#RGHBJourney 11: Pentingnya Rencana Anggaran Belanja




Well, hari minggu gini harusnya santei-santei menikmati bulan ramadhan dengan penuh ibadah sunnah malah didera deadline bertubi-tubi. Fiuh. Awalnya nggak ada niat buat setoran #1M1C minggu ini karena terkendala pada tema. Tapi akhirnya yaaa ... daripada gue bete dengan segala kebosanan mata melototin angka dan huruf yang tiada tara yaudah setor ajalah yaaaa. Itung-itung mengugurkan kewajiban dan sekalian curhat.


Pengin cerita apa yaaa soal konsumerisme...  Aslinya saya bingung mau mulai darimana. Saya anaknya emang Madam Defisit banget. Besar pasak daripada tiang. HB yang selalu ngajarin saya bikin Rencana Anggaran Belanja alias RAB. Bahwa segala-galanya ya harus diplanning biar nggak kelabasan. Apalagi kalau bicara soal uang. 
Thank to NGOs di belakang saya, organisasi yang pernah saya ikuti, dan Pak Rektor yang memberikan tugas juga berisi RAB-RAB tiada akhir. Saya akhirnya terbiasa membuat RAB. RAB yang terakhir dan yang sudah pasti saya langgar adalah RAB pernikahan yang sudah disusun sedemikian rupa tapi ternyata masih bengkak juga. 

Pelajaran yang sya dapatkan di sini adalah bullshit banget kalau mau menikah tanpa modal. Jadi apa yang saya koar-koarkan di jaman baheula itu terbukti nyata. Semuanya butuh modal, maaan! Kalau nggak percaya tanya aja ustadz- ustadz di twitter yang  nyuruh-nyuruh orang nikah. Yang bilang bilang nikah itu mudah sehingganya semua orang harus nikah muda. Well, hidup ini bukan fairy tale. Kalo saya sih udah lama unfollow mereka yang selalu nyuruh-nyuruh orang nikah tanpa bisa tau alasan di balik kenapa orang belum nikah-nikah. Kondisi setiap orang kan nggak sama.

Ini kenapa vocab lima huruf ini keluar terus sih?
Oke, untuk menghindari beli-beli yang nggak penting-penting amat untuk persiapan pernikahan, saya bikin rencana keuangan sama HB. RAB ini terbagi menjadi tiga secara garis besar. Karena saya dan HB terpisah oleh lautan luas dan gunung serta hutan belantara, makanya paling berat anggaran itu ada di trasportasi. Makanya kami harus banget bikin RAB biar nggak ngeluarin biaya-biaya yang sebenarnya nggak perlu.

RAB Lamaran

Di sini kami membagi-bagi peruntukan dana mulai dari persiapan lamaran. Ini juga terbagi menjadi dua. Ada yang dikeluarkan oleh HB, ada yang dikeluarkan oleh orang tua saya. Yang dikeluarkan oleh HB meliputi budget untuk beli cincin, beli oleh-oleh, transportasi, makan di jalan, sama beli baju baru biar agak kece di depan calon mertua. Bahahahahaha. 

Kalau RAB yang dikeluarkan orang tua saya meliputi uang konsumsi. Udah sih itu aja. Direncanain mau masak apa, mau beli kue-kue apa. Semuanya well prepared. Jadi meski pun nggak ada acara rame-rame tapi tamu kita tetap terjamu dengan baik.

RAB Akad Nikah

Ini budgetnya paling banyak. Banyak banget! Ini terbagi lagi menjadi biaya seserahan, pakaian, syukuran, mahar, dan transportasi. Biaya seserahan ini banyak banget mulai dari budget buat beli baju, sepatu, tas, dan laptop karena HB mau ngasih saya laptop sebagai bukti dukungannya terhadap aktivitas saya di kampus dan dunia blogging. Huhuhu... netbuk saya yang sekarang ini udah berumur tujuh tahun. Meski pun batrenya bagus tapi udah gampang banget panas sampe bisa mendidihkan air. Karena jarak yang jauh so seserahannya nggak terlalu banyak. Nggak sampe kayak orang-orang. Ibu saya juga pesan nggak usah beli barang banyak-banyak, yang penting mentahnya aja. Wkwkwkkwkw. Well  noted, mam!
Nah, meski pun kami nggak mau pesta-pesta, tapi ada dong budget buat beli pakaian. Sekedar biar keliatan segar aja di mata sodara-sodara yang hadir. Masak pengantinnya kusam. LOL. Jadilah kami beli bahan untuk saya, Ibu dan Mamah. Kalau untuk HB, para adik dan para Bapak cukup dibeliin baju aja. Never get enough lah kalau mau nurutin keinginan mah.

Syukuran ini meliputi syukuran di rumah saya dan di rumahnya HB. Karena kami mau menikah di rumah, bukan di KUA karena KUA-nya jauh banget jadi butuh biaya ekstra. Kalau nikahnya di Cimahi sih gampang, KUA-nya ada di depan gang rumah HB. LOL. Meski pun dalam aturannya kalau menikah nggak di KUA cuma harus membayar Rp. 600.000 dan disetorkan ke bank, tapi kenyataannya enggak. Di sini saya super sibuk, halal, Bapak juga. Jadi nggak ada yang urus. So minta tolong urusin teman Bapak, jadi ya harus ngasih uang jajan. Saya dan HB juga nggak bisa ikut kuliah Pra Nikah, dan ternyata kalau nggak ikut kuliah disuruh bayar. Saya lupa totalannya berapa, kalo nggak salah sejuta deh.

