Saya
sampai di Pavilion Resto & Cafe kira-kira jam sebelas siang di hari Jumat.
Teman-teman saya dari Tapis Blogger rencananya akan datang sekitar jam satu
siang. Lama banget nunggu terus bete? Nggak gue banget! Dan nggak mungkin bete
kalau datang ke sana.
Resto Friendly di Mata, Friendly di Hati
Setelah kelar
urusan di bank yang nggak jauh dari lokasi resto, saya memutuskan untuk
langsung ke sana. Seperti biasa, saya kan anaknya senang banget kerja di sebuah
resto atau kafe. Sengaja saya bawa laptop lengkap dengan chargernya.
Sepeda motor
saya berbelok ke area parkir yang langsung disambut baik sama tukang parkirnya.
Para pegawainya juga menyapa dengan baik. Kemudian saya masuk dan menebarkan
pandangan ke sekitar resto. Seger banget mata ini. Konsep resto yang private
garden ditambah dengan pemandangan Teluk Lampung bikin saya langsung memutuskan
bahwa saya pasti betah berada di sana.
Di Pavilion
Resto and Cafe ada beberapa jenis tempat duduk. Ada yang indoor yaitu di bar. Ada
juga yang outdoor di bawah payung-payung gitu. ada juga yang semi outdoor di
lantai dua dan buat rame-rame di lantai satu yang dibatasi pakai pagar dan
tanaman merambat. Cantik banget penataannya.
Melihat saya
yang celingukan, seorang waiter langsung menghampiri dan saya langsung
menjelaskan bahwa saya dan teman-teman akan ada pertemuan sekitar jam satu
siang. Waiter itu bernama, Hans. Dia juga menemani kami hingga sore menjelang. Fix.
Kesan pertama yang saya dapat dari resto ini adalah: PERFECTO! Tempat yang
bagus, pemandangan yang indah dan pegawai yang ramah. Apalagi? Ya tentunya
kesannya belum lengkap karena belum nyobain makanannya , dooong.
Hidangan Cantik dengan Taste Bintang Lima
Sambil menunggu
teman-teman, saya memutuskan untuk duduk di area bar. Di sana ruangannya ber-AC
jadi saya pikir cocok banget menunggu di sana sambil kerja. Ada stop kontak
pula. Komplit.
Saya masih
lumayan kenyang, tapi saya yang emang suka kue nggak mau melewatkannya begitu
aja. Akhirnya saya pesan Cokopi. Bolu kopi dengan kopi mousse di tengah dan
coklat dots di antara mousse dengan toping coklat butterceam. Awalnya saya juga
pengin pesan minuman coffee based karena di sana banyak juga varian minuman
dari kopi. Mulai dari manual brew single origin, coffee blend, dan aneka latte.
Tapi ternyata mereka memberi saya es teh leci sebagai welcome drink. Wow. Service
excellent. Jadi saya nggak jadi pesan minum lagi. Takut mubazir. LOL.
cikopi |
Cakenya as
I wish sih rasanya kopi, tapi nggak terlalu kuat berasa kopinya. Lumayan enak
dan ada sensasi lucu pas ngigit mousse-nya. Biasanya saya suka sakit perut
kalau makan cake sembarangan. Kali ini enggak karena kuenya juga nggak terlalu
manis. Jadi pas bangetlah. Lagian ngapain juga manis-manis kalau cuma di bibir
aja, kaaan?
Sewaktu teman-teman
saya udah datang, kami langsung ditawari minuman. Dengan cepat saya order
orange crumble. Enggak saya nggak punya ekspektasi apa-apa tentang rasanya. Saya
Cuma liat penampilan cerah cerianya aja di instagram. Eh, Abah Gundul juga
ikutan pesan Orange Crumble yang diikuti Mas Arung yang pesan Strawberry
Crumble.
Orange dan Strawberry Crumble (Foto: Yopie Pangkey) |
Belum datang
minuman yang kami pesan, kami disajikan menu minuman andalan resto itu yang
konon belum lama launching. Detox fruit salad dan Sunrise Lemonade. Detox Fruit
Salad ini terdari dua bagian, yaitu potongan buah-buahan dalam satu gelas lebar
dan minumannya di gelas lainnya. Ini merupakan satu paket penyajian. Sedangkan sunrise
lemonade adalah minuman cantik dengan segala macam buah, biji selasih, sampai
soda ada di dalamnya. Rasanya gimana? Enak-enak seger kayak penampilannya gitu
deh.
Detox fruit salad (kuning dan buah) ; sunrise lemonade (merah) |
Yang nggak kalah segar adalah caramel queen. Penampilannya cantik banget dan merupakan salah satu menu baru di resto kece ini. Uniknya ada menara karamel kembar yang harus buru-buru dimakan. Kalo enggak ya dia akan mencair dan lengket dimana-mana setelah terpapar udara. Dilengapi dengan kue bagelen jadi bikin kenyang setelah makan ini aja.
