Gedung C Kampus ITERA |
Sekarang ini
saya lagi pengin dan butuh banget beli rumah. Tentunya yang strategis dan murah. Tapi yang
banyak jadi pertimbangan adalah lokasi rumah yang dekat dengan kampus Institut
Teknologi Sumatera (ITERA) tempat saya mengabdi. Sialnya, rumah murah di dekat
ITERA nggak ada lagi kecuali yang di seberang tol. Beberapa kawan di luar
Lampung suka ngakak kalo saya cerita soal tol. Manalah ada tol di Lampung, itu
hanya mimpi pemerintah, katanya.
Sekarang udah
keliatan banget progresnya. Bahkan pintu tol sudah mulai di bangun nggak jauh
dari kampus ITERA. Seperti yang ada di site plan kampus, di dekat pintu tol itu
nanti akan ada SPBU dan masjid raya yang sekarang juga tengah di bangun. Jadi kalau
tol itu udah jadi, saya bisa mudik ke Kalianda cuma 30-45 menit aja. Sebelumnya
dua jam melewati jalan lintas Sumatera yang kecil, padat dan rusak. Sedih. Jadi
penyempitan jarak tempuh itulah yang turut berperan dalam peningkatan harga
rumah di sekitar sini.
Mengabdi
di sebuah kampus Perguruan Tinggi Negeri Baru (PTNB) yang terletak di
Pulau Sumatera, berlokasi di sebuah desa mungkin jadi pertimbangan orang
lain ribuan kali. Tapi tidak bagi saya dan kawan-kawan yang telah
memutuskan untuk mengabdi di sini di sisa hidup kami. Insyaa Allah. Kami
semua adalah orang yang visioner dan percaya akan perkembangan jaman.
Wefie di atas tol Sumatera |
Progres tol
sumatera terbilang cepat. Kami nggak lupa juga mengabadikan selfie dan wefie di
tol dan membuktikan bahwa di tol boleh berhenti, motor boleh masuk, dan ikut
selfie. LOL.
Ternyata,
tol ini dibiayai dengan skema PINA yang telah berhasil mendorong pembiayaan
tahap awal sembilan ruas jalan tol senilai Rp70 triliun. Tol juga bukanlah
satu-satunya yang difasilitasi melalui PINA karena selanjutnya telah ada
beberapa calon investee yang sedang dalam proses fasilitasi oleh BAPPENAS.
Saya mendukung pentingnya peran pemerintah dalam mendorong partisipasi swasta, terutama dana-dana kelolaan jangka panjang seperti asuransi, dan dana pensiun untuk mencapai target-target pembangunan infrastruktur nasional. Ini bisa jadi salah satu alternatif investasi jangka panjang. Program PINA didesain untuk mengisi kekurangan pendanaan proyek-proyek infrastruktur prioritas yang membutuhkan modal besar, namun tetap dinilai baik secara komersial.
Bukan sembarangan lembaga yang bisa menjalankan proyek ini. Untuk dapat menjalankan proyek-proyek ini, BUMN dan swasta pengembang infrastruktur harus memiliki kecukupan modal minimum. Selama ini permodalan BUMN ditopang dan sangat tergantung kepada anggaran pemerintah melalui Penanaman Modal Negara (PMN).
Kita semua tahu bahwa ruang fiskal APBN saat ini semakin terbatas sehingga dibutuhkan sumber-sumber non-anggaran pemerintah dengan memanfaatkan dana kelolaan jangka panjang yang setengah menganggur seperti pada dana-dana pensiun dan asuransi baik dari dalam maupun luar negeri. Skema PINA ini melengkapi skema KPBU sebagai alternatif pembiayaan infrastruktur. Meskipun KPBU melibatkan swasta, tetapi tetap masih ada unsur pemerintah karena pemerintah tetap berkomitmen untuk menyediakan layanan yang pro-rakyat dengan memegang kendali atas tarif.
Sejak adanya Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur yang merupakan pengganti Perpres 67 tahun 2005 dan perubahannya, perkembangan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha atau KPBU sangat pesat. Hingga tahun 2016, proyek-proyek yang tadinya sempat terhenti pelaksanaannya, seperti PLTU Batang dan Sarana Penyediaan Air Minum Umbulan dapat terselesaikan.
pemerintah emang nampaknya serius banget menggarap cita-cita negara yang termaktub dalam nawacita. Pada 2017 ini, dalam rangka mendorong percepatan proyek KPBU, Bappenas telah menetapkan daftar rencana proyek infrastruktur atau PPP Book yang memuat satu proyek kerjasama pemerintah dan badan usaha kategori siap ditawarkan dengan nilai investasi Rp1,09 trilliun dan 21 proyek kategori dalam proses penyiapan dengan total nilai investasi Rp112,23 trilliun. WOW.
