pinterest.com |
“Aku rela di
penjara asalkan bersama buku, karena bersama buku aku bebas”
- Muhammad Hatta-
Quote yang sudah mendunia ini lagi-lagi
terngiang di kepala saya. Betapa urusan peningkatan minat baca nggak pernah ada
habisnya. Dulu, saya dan pacar menggelar giveaway gara-gara prihatin dengan
minat baca. Setelah itu kami membuka perpustakaan kecil yang meminjamkan buku
ke anak-anak sekolah dan lingkungan sekitar. Setelah itu HB meminjamkan
beberapa buku ke sebuah kedai kopi. Buku-buku itu digilir, dan diganti judulnya
dalam periode tertentu. Alhamdulillah, beberapa buku nggak kembali. Ini artinya
sang peminjam sangat cinta sama buku yang dia pinjam, kan? Kami sih positive
thinking aja sih sambil berdoa supaya Tuhan senantiasa melimpahkan rejeki
supaya kami bisa terus beli buku, baca buku, dan berbagi buku.
Hingga Jumat, (21/7) lalu saya ketemu
dengan Giring (Nidji) Ganesha yang ternyata jadi ‘aktivis buku’. Giring ini
idola saya semasa muda. Betapa saya
freak dengan rambut kriwilnya hingga saya patah hati ketika dia potong rambut.
Tapi ternyata Giring makin menggemaskan ketika dia ber-story-telling di hadapan
anak-anak sekolah dasar. Jadi ternyata Giring memiliki kegelisahan yang sama
tentang minat baca. Setidaknya sama dengan saya. Dia gelisah ketika anak-anaknya
lebih gandrung terhadap gadget daripada buku. Hingga akhirnya sekarang Giring
konsisten membacakan buku bagi anak-anaknya setiap malam.
Saya turut hadir dalam penyerahan buku
dari gerakan #BukuUntukIndonesia yang dihelat oleh BCA di SDN 7 Gading Rejo,
Kabupaten Pringsewu. Saya bersyukur banget bisa punya kesempatan join di
kegiatan sosial semacam ini. Sesuai dengan passion saya. Saya akhirnya paham
tentang apa yang dimaksud Mas Rendy, seorang Marcom BCA dari Jakarta. BCA tidak
memanfaatkan seorang Giring karena dia public Figure. Bukan karena dia
influencer, tapi lebih kepada karena Giring mempunyai kepedulian yang sama soal
minat baca.
“Giring di gerakan ini bertindak sebagai
pengawas. Apakah gerakan kita ini sudah benar atau perlu diperbaiki di bagian
yang mana,” terang Mas Rendy.
Kalau saya bilang, Giring semacam jadi
ombudsman. Hal ini diamini oleh Mas Rendy karena Giring benar-benar mengawasi.
Saya semakin kagum ketika buku yang
dipilih untuk dibacakan oleh Giring berjudul “Sahabat Bumi”. Dia membacakan dua
cerita bertajuk “Kincir Kayu” yang mengajarkan pentingnya renewable energy dan
“Bank Sampah” yang sangat cocok diperkenalkan kepada anak-anak. Ajaibnya,
setelah bercerita Giring melemparkan kuis berhadiah beberapa buah buku berjudul
sama. Para murid sangat antusias. Artinya, mereka menyimak cerita Giring karena
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan seputar cerita yang telah dibacakan
sebelumnya.
GOOD JOB, PAPA GIRING!
Ohya, gerakan yang saya maksud di sini
adalah gerakan #BukuUntukIndonesia yang dimotori oleh Bank Central Asia (BCA).
BCA melalui kegiatan CSRnya mengadakan Gerakan #BukuUntukIndonesia yang tujuan
mulianya adalah menciptakan pendidikan yang lebih baik dari generasi ke
generasi. Yang terlibat dalam aksi ini bukan hanya nasabah BCA, tapi juga
seluruh lapisan masyarakat. Mereka diberi kesempatan untuk ikut menyumbang dana
untuk kegiatan ini dengan mengirimkan dana mulai Rp 100.000 melalui blibli.com.
Setelah itu donatur akan mendapatkan voucher yang ditukar dengan kaos yang
menjadi bukti keikutsertaan mereka dalam gerakan ini. Sumbangan yang terkumpul
sejak Maret lalu kemudian dikonversi menjadi buku-buku pendamping pendidikan
bagi anak-anak sekolah dasar. Adapun nilai uang yang terkumpul sekarang ini
sudah mencapai Rp 1 milyar.
IYA! SATU MILYAR RUPIAH!
Awesome yaaaa rakyat Indonesia yang
ternyata masih sangat peduli meski negara kita didaulat sebagai ranking 60
untuk urusan literasi menurut data UNESCO. Faktanya, nggak akan ada orang hebat
yang lahir tanpa buku. NGGAK AKAN ADA. Semua tokoh besar gara-gara buku.
