Preggo Stories: 2nd Trimester dan Kejutan dari Kakak Plasenta



Februari

Memasuki Bulan Februari, saya excited banget karena trimester satu akan segera berakhir. Konon di trimester kedua segalanya akan jadi lebih baik. Yeay, saya sangat excited.

Sebelumnya: 1st Trimester, Stop and Listen

Saya dan HB pergi ke Puskesmas untuk kontrol di awal Februari. Ternyata kalau di Puskesmas diperiksanya sama bidan. Kami antri panjang karena pangin pakai BPJS yang belum pernah saya gunakan sama sekali. Yabuat apa bayar tiap bulan yakan?

Sampai giliran saya diperiksa, saya melongo aja karena bidannya cuma menekan perut saya dan bilang,"ini masih kecil banget." Waktu itu memang baru 12 minggu. Saya dikasih resep vitamin dan asam folat untuk 10 hari. Semuanya gratis.

Saya memang nggak pergi ke dokter di bulan Februari karena saya pikir saya nggak bermasalah dan cukuplah curhat dengan bidan. Toh kata bidan juga semuanya baik. Keluhan yang saya ajukan juga semuanya normal, keluhan normal perempuan hamil. Keluhan yang membuat saya desperate so far. Huh.

Maret

Excited banget karena pada akhirnya usia kehamilan saya masuk trimester kedua. Udah banyak banget rencana sebenarnya. Termasuk rencana untuk kembali ke hiruk pikuk perduniawian.

Awal bulan, lagi-lagi di hari jumat saya dan HB ke Puskesmas lagi. Lagi-lagi cuma di ditekan perutnya, dikasih nasehat ini-itu dan udah gitu aja. Saya lagi-lagi melongo.

Oh ternyata benar, semuanya itu harus kita yang aktif. Jadi saya tanya-tanya tentang vaksin. Akhirnya karena memang sudah waktunya saya dikasih vaksin TT. Itu juga karena saya yang minta.

Dan udah bidannya nggak ngomong apa-apa lagi sampe saya pikir HB lama-lama kesal. Hahahaha.

Lagi-lagi saya yang harus tanya-tanya sampai jauh pada rencana kelahiran. Bidannya malah ngasih tau bahwa ada bidan di dekat tempat saya tinggal. Oh well, saya justru takut bidan tersebut adalah bidan yang care atau enggak sih.

Setelah saya aktif tanya-tanya. Akhirnya bidannya bilang bahwa bulan depan imunisasi TT lagi dan sekaligus cek darah. Nah, gitu dong.

Karena nggak puas dua kali ke Puskesmas cuma 'digituin', saya merasa harus tetap ke dokter. Rencananya pengin ke dokter-dokter lainnya biar ngerasain. Siapa tau jadi fix pengin dengan dokter yang mana konsultasinya. Tapi ternyata jadwal nggak pernah pas. Setiap sore hujan dan bikin mager.

Sampai akhirnya selasa, 6 Maret 2018 saya pulang dari kampus maghrib. Eh kelewat maghrib. Kondisi saya capek, perut sakit, dan sakit kepala. Ohya, siang harinya saya juga mules nggak karuan.

HB langsung ambil tindakan, langsung aja ke dokter jam 7 malam. Waktu itu hujan, jadi kami pergi naik gocar. Abang gocarnya nyebelin banget karena datengnya lama, nggak pandai baca peta, dan ngabisin pulsa. -______-

Sampai di tempat praktek dokternya, Alhamdulillah nggak terlalu ngantri. Jadi kami datang, terus cuma antri satu pasien terus langsung giliran kami. Eh ternyata yang lagi diperiksa adalah (calon) Ibu Lupitasaly. Doi mah udah sebentar lagi lahiran. Hahahaha.

dr. Henny menyambut kami dengan sangat sumringah, hangat dan lembut kayak selimut. Bikin betah. Setelah bicara-bicara sebentar, saya langsung di USG.

Dari sana kelihatan bahwa si bayik aktif banget. Ditunjukin sama dokternya semua anggota tubuhnya, terus dia dadah-dadah gitu deh. Wah super excited karena di USG kali ini di dalam uterus saya udah ada sebentuk manusia. Benar-benar udah nyata banget bentuknya. Dokternya juga excited banget ngejelasinnya bahwa semuanya bagus, komplit dan sehat. Alhamdulillah.

"Tapi kok ini ada yang menutup ya," dokternya mulai was-was. Saya jadi berhenti ketawa. HB gatau deh gimana ekspresinya.


Ternyata itu adalah plasenta yang menutupi jalan lahir. Saya nggak tau itu artinya apa sampai dokternya bilang bahwa ini masih ada kemungkinan untuk bergeser. Yakan sekarang baru 17 weeks, so masih banyak kemungkinan. Tapi masih harus diobservasi terus. Nggak boleh kontraksi sedikit pun. Yananti plasentanya copot. LOL.

Ini juga sepertinya yang menyebabkan saya perdarahan beberapa waktu lalu. Yang bikin sering sakit perut juga. Dan harus terus dijaga supaya nggak perdarahan lagi.

Pesan dokternya, "kalau perdarahan langsung ke RS ya!"

Why so serious, doc? 

Sebelumnya: Acceptance

dr. Henny menyemangati bahwa posisi ini masih bisa bergeser. Bayinya masih kecil, hampir seperempat kilogram. Jadi masih banyak ruangan untuk dia berenang-renang dan membuat plasentanya tertarik ke samping.

HB menanyakan kemungkinan terburuk. Ternyata ya nggak bisa lahiran normal kalau kondisinya masih tertutup seperti itu.

Kami menarik napas panjang.


Besok paginya saya baca-baca. Saya cari tau tentang plasenta yang menutup jalan lahir dan dibuat terkejut. Oalah itu yang namanya placenta previa. Saya tau itu adalah penyebab keguguran atau nggak jarang juga penyebab perempuan hamil meninggal. Saya langsung tercengang.

Pantes air muka dokternya berubah waktu menemukan kondisi itu. Nada bicaranya jadi makin lembut dan santun waktu bilang harus terus diobservasi. Waktu bilang kalau perdarahan harus langsung ke RS dan nggak boleh ada kontraksi.

Oh God, lalu HB menyuruh saya konsultasi ke Ibu Robin. Yes, dan kita bakal berusaha supaya posisi bayi dan plasenta ini membaik. Semuanya sehat dan lahir selamat serta bahagia. Aamiin.

No comments

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<