Tentu kita semua berharap agar daftar rencana proyek tersebut dapat mengundang minat investor untuk berpartisipasi dan memberikan kepastian kepada dunia usaha bahwa proyek-proyek pemerintah yang tercantum dalam daftar proyek tersebut akan dikerjasamakan dengan swasta. Bappenas telah menjanjikan tingkat pengembalian saham atas investasi yang dilakukan oleh investor, atau rate of return untuk swasta yang bersedia menanamkan investasi ke proyek infrastruktur berskema PINA.
Saya mendukung pentingnya peran pemerintah dalam mendorong partisipasi swasta, terutama dana-dana kelolaan jangka panjang seperti asuransi, dan dana pensiun untuk mencapai target-target pembangunan infrastruktur nasional. Ini bisa jadi salah satu alternatif investasi jangka panjang. Program PINA didesain untuk mengisi kekurangan pendanaan proyek-proyek infrastruktur prioritas yang membutuhkan modal besar, namun tetap dinilai baik secara komersial.
Bukan sembarangan lembaga yang bisa menjalankan proyek ini. Untuk dapat menjalankan proyek-proyek ini, BUMN dan swasta pengembang infrastruktur harus memiliki kecukupan modal minimum. Selama ini permodalan BUMN ditopang dan sangat tergantung kepada anggaran pemerintah melalui Penanaman Modal Negara (PMN).
Kita semua tahu bahwa ruang fiskal APBN saat ini semakin terbatas sehingga dibutuhkan sumber-sumber non-anggaran pemerintah dengan memanfaatkan dana kelolaan jangka panjang yang setengah menganggur seperti pada dana-dana pensiun dan asuransi baik dari dalam maupun luar negeri. Skema PINA ini melengkapi skema KPBU sebagai alternatif pembiayaan infrastruktur. Meskipun KPBU melibatkan swasta, tetapi tetap masih ada unsur pemerintah karena pemerintah tetap berkomitmen untuk menyediakan layanan yang pro-rakyat dengan memegang kendali atas tarif.
Sejak adanya Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur yang merupakan pengganti Perpres 67 tahun 2005 dan perubahannya, perkembangan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha atau KPBU sangat pesat. Hingga tahun 2016, proyek-proyek yang tadinya sempat terhenti pelaksanaannya, seperti PLTU Batang dan Sarana Penyediaan Air Minum Umbulan dapat terselesaikan.
pemerintah emang nampaknya serius banget menggarap cita-cita negara yang termaktub dalam nawacita. Pada 2017 ini, dalam rangka mendorong percepatan proyek KPBU, Bappenas telah menetapkan daftar rencana proyek infrastruktur atau PPP Book yang memuat satu proyek kerjasama pemerintah dan badan usaha kategori siap ditawarkan dengan nilai investasi Rp1,09 trilliun dan 21 proyek kategori dalam proses penyiapan dengan total nilai investasi Rp112,23 trilliun. WOW.
Tentu kita semua berharap agar daftar rencana proyek tersebut dapat mengundang minat investor untuk berpartisipasi dan memberikan kepastian kepada dunia usaha bahwa proyek-proyek pemerintah yang tercantum dalam daftar proyek tersebut akan dikerjasamakan dengan swasta. Bappenas telah menjanjikan tingkat pengembalian saham atas investasi yang dilakukan oleh investor, atau rate of return untuk swasta yang bersedia menanamkan investasi ke proyek infrastruktur berskema PINA.
Kata
Pak Menteri Bappenas, daftar proyek PINA itu akan masuk dalam revisi Peraturan
Presiden (Perpres) nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional. Pada lampiran Perpres tersebut, proyek itu juga akan
dikelompokkan berdasarkan skema pembangunannya, seperti PINA dan Kerja Sama
Pemerintah-Badan Usaha (KPBU). Pada tahun ini saja, akan ada setidaknya tiga
proyek yang ditargetkan urusan pembiayaannya rampung, atau financial closing.
Proyek itu meliputi infrastruktur jalan tol, pembangkit listrik, dan pelabuhan.
(Masih) di tol. LOL. |
Oh
iya, dari tadi saya ngoceh tentang PINA. Sebenarnya apa sih PINA? PINA atau
Pembiayaan Investasi Non Anggaran adalah salah satu skema pembiayaan proyek
infrastruktur baru yang tidak akan menggunakan dana APBN, dalam pembiayaannya
karena bersumber dari dana investasi perusahaan.
