sepi peminat. Ujung-ujungnya sepi job deh. Wasalam kan kalau sudah begini!

Bukan apa-apa, selain sayanya yang emang gaptek, gadget saya juga kurang mendukung untuk itu. Sehingga nggak jarang saya menunda pekerjaan karena kalau terlalu banyak membuka tab pekerjaan, laptop langsung diam. Bergeming untuk waktu yang tak ditentukan. Ujung-ujungnya saya harus memohon pemakluman.


"Nda, deadline revisian laporan penelitian ditunggu sore ini, lho!"
"Omaigat, bisa minta perpanjangan nggak ya kira-kira? Kemarin editanku ilang gara-gara laptop mati."


Atau begini,


"Bu Rinda, sudah bisa disubmit borangnya?"
"Maaf, Pak. Belum selesai saya kerjakan. Tadi malam laptop saya blue screen."


Nah, kalau sudah beralasan melulu begini, manalah orang mau percaya untuk memberikan tugas lagi kepada saya?


"Ah, dia mah lelet. Enggak amanah," gitu kali pikir orang-orang.


Kalau teman-teman saya bisa presentasi dengan menyajikan data dalam bentuk diagram atau grafik dengan animasi kece, saya ya cuma bisa pasrah sama diagram batang bawaan Microsoft office 2006. Pukpuk myself.

Betapa kucinta ASUS-ku

Laptop bagi saya, seorang dosen sekaligus blogger ibarat panca indera bahkan otak. Kalau enggak ada ya cukup sulit untuk bisa bergerak apalagi berkompetisi mengejar eksistensi dengan rival-rival lainnya. Teknologi saat ini berkembang sangat pesat dan tak terbendung, kalau dosennya gaptek ya gimana mahasiswanya? Jangan-jangan malah dikadalin belaka.

Laptop ASUS saya memang sudah cukup berumur. Saya beli dari tahun 2013, sementara katanya kalau gadget itu bagusnya ganti tiap lima tahun sekali. Lah pas banget tahun ini over capacity ya dianya. Yang namanya barang elektronik seperti laptop yang selalu diajak bekerja keras begini ya memang wajar kalau terjadi penurunan kinerja. Sehingga mau nggak mau ya saya harus ganti laptop. Dia sudah menemani saya menjadi jawara di berbagai kesempatan. Bahkan mengantarkan saya mencapai gelar Master of Science.

Sebenarnya saya ada mengincar laptop keluaran baru dari ASUS juga. Kece bangetlah pokoknya. Jawaban atas segala masalah dan tantangan yang ada di depan mata saya.
Ada yang sudah kenal dengan ASUS X555? Laptop yang fleksible dan pastinya bakal sangat membantu saya untuk lebih kreatif dan inovatif lagi.

MENGAPA ASUS X555?


Supaya makin yakin untuk bersholawat demi memiliki dia, kita bongkar dulu yuk keunggulannya!Sekarnag mah baru bisa doa dan sholawatnya yang dikencengin. LOL.



Desain yang Menunjang Kebutuhan

Untuk masalah desain, sepertinya ASUS memang konsisten memasang tema elegan. Begitu juga dengan seri X555 ini, casingnya yang terbuat dari aluminium ditambah dengan guratan-guratan. Ini cocok sekali dengan saya yang tangannya sering basah sehingga nggak licin sewaktu memegangnya.

Sebagai blogger, tentunya saya harus berhubungan dengan foto meski pun saya belum ahli dalam fotografi dan edit mengeditnya. Namun layar ASUS X555 sebesar 15,6 inchi sangat cocok untuk penggunaan multimedia seperti melihat dan mengedit foto bahkan untuk film marathon di hari libur. Apalagi ditambah dengan fasilitas full keyboard dan touchpad yang katanya sensitif sehingga pasti menunjang kebutuhan edit baik foto maupun grafis meski saya baru belajar. Performanya didukung dengan grafis yang bagus dan memory controller di bagian dalam yang canggih, membuat X555 ini ideal digunakan untuk kebutuhan laptop time saya sehari-hari atau sekedar menonton film dan video.

They said: welcome to kerempongan motherhood

Meski dengan layar sebesar itu, ASUS X555 tetap ringan dengan berat hanya 2,2 kilogram. Apalagi sekarang saya punya bayi, kalau kemana gembolannya tambah banyak. Otomatis laptop jadi sering terabaikan. Tertekan di sana sini, bahkan pernah juga akhirnya saya tinggal di kampus karena bawaan sudah terlalu berat. Efeknya, di rumah jadi enggak bisa ngerjain PR, tugas-tugas jadi makin menumpuk menunggu deadline. Atau sebaliknya, karena bawaan sudah banyak akhirnya laptop terpaksa ditinggal. Akibatnya di kampus jadi kurang produktif. Kalau punya ASUS X555 kan saya bisa jadi lebih produktif lagi tanpa alasan laptop berat dan mata sakit melihat layar.

Penyimpanan Data Cepat

ASUS X555 dilengkapi dengan 3 port USB (versi 3.0 dan 2.0), ada slot MMC, jack audio HDMI dan bahkan masih terdapat port VGA dan juga DVD. Jadi mau transfer  data pakai metode yang mana juga bebas. Belum lagi port 3.0 yang membuat proses transfer data jadi lebih cepat.

Selain itu, ASUS seri ini juga mengakomodasi ketelodoran saya yang sering lupa menyimpan gara-gara kerjanya suka disambi ini-itu. Menulis untuk blog sering diselingi dengan membuat laporan atau proposal, lalu ditinggal begitu saja. Nah, apalagi di Lampung sering mati listrik. Cocok banget. Pekerjaan langsung tersimpan otomatis.