Selanjutnya kami disuguhi menu kelas berat yaitu spicy fire ribs dan tenderloin steak. Menu daging-dagingan ini membuat saya berdecak kagum saking uniknya. Jadi spicy fire ribs ini nggak menyala-nyala seperti seharusnya karena nggak pakai alkohol. Iga sapinya disajikan dengan cocolan saus yang... guess what terbuat dari apa coba? Sausnya dari tulang sapi yang direbus selama 48 jam, dijemur, lalu diolah sedemikian rupa sehingga jadi saus yang rasanya unik banget. Tekstur iganya juga lembutnya pas, nggak berlebihan.
Caramel queen |
Selanjutnya kami disuguhi menu kelas berat yaitu spicy fire ribs dan tenderloin steak. Menu daging-dagingan ini membuat saya berdecak kagum saking uniknya. Jadi spicy fire ribs ini nggak menyala-nyala seperti seharusnya karena nggak pakai alkohol. Iga sapinya disajikan dengan cocolan saus yang... guess what terbuat dari apa coba? Sausnya dari tulang sapi yang direbus selama 48 jam, dijemur, lalu diolah sedemikian rupa sehingga jadi saus yang rasanya unik banget. Tekstur iganya juga lembutnya pas, nggak berlebihan.
Untuk steaknya
saya bisa kasih lima bintang dari lima deh. Teksturnya daging banget. Saya beberapa
kali dengar bahwa memang para pecinta daging selalu mencari tekstur daging yang
nggak terlalu lembut. Kadang kita juga nemuin daging yang udah kehilangan ciri
khas dagingnya saking lembutnya.
Daging di sini beda. Hal itu diamini oleh Chef Agung yang sudah berkiprah di dunia masak-memasak selama enam belas tahun. Mereka menyajikan daging khusus pecinta daging. Saking totalitasnya mereka mengimpor dagingdari US. Beda dengan daging lokal dan daging australia, daging dari US ini lebih juicy, aroma dagingnya dapat, dan yang penting teksturnya pas. Bahan lain yang digunakan untuk steak ini kecuali daging adalah bahan baku lokal dari petani kita.
Fire Ribs |
Daging di sini beda. Hal itu diamini oleh Chef Agung yang sudah berkiprah di dunia masak-memasak selama enam belas tahun. Mereka menyajikan daging khusus pecinta daging. Saking totalitasnya mereka mengimpor dagingdari US. Beda dengan daging lokal dan daging australia, daging dari US ini lebih juicy, aroma dagingnya dapat, dan yang penting teksturnya pas. Bahan lain yang digunakan untuk steak ini kecuali daging adalah bahan baku lokal dari petani kita.
Green Chili Pasta (Foto: Yopie pangkey) |
Untuk menu
karbonya, kami disugui pasta green chilli. Hijaunya pasta itu ya dari cabe
segar yang digiling. Emang lagi musim banget mengawinkan menu lokal dengan menu
internasional. Ya kan gapang aja kalo mengawinkan makanan, kalo orang kan
susah. Musti ngurus visalah, kitaslah, endebrew endebrew. Makanya saya juga
maunya kawin sama orang lokal aja, biar nggak ribet. LOL.
Ok, balik
lagi ke pasta. Jadi pasta ini selain ditaburi dengan bubuk cabe hijau juga
dikasih toping tuna creamer. Jadi itu bukan sembarang krim tapi ada ikan
tunanya. Terus yang saya pikir Cuma garnis, ada dua potong tomat. Ternyata itu
bukan garnis, tapi tomat yang dalamnya diisi olahan daging dan ditutup dengan
keju mozarella yang aduhai seksi banget bergoyang di mulut.
Meat Platter (Foto: Yopie Pangkey) |
Nah,
memenuhi kebiasaan orang kita yang pengin semuanya ada dalam satu piring, ada
menu meat platter. Kalau biasanya menu platter isinya Cuma kentang goreng,
sosis dan teman-temannya, Pavilion menyajikan platter dengan isian macem-macem
termasuk mi. Jadi super kenyang. Konon kata chef Agung, semuanya bikin sendiri
kecuali sosisnya yang beli udah jadi. Repot kali ya cyin kalo pavilion musti
punya alat untuk masukin daging ke selongsong.
Menu hiburan
juga disuguhkan kepada kami. Chicken boxing. Ini terdiri dari chicken drum
stick tanpa tulang yang dibungkus semacam tepung roti. Drum stick ini dibuat
dari sayap ayam yang tulangnya dicabut terus dibuat ‘tulang buatan’. Chicken boxing
disajikan dengan saus BBQ besutan chef dari Pavilion sendiri. Sebagai alasnya
ada tortila yang kruik banget dan enak.