Melalui
skema ini Pemerintah bisa mengatasi proyek infrastruktur yang mangkrak. Misalnya,
proyek pembangunan jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), padahal
jika proyek tersebut jadi akan memiliki keuntungan yang besar. Dengan PINA ini
diharapkan juga menjadi solusi untuk pembangunan tol sekitar 20 kilometer itu.
Katanya,
di Jakarta aja ada tol yang mangkrak. Logikanya sih apapun nggak masuk akal
kenapa mangkrak, karena ini proyek sudah pasti return tingi. Nah, diharapkan
dengan adanya skema ini tidak ada lagi pembangunan infrastruktur yang berhenti
di tengah pembangunan, karena kurang mendapatkan dana dari APBN.
Banyak
banget pembangunan mangkrak selama ini. Contoh yang paling terkenal adalah wima
atlit, terus jalur MRT di Jakarta yang baru dimulai lagi beberapa waktu
terakhir. Kalau di sekitar saya banyak juga gedung-gedung yang magkrak karena
dananya macet. Ya gimana nggak macet, pengelolanya juga nggak bener dalam
melakukan pertanggungjawaban. Jadi, pemberi uang juga melihat ada sesuatu yang
nggak beres deh.
Kalau
yang ngerjain proyek itu swasta, pakai uang mereka, tentunya mereka pengin
cepet-cepet untuk kelar dengan standar mutu yang ditentukan, lalu balik modal. Proyek lancar, dan semoga aja
kualitas bagus. Jadi nggak ribet lagi dengan tetek bengek pengusulan ini-itu,
terus tender sana-sini, ujung-ujungnya katanya penarikan dananya distop.
Setidaknya, dengan adanya PINA akan mempercepat pembangunan infrastruktur di Sumatera. Kalau
tol Sumatera udah bisa cepet rampung,
setidaknya fly over juga bisa cepet dibangun. Jarak dari bandara ke kampus cuma
30 menit dengan kondisi jalan yang lancar jaya. Jarak dari pelabuhan Bakauheni paling
cuma satu jam. Akses kemana-mana jadi lebih mudah. Jalan lintas Sumatera nggak
lagi dipenuhi kendaraan besar lintas pulau karena mereka akan lewat tol. Saya bisa
naik motor juga pulang ke kampung.
Tentunya ini membawa dampak baik bagi
percepatan pembangunan kampus kami juga dengan memudahkan akses menuju kampus kami. Proyek
percepatan ini diharapkan dapat mendukung kemajuan dan pencapaian ITERA menjadi
center of excellence di Sumatera, yang ditargetkan dapat menghasilkan
SDM yang memiliki keahlian di bidang sains dan teknologi untuk memenuhi
kebutuhan Indonesia akan insinyur dalam beberapa tahun yang akan datang, juga
penelitian berskala internasional yang bermanfaat bagi pembangunan Pulau
Sumatera dan juga Indonesia. Saya juga jadi nggak ragu kalau mau
beli rumah di seberang tol karena infrastrukturnya segera tersedia. Ah, terima
kasih PINA. Terima kasih Bapak Menteri dan Bapak Presiden kami.
Referensi:
http://kbr.id/berita/02-2017/susun_daftar_pina__bappenas_janjikan_pengembalian__13_persen/88766.html
https://ekbis.sindonews.com/read/1165508/34/langkah-kepala-bappenas-akan-menggenjot-pina-kantongi-pujian-1482557631
Kampusnya bagus ya, jalan ke sana udah bagus juga. Kapan-kapan mau maen deh ke kampusnya. Hebat dan salut pilihan Rinda mengabdi di sini, semoga sukses!
ReplyDeleteItera banyak dipakai untuk foto prewedding juga mbak. Makanga, ayolah main ke sini 😁
DeleteITERA satu jalan kan ke arag Kota Baru, dulu inget sekitar tahun 2011-an (kalau gak salah) dimana pembukaan lahan kebun karet ratusan ha. Terakhir pas pulang ke Lampung dan main ke ITERA dan Kota Baru sekitar tahun 2014 masih banyak lahan kosong. Gimna ya sekarang?
ReplyDeleteSekarwng jg banyak lahan kosong mas. Dari 285 Ha baru nggak nyampe 10% yg sudah dibangun hehehe
Delete"Kami semua adalah orang yang visioner dan percaya akan perkembangan jaman."
ReplyDeleteSalut dengan orang yang beginian!!!
Keep working GUYS!!
Ofkorsssss...kalo nggak visioner dan optimis mah udh pasti nyerah
Deletepolisi tidurnya tinggi2
ReplyDeleteSudah makan korban dua nyawa itu. Polisi yg bikin.
Delete