Suatu hari saya
mengunjungi petani binaan yang ada di Desa Cikarawang. Kunjungan saya saat itu
bertempat di kelompok tani jambu Kristal. Ada satu hal menarik yang saya amati
saat itu. Pak Badri, ketua kelompok jambu kristal sedang merapihkan halaman
rumahnya yang cukup luas untuk menerapkan sistem pertanian terpadu. Di lahan
seluas 2000 meter, Pak Badri dapat membangun kandang sapi, kolam ikan dan
membuat pembibitan beberapa tanaman jambu serta tanaman buah lainnya. Pak Badri
kemudian mengintegrasikan sektor pertanian, perikanan dan peternakan menjadi
sebuah sistem yang dinamakan dengan sistem pertanian terpadu. Berikut adalah
cara Pak Badri mengintegrasikan ketiga sektor tersebut:
- Sektor peternakan: Pak Badri memanfaatkan gulma (tanaman pengganggu) yang ada di sekitar kebun miliknya sebagai pakan ternak. Kemudian hasil kotoran ternak sapi dialirkan langsung ke dalam kolam ikan dan sebagian lagi diolah untuk menjadi kompos. Kotoran sapi yang dialirkan ke dalam kolam menimbulkan cacing-cacing organik yang menjadi sumber pakan ikan.
- Sektor perikanan: ikan yang ditebar dalam kolam memiliki bobot ideal serta pertumbuhan optimal. Pak Badri juga menambahkan pakan berupa pellet untuk menambah nutrisi bagi ikan peliharaannya. Air dalam kolam ini merupakan air bergerak yang bersumber dari irigasi di dekat rumahnya. Nah air kolam yang mengandung zat organik baik dari pakan ikan maupun endapan kotoran sapi juga digunakan untuk menyiram tanaman yang secara tidak langsung memberikan tambahan pupuk bagi tanaman di pekarangan.
- Sektor pertanian: Pak Badri memiliki lahan cukup luas yang digunakan untuk menanam sayuran, bibit buah-buahan maupun tanaman palawija. Khusus di pekarangan, dia menempatkan beberapa bibit buah serta tanaman sayuran sebagai contoh. Kebutuhan pupuk diperoleh dari kompos yang dihasilkan oleh ternak sapi sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk sintetis dan menekan anggaran pengeluaran pupuk.
Begitu seterusnya
alur pertanian terpadu yang Pak Badri terapkan, dari peternakan kemudian
menyokong perikanan, dari perikanan menyokong pertanian dan dari pertanian
menyokong peternakan. Semuanya berada dalam satu siklus pertanian terpadu yang
ramah lingkungan karena melalui sistem ini menghasilkan zero waste.
Sistem Pertanian Terpadu
Sistem pertanian terpadu
atau integrated farming sistem adalah sistem yang memadukan kegiatan pertanian,
peternakan, perikanan bahkan kehutanan dalam satu sistem budidaya yang
mendukung satu sama lain sehingga diharapkan tidak menghasilkan sampah yang
tersisa karena semuanya termanfaatkan.
Sistem pertanian
terpadu merupakan salah satu ciri bioindustri dari pertanian berkelanjutan yang
menuntut termanfaatkannya limbah pertanian dan terjadinya integrasi. Di luar
negeri umumnya sudah menerapkan sistem ini karena lahan pertanian yang dimiliki
para petani cukup luas. Sedangkan di Indonesia, penerapan sistem ini tidak
cukup banyak karena terbentur lahan dan permodalan.
Sistem pertanian
terpadu sangat dianjurkan untuk diterapkan karena memiliki berbagai manfaat.
Berikut adalah beberapa manfaat dari penerapan sistem pertanian terpadu:
- Efisien dalam penggunaan lahan
Dalam satu hamparan kita dapat membangun sektor pertanian, perikanan,
peternakan dan kehutanan yang dapat mengefisienkan penggunaan lahan sekaligus
memberikan produktivitas tinggi.
- Mengoptimalkan penggunaan input
Integrasi antara sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan
dapat mengoptimalkan penggunaan input karena input tersebut berasal dari
keempat sektor yang saling berintegrasi.
- Terwujudnya Zero Waste
Dengan adanya integrasi dan optimalisasi penggunaan input maka akan
terwujud suatu sistem pemanfaatan yang menghasilkan zero waste sehingga aman
bagi lingkungan.
- Ramah lingkungan
Sistem pertanian terpadu mengupayakan penggunaan input yang optimal
sehingga diharapkan tidak menghasilkan sampah dan aman bagi lingkungan.
- Pertanian Berkelanjutan
Integrasi antara keempat sektor dapat mewujudkan cita-cita membangun
pertanian berkelanjutan yang lestari dan aman antara lingkungan dengan tanaman
maupun hewan.
Menerapkan Sistem Pertanian Terpadu di Rumah
Dalam suatu workshop
pemanfaatan pekarangan dijelaskan bahwa untuk menerapkan sistem pertanian
terpadu maka kita harus memiliki lahan yang cukup luas minimal satu hektar.
Tetapi jarang sekali pekarangan di Indonesia yang memiliki pekarangan seluas
itu karena umumnya pekarangan di Indonesia memiliki luasan yang sempit.
Tetapi tidak perlu
khawatir, dengan semakin meningkatnya teknologi kita bisa menerapkan sistem
pertanian terpadu di rumah bahkan untuk pekarangan yang sempit sekalipun. Untuk
membuat pertanian terpadu di rumah, kita perlu menentukan sektor apa yang ingin
dikembangkan. Misalnya pertanian dengan perikanan, atau pertanian dengan
peternakan.
Jika ingin mengintegrasikan
pertanian dengan perikanan, kita dapat menggunakan teknologi vertiminaponik
yang memadukan tanaman dengan kolam perikanan. Air dari kolam ikan dialirkan ke
tanaman melalui pipa paralon sehingga dapat menutrisi tanaman berkat kandungan
zat organik yang ada di dalam air kolam.
Kemudian jika ingin
mengintegrasikan pertanian dengan peternakan, kita dapat memilih jenis hewan
ternak yang dapat kita kembangkan pada lahan sempit, misalnya dengan
membudidayakan ternak kelinci atau ayam. Kotoran hasil ternak kelinci dan ayam
dapat kita buat menjadi kompos yang bermanfaat bagi tanaman. Gulma yang ada di
sekitar pertanaman juga kita dapat manfaatkan untuk pakan kelinci dan begitu
seterusnya hingga membuat suatu siklus.
Sangat mudah bukan?
Yuk kita wujudkan pertanian terpadu di rumah demi mendukung pertanian
berkelanjutan yang aman dan ramah lingkungan. Ketahanan pangan terpenuhi,
kelestarian lingkungan juga dapat terpenuhi, semua itu ada di sistem pertanian
terpadu.
Evrina Budiastuti
@evrinasp
evrinasp.com
wuaa,, saya bisa belajar banyak dari blog ini. Zero waste, yes!
ReplyDeleteHuu, pelan2 kepoinnya ah.
Semoga tulisan ini bermanfaat, saya jadi malu nongol di sini
ReplyDeleteMesti babyak belajar lagi nih sistem pertanian terpadu agar paling engfa ngerti sedikit aja apa yg dikerjakan warga petani.. terutama yg sdg bergerak ke pertanian organik
ReplyDelete