Nah, itu dia gunanya HB waktu itu ngasih uang ke Bapak buat bantu-bantu nyiapin segalanya di sini. HB ngasih nggak banyak, Cuma Rp. 10 juta dibandingkan dengan teman-teman saya yang ngasihnya banyak-banyak. Yakan mereka horang kayaaaaah dan pesta pora. Yaudah sih kalau saya mah nggak penting juga. Ini juga si Ibu bilang semoga uang dari HB nggak kepake jadi bisa buat modal usaha. Aamiin. #IbukuFuturistik karena ya sadar dirilah, biaya yang dikeluarkan HB untuk transport aja udah banyak banget.

Yang paling penting mah biaya mahar. Kalau nikah nggak ada mahar kan nggak jadi nikah. Saya dari pertama kenal HB lebih jauh bilang kalau minta mahar bibit pohon jati. Dari awalnya 81 batang, terus turun ke 27 batang, terus 18 batang, terus turun lagi sekarang jadi 9 batang. Bukan apa-apa, susyah bawanya ke Lampung. Udah gitu HB keukeuh pengin ngasih emas. Jadi emas ini itung-itung buat tabungan sekaligus biar agak mentereng aja. Masak cuma ngasih bibit pohon. Hahahaha. Gitu katanya. Jadi ya udah, RAB bengkak lagi gara-gara beli logam mulia. Jadi better bener-bener disiapin dari awal deh sebenarnya apa yang mau dijadiin mahar.

Lalu bagian terberat adalah ketika kita bicara masalah transportasi. Kami berencana menikah selepas lebaran. Jadi ya masih kena tuslah. Akibatnya semua budget harus kami naikkan 40%. Tuslah kan biasanya 30% tuh. 

RAB setelah nikah

Karena kami nggak mau LDR-an pasca menikah, jadi ya kami harus punya rencana, analisis resiko, dan manajemen keuangan yang mana itu semua saya pelajari dalam dua tahun masa kuliah di tingkat magister. LOL. 

HB resign dari kerjaannya, otomatis kami harus menyediakan budget untuk hidup berdua selama keuangan belum stabil. HB mau buka usaha beda lagi slot budgetnya. Belum lagi sewa rumah, beli furnitur rumah dan biaya cadangan. Semuanya harus dipirkan dengan matang.

Dari ketiga rincian RAB itu, seperti pada umunya budget harus di up sebanyak 30% dari harga sebenarnya. Ini untuk mengcover item-item yang terlupakan. Yang tiba-tiba muncul, harus dikeluarkan tapi belum ada di pos pengeluaran kita. Ini juga untuk mengcover kenaikan harga yang kadang muncul tiba-tiba.

Kalau RAB udah disusun dengan baik, harusnya kedua pihak harus saling mengingatkan kalau yang sebelah udah mulai kehilangan kendali. Kebanyakan kemauan padahal ya butuh nggak butuh sih. Yang jadi penyakit adalah, udah deh beli aja nanti juga dipake. Mumpung diskon. Ini banget yang harus dihindari. Dan pajangan merah-merah di mall yang bertuliskan diskon 50% itu sebenarnya cuma halusinasi. Nanti juga besok-besok harganya turun lagi. Cayak deh sama saya. LOL.

Last but not least, saya nggak akan bosan-bosan untuk meminta doa dari kawan-kawan semua demi kelancaran rencana kami. demi keberkahan hidup kami, dan kebahagiaan kita semua.

Kalau kalian gimana RAB-nya? Share dong!

3 comments

  1. Dulu waktu nikah semua diurus ortu, aku cuma bikin list yg diperlukan jd nggak tau anggarannya berapa. Cuma yg aku ingat pesan ibuku, namanya orang punya gawe itu nggak ada yg sempurna. Kirain sudah bagus tetap saja msh ada kurangnya dimata orang lain. Yg penting kudu sabar & rendah hati. Poinmu soal modal itu betul banget, minimal bisa membiayai kehidupan rutin berumah tangga setelah ijabnya, walaupun acaranya sederhana. Kalau cuma modal berani saja memang bisa sih asal hidup, monyet juga hidup, tapi dia nggak wajib bayar listrik, kontrakan, beli beras dsb. Yg ortunya kaya & bisa mengambil alih tanggung jawab sbg pencari nafkah ya lain perkara. Hanya lucu aja, sudah nikah & punya anak tapi kepala keluarganya eyangnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mantap mak luusssss, kita sehati yaaaaaaa 😘😘😘

      Delete
  2. Sip, pokoknya dianggarkan dulu supaya duit nggak kebuang ke hal-hal yg nggak perlu. Lebih memikirkan hari ke depan. Sukses selalu y mba, buat rencana nikahnya.

    ReplyDelete

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<