Preggo Stories: Mendadak IGD




Jadi ceritanya saya sudah batuk pilek sekitar seminggu. Di awal-awal juga demam beberapa hari. Waktu masih gejala, kami datang ke dr. Zulkarnain di RS Anugerah Medika karena dr. Ratna sedang tidak di tempat. Sedangkan saya butuh dokter. Setelah konsultasi, dr. Zul hanya menyuruh saya ngeboost imun lewat makanan. Ya, normally memang begitu. Untuk flu obat terampuhnya adalah makan yang banyak, minum yang banyak, makan buah dan tidur yang banyak. 



Setelah itu dr. Zul memberikan saya surat pengantar cuti karena HPL saya sebenarnya 15 Agustus 2018, jadi cutinya maju 1 bulan jadi 15 Juli 2018. Selain itu beliau bilang bahwa dua minggu lagi setelah hari itu, saya sudah bisa dioperasi dalam usia kandungan 37 weeks dan perkiraan berat janin 2800 gram.

Omaigatttttt... Dalam perjalanan pulang saya stress berat. Harus yaaaa dua minggu lagi? Saat itu kondisi janin baik dan sangat aktif dengan berat 2600 gram.


Karena tak kunjung sembuh, akhirnya saya meminta resep obat batuk ke dr. Henny. Ya, dr. Henny memang yang mudah dijangkau karena dekat dan bisa diakses juga via telpon. Akhirnya saya mendapatkan obat batuk Silex seperti yang saya pernah konsumsi di trimester awal.

Kondisi saya tak kunjung membaik. Waktu itu diperparah dengan pindahan rumah sehingga meski saya nggak ikut angkat-angkat tapi saya jugs ikut mikir dan ya capek juga. Apalagi HB. Sudahlah ngurusi barang-barang, harus tetap mengurus saya yang sakit juga.


Hingga pada suatu malam demam saya konon semakin parah. Menggigau bukan lagi hal yang bisa ditoleransi. Maka HB membawa saya ke dokter terdekat, dr. Vera Rusmita. Saya mendapatkan obat dan baru bisa istirahat dengan lebih baik selama beberapa hari.

Hari demi hari batuk saya enggak juga sembuh. Hingga akhirnya masa dua minggu seperti yang dikatakan dr. Zul tiba, saya masih sakit dan merasa bahwa saya makin lemah dan kurus. Kami mencari dr. Ratna, karena enggak ada jadwal di RSB Anugerah Medika, maka kami menelepon untuk membuat janji dengan dr. Ratna di RSB Belezza.

dr. Ratna memeriksa semuanya tanpa kecuali dan mendapati denyut jantung janin hanya seperti tiupan-tiupan angin. Tanpa berlamaberlama-lama, beliau langsung ngasih rujukan ke IGD RSB Anugerah Medika yang mana itu jaraknya lumayan jauh.

Disana saya diobservasi, dikasih oksigen, cek ketuban, DJJ dan diamati selama dua jam. Omagait itu sungguh seram.

Apalagi setelah menerima tawaran bahwa besok Selasa, 17 Juli 2018 saya akan dioperasi. Pasalnya dikhawatirkan bleeding dan juga di tanggal 19-23 Juli dr. Ratna ada tugas keluar kota.

Jadi saya dalam dua pilihan, operasi besok atau nunggu seminggu lagi dengan catatan saya harus bedrest total dan jaga diri. Kalau misalnya terjadi hal darurat, saya mungkin akan dioperasi oleh dokter laki-laki. Bisa dr. Zul, dr. Idris, atau dr. Taufiq dan itu pasti awkward banget -_____-

Stress level gained!!!

Saya dan HB berdiskusi tanpa keputusan selama dua jam. Bingung. Merasa belum siap, tapi juga takut. Takut kalau kelamaan jadwal operasinya nanti kenapa-kenapa. Takut kalau DJJ lemah lagi. Takut kalau berdarah. Takut kalau si utun abis keluar lalu diapain. *Cry*

Hingga pada akhirnya setelah dicek pasca observasi, DJJ jadi 140. Normalnya, DJJ memang lebih tinggi dari orang dewasa yaitu 120-160 dan kali ini kondisinya sudah baik sekali. Alhamdulillah.

Gara-gara kondisi ini, dokter jaga yang mana adalah istrinya Rishal, teman di kantor, membolehkan kami pulang. Lagian saya lagi batuk, jadi ya sembuhkan dulu batuknya. Konon dioperasi C. Section dalam kondisi batuk itu sangat menyakitkan.

Alhamdulillah, ok insyaa Allah fix operasi akan dilakukan Senin siang, 23 Juli 2018. Semoga semuanya lancar, sehat walafiat, dan bergembira.


No comments

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<