Sebenarnya,
makanan di atas bukanlah menu makan siang jelang sore kami. LOL. Kami disuguhi chicken caribbean dan beef milanesa. Keduanya
rasanya unik banget sumpah nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dan tolong
maafkan kenorakan saya karena belum pernah makan makanan begituan sebelumnya.
Hahahaha.
Chicken carribbean
punya tekstur ayam yang lembut banget tanpa tulang yang kayaknya diasap gitu
karena ada aroma seger-seger gosongnya. Terus sausnya ini unik banget. Rasa saunya
mirip dengan saus beef milanesa yang terinspirasi dari Milan. Itu terdiri dari
mayones dan honey jadi rasanya guris, asin, manis ditambah dengan potongan cabe
jadi sedikit-sedikit pedas. Satu sih kurangnya dua menu ini. Yaitu kurang
banyak dagingnya karena nasinya banyak, tapi dagingnya sedikit, jadi dagingnya
udah abis nasinya masih banyak kan mubazir. LOL
Asli makanan
dan minuman di Pavilion Resto and Cafe yang kami makan siang itu semuanya enak,
nikmat dan memuaskan. Plattingnya juga semuanya cantik-cantik dan menggoda. Entah
denh gimana, yang jelas saya udah keabisan diksi untuk mendeskripsikannya. Nggak heranlah ya kalau menu besutan chef di
sini emang juara. Chef Agung emang udah jago banget dan sangat berpegalaman
memasak di hotel dan resto. Sebelumnya bahkan Chef Agung pernah memasak makanan
ekstrim seperti biawak, ular, hingga buaya di Batam. Segala jenis makanan baik
lokal maupun westernfood maupun Chinese Food udah khatam semua di tangan chef
ini.
beef milanesa |
“Jadi chef
kuncinya ada dua, jiwa yang senang dan gila!” katanya.
Gila? Iya,
gila kerja, gila inovasi dan selalu tak terduga. Saya manggut-manggut aja
mendengarkan cerita Chef Agung yang penuh inspirasi yang bisa jadi satu
blogpost sendiri. LOL.
Banyak banget makanan kami siang itu. Beruntung nggak bulimia. LOL. Hayulah
kapan lagi pesta-pesta di sini. Banyak banget promonya mulai dari promo couple
Rp. 99.000, promo es krim cuma dengan posting foto makanannya, promo ulang
tahun dan segala macamnya lagi semuanya ada. Mau kopi yang chibi-chibian sampe
wine juga ada. Mau menu lokal, chinese, western, indo semuanya juga ada. Mau yang
murahan sampe yang mahalan lengkap. Pavilion Resto and Cafe emang ada untuk
semua kalangan. Nggak peduli yang suka ngeceng doang sampe yang niat makan
beneran. Dari anak muda sampe lansia semuanya diterima di sini. Yang penting
bayar. LOL.
Foto bareng Mas Aris, Manajer Pavilion Resto and Cafe (foto: Yopie Pangkey) |
Pavilion
Resto and Cafe
Jl Ahmad
Dahlan 70 Bandar Lampung
Senin –
Jumat 10.00 – 23.00 WIB
Hari libur
10.00- 01.00 WIB
Hiburan: Life
Music Rabu dan sabtu malam; Minggu siang
Fasilitas:
Wifi, toilet, mushala
Wah bikin ngiler semua nih makanannya.. Pengen caramel queen nya
ReplyDeleteSini! Main ke Balamp geeehhh
DeleteIya kapan2 y Mbk hehe
DeleteHaruslah. Belum pernah sua kita
DeleteReviewnya ketjeeh n kereen. Btw, itu yang bulu disebut2 juga. Cinta produk lokal,ya, Siist... 😊
ReplyDeleteTypo. Bukan bulu, tapi bule 😂😂
ReplyDelete😱😱😱 bulu bule?
DeleteLain waktu mau ke Pavilion lagi, cobain cake-nya sambil ngopi.
ReplyDeleteAjakin geh om, banyak menu yang harus dicobain 😂
DeleteWaaaahh... Moga smakin banyak kesempatan spt ini untuk TapisBlogger ��
ReplyDeleteSemogaaaaaa. Yeay!
DeleteSeperti harapan saya, baca tulisannya mbak rinda ini pasti renyah banget, bahasa bertuturnya apik dan informasinya lengkap banget, jadi pengen juga nih nyobain pavilion cafe.. ^_^
ReplyDeleteMas, besok2 makanya reschedule acara kantornya aja kalo ujug2 nggak jadi. Kan PHP 😬
DeleteJadi kepingin Tenderloin Steaknya ... wkwkwk
ReplyDeletesalam kenal mbak