Selain
Giring, kegiatan ini juga didukung oleh Andy F Noya. Jurnalis favorit yang
melejit ketika menulis buku dan jadi host acara di tivi. Pak Santoso, Direktur
BCA cerita kalau dulunya hidup Andy Noya sangat memprihatinkan. Hidup di
pedalaman membuat dia susah mengakses buku-buku bermutu. Tapi dia nggak pernah
nyerah sehingga memilih profesi jurnalis hingga akhirnya dia menjadi Duta Buku
sekarang ini.
Pak
Santoso menyerahkan buku-buku kepada tujuh kepala sekolah yang didampingi siswa
berprestasinya. Mereka berasal dari SDN 7 Gading Rejo, SDN 3 Bumi Waras, SDN 5
Bumi Waras, SDN 4 Sukaraja, SDN 3 Sukaraja, dan SDN 4 Gunung Terang serta SDN 2
Banjar Sari Metro Utara.
Untuk
urusan kriteria penerima sumbangan ini BCA nggak main-main. Nggak asal tembak.
Mereka bekerjasama dengan Metro TV dan Kompas Gramedia dan meminta pertimbangan
dari Dinas Pendidikan di daerah-daerah. Gading Rejo sendiri setahu saya adalah
pemukiman kaum pendatang yang melahirkan cukup banyak siswa berprestasi tapi
memang jauh dari akses buku. Sukaraja merupakan salah satu kelurahan di Pesisir
Kota Bandar Lampung. Bertahun-tahun ke belakang, saya terlibat dalam urusan
pengembangan manusia di sana hingga urusan penanganan sampahnya. Sudah sangat
tepat kalau anak-anak di sana diberikan bantuan berupa buku.
Buku-buku
yang dikonversikan dari sumbangan-sumbangan rakyat Indonesia ini akan dibagikan
ke 104 titik di luar Pulau Jawa. Kenapa harus luar Jawa? Ya karena as we know
lah yaaaa supaya terjadi pemerataan. Gini rasio kita sudah mulai turun loh,
artinya di bidang sosial dan ekonomi sudah nggak terlalu timpang parah amatlah.
So, untuk urusan minat baca juga harus demikian dong.
Benar
kata Pak Santoso, “gimana mereka mau senang membaca, kalau buku aja mereka nggak
punya?”
Kamu
jangan sedih karena program ini belum berakhir. Gerakan #BukuUntukIndonesia
baru bergeliat dan masih butuh banyak donasi untuk bisa lebih menyebarluaskan
minat baca ke seluruh anak Indonesia. Kamu cukup kunjungi www.bukuuntukindonesia.com dan
klik “berbagi” di sana. Atau bisa liat infografis berikut.
So,
go ahead, BCA. Semoga akan lahir lebih banyak lagi pihak-pihak yang peduli. Dan
pada akhirnya bukan hanya anak-anak aja yang mendapatkan buku-buku bermutu,
tapi juga remaja hingga orang tua. Semoga.
Waaaah Giring ternyata berjiwa sosial bgt yak. Moga setelahh ini minat baca meningkat. Kasin yg di luar jawa, butuh bacaan. Untung BCA konsisten dg CSR nya
ReplyDeleteSalut yaaa sama public figur model gini
Deletewah memang perlu oarng yg sdg dikenal publik untuk meningkatkan minat baca ya agar lebih tertarik
ReplyDeletebiar meraih lebih banyak lagi audience yaaaa
DeleteAsyik yaa ketemu Giring. Semoga donasi ini bisa menumbuhkan minat baca pada anak-anak Indonesia
ReplyDeleteenggak asyik juga sih karena nggak sempat diskusi hahahaha
DeleteAsyiiik, ada Kak Giring! ^_^
ReplyDeleteasyik yang giringnya angsung digiring pulang. LOL
DeleteCoba giring.itu suruh ke.pulau tegal, atau legundi, atau kelumbayan, jangan di ajak.piknik, disuruhiat.juga nasib anK.anak di sana, gmna.susahnya cari buku. Nah, coba aja bca ke sana he
ReplyDeletenggak usahlah jauh2 ke pulau terluar. Di sini pun masih banyak yg kesusahan
DeleteKeren yah acaranya. Sukses terus semangat literasi
ReplyDeleteyeaaay semoga ini jadi awal kebangkitan literasi
DeleteAlangkah baiknya jika kegiatan seperti ini tetap berjalan di setiap bulannya di Kabupaten Pringsewu, karena sebagian besar masyarakat yang tinggal di wilayah Kabupaten Pringsewu merupakan pendatang yang melahirkan cukup banyak siswa berprestasi tapi memang jauh dari akses buku.
ReplyDeletebetul sekali semoga lebih banyak lagi pihak yang aware yaaaaa
Delete