Daya tahan baterai seharian

ASUS X555 ini memiliki baterai dengan jenis Li-Polimer yang memiliki ketahanan baterai sampai dengan 2.5 kali lebih kuat dibandingkan baterai Li-Ion silinder. Bahkan setelah diisi ulang hingga ratusan kali, baterai ini tetap dapat menyimpan sampai 80% dari original kapasitasnya.

Ratusan kali itu berarti udah ratusan hari alias tahunan saya bersama ASUS X555 dong ya. Daya tahannya masih 80% kece banget dah. Kebetulan laptop saya yang sebelumnya juga bermasalah di chargernya. Kabelnya sering enggak terisi listrik, susah kalau mau ngecharge. Dan parahnya beberapa bulan terakhir baterainya tetap nol terus meski sudah dicharge beberapa lama. Akhirnya saya harus bawa-bawa charger yang jarang nyambung itu kemana-mana. Selain berat, tentu saja repot dan enggak friendly sekali di saat-saat genting.

Teknologi IceCool

Laptop ASUS memiliki design internal yang unik yang dirancang untuk mengatasi masalah terkait panas yang terjadi pada bagian bawah laptop pada umumnya. Apalagi kalau sering main laptop di atas kasur sambil sekedar ngegoler atau mainan sama bayik-piyik-squishyku. Ngeri banget panasnya bisa sampai buat ngerebus telur.

Mengoperasikan laptop di atas kasur

Nah, teknologi ASUS IceCool menjaga temperatur notebook diantara 28 derajat sampai 35 derajat, hal ini menunjukkan bahwa panas yang dihasilkan lebih rendah dari temperatur yang dihasilkan oleh tubuh manusia, hal ini membuat kita dapat mengetik lebih nyaman walaupun dalam waktu yang lama. Bisa gonta ganti gaya berkali-kali ini mah.

Bekerja Sekaligus Menikmati Home entertainment didukung Prosesor AMD®Quadcore A10

Notebook ASUS X555 didukung oleh Prosesor AMD®Quadcore A10 untuk performa yang halus dan responsif. Saya nggak terlalu paham hal begini sih. Meski begitu juga prosesor tetap menjadi concern saya dalam hal memilih gagdet. Dengan prosesor AMD A10, laptop ini mampu bekerja optimal untuk mendukung kebutuhan multi-tasking saya dengan tetap responsif.

Saya sering membuka beberapa tab sekaligus dan kadang membuat kinerja laptop jadi menurun bahkan hang. Nah, saya yakin dengan ASUS X555 yang gahar ini pekerjaan saya bakal lancar meski bertumpuk-tumpuk dan sering berada dalam sleep mode. Bahkan terkadang kalau sudah dead lock, boring, atau sekedar butuh hiburan ya saya membuka tab pekerjaan sambil nonton film. So, ASUS X555 memudahkan saya dalam menyelesaikan semua pekerjaan tersebut, memberikan performa multifungsi yang dibutuhkan untuk bekerja atau bermain dengan satu perangkat. Benar-benar bisa diandalkan dalam pekerjaan sekaligus home entertainment.



Laptop ASUS saya sudah menemani hari-hari saya dalam berkreasi sejak tahun 2013 lalu. Melalui laptop ASUS, saya sudah banyak menorehkan beberapa cerita indah di lima tahun kebelakang. Semoga di tahun-tahun berikutnya juga bisa menorehkan beberapa catatan indah lainnya bersama ASUS X555.

ASUS X555 sudah hadir di pasaran Indonesia sejak akhir tahun lalu. Laptop kece ASUS X555 juga dijual di Tokopedia dan dibandrol di harga under 10 juta. Jadi untuk mendapatkannya nggak perlu repot pergi ke toko komputer, ya! Cukup belanja dari rumah aja.

Saya pikir akan lebih baik jika tahun ini saya ganti laptop jadi ASUS X555 karena keseharian saya membutuhkan support laptop yang mumpuni. Supaya saya dapat semakin kreatif dan produktif baik di profesi saya sebagai dosen maupun saat menekuni hobi ngeblog yang semakin kesini semakin menarik. Bukan sekedar menorehkan kata-kata jadi sebuah artikel utuh yang layak dibaca, blogging juga semakin menuntut tampilan visual yang menarik. Seperti infografis, gambar, bahkan video Kalau saya punya laptop ASUS X555 ini pastinya saya bisa belajar untuk memasukkan unsur multimedia dalam blog saya sehingga tak hanya menarik tapi juga bermanfaat bagi pembaca. Selain itu saya juga siap menghasilkan materi perkuliahan yang up to date dan menarik minat mahasiswa.

So, sudah yakin banget kan kita bisa menjawab tantangan musim industri 4.0 bersama ASUS X555 ini. Tak sekedar kreatif tapi juga makin inovatif sebagai dosen sekaligus blogger dalam menebarkan kemanfaatan untuk semesta.

3 comments

  1. Wah iya bener banget itu Mbak Dosen. Gak kebayang gmn sibuknya tanpa adanya laptop yang mendukung pembuatan materi secara visual dengan design dan video yang menarik. Smg bs dapet Asus X555 yah mbak. amin

    ReplyDelete
  2. Wohoho Rinda ikutan lomba blog ini juga. Semangat bu dosen, kayaknya laptop ASUS X555 ini oke punya ya. Ini Phadli pake blog komunitas.

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<