#BloggerPeduliMasaDepan Desa mandiri energi (Day 23)

Pekerjaan saya yang sebelumnya menuntut saya untuk selalu mobile. Bahkan harus naik turun gunung. Kenapa? Kebetulan kabupaten tempat tinggal saya merupakan daerah pegunungan. Banyak pengalaman baru yang saya peroleh saat melakukan “petualangan” tersebut. Sengaja saya menyebutnya “berpetualang” agar tidak menjadi beban. Namun saya bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang baru dan saling berbagi cerita.

Salah satu pengalaman menarik, saat saya berkunjung ke kecamatan Suoh Kabupaten Lampung Barat. Bayangkan! Saya (seorang perempuan), harus berjuang berjam-jam di atas motor dengan kondisi jalan tanah yang sangat berlumpur. Diwarnai dengan tanjakan dan turunan terjal. Tebalnya lumpur tak jarang membuat motor yang kami kendarai terjerembab. Beberapa kali saya harus turun dari motor supaya tidak terjatuh. Melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Kira-kira jalan terlihat cukup, saya pun menaiki motor. Begitu seterusnya.

Kondisi jalan yang sangat buruk membuat  kecamatan ini “terisolasi. Sepanjang perjalanan timbul dalam benak saya, “apakah ada kehidupan masyarakat di sana?”
Apalagi jika turun hujan membuat jalan bertanah semakin licin. Dan sulit untuk dilalui. Bahkan menurut cerita penduduk setempat, mereka terbiasa menginap di tengah hutan karena tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Mengingat kondisi jalan bertanah merah yang seperti bubur.

http://ulunlampung.blogspot.co.id/2010/05/perjalanan-menguji-nyali-di-suoh.html
Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian bertani. Tingkat pendidikan pun bisa dibilang masih cukup rendah. Mereka merupakan transmigran dari pulau Jawa. Ada satu hal yang membuat saya kagum yaitu, masyarakat tidak hanya berdiam diri saat listrik belum bisa menjangkau daerah tempat tinggalnya. Listrik memang sudah menjadi kebutuhan bagi kehidupan manusia. Salah satunya untuk penerangan. Mereka lalu mencari cara untuk mengatasi kesulitan listrik. Penduduk setempat memanfaatkan sumber energi yang disediakan alam. Air. Ya, secara swadaya, masyarakat membuat listrik bertenaga turbin air. Turbin tersebut digerakkan oleh aliran air deras yang banyak terdapat di jalur pegunungan Suoh. Memang ada kendala saat musim kemarau tiba. Daya listriknya menurun. Hanya bisa digunakan untuk penerangan saja. Tidak bisa dipergunakan untuk keperluan alat elektronik yang membutuhkan daya tinggi. Hal tersebut tentu tidak jadi masalah. Setidaknya saat malam tiba, dari rumah-rumah penduduk masih terlihat cahaya. Anak-anak masih bisa belajar dengan diterangi lampu-lampu yang sedikit meredup.

Manusia dan alam saling membutuhkan. Manusia memerlukan sumber daya alam untuk membantu memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan alam memerlukan kepedulian manusia untuk memelihara kelestariannya. Alam begitu baik menyediakan sumber daya berlimpah dan gratis. Seperti di kecamatan Suoh, air tak pernah terlambat mengalir. Selalu mengalir untuk menggerakkan turbin guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik.

Kemandirian masyarakat desa dari segi energi sangat berpengaruh terhadap kemajuan desa. Masyarakat bisa memperoleh informasi dari luar melalui televisi, radio maupun telepon selular. Mereka tidak ketinggalan informasi apa saja yang terjadi di luar sana. Selain itu, mendapatkan pendidikan melalui tontonan berkualitas. Sehingga pola pikir masyarakat menjadi semakin berkembang. Dan penduduk desa tidak lagi disebut kudet a.k.a kurang update. Melalui telepon selular, mempermudah penduduk setempat untuk berkomunikasi dengan para buyer yang tersebar di luar sana. Hal tersebut membantu meningkatkan perekonomian. Sehingga memperbaiki taraf kehidupan.

Dari pengalaman di atas menjadi pembelajaran bagi saya agar lebih pintar dalam penggunaan energi, terutama listrik. Bagi kita yang bisa mendapatkan listrik dengan mudahnya. Ingat! Masih banyak saudara-saudara kita yang belum bisa menikmati listrik. Yuks, hemat penggunaan listrik untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

Demikian. Semoga bermanfaat. 
Roma Pakpahan
BLOG :  romapakpahan.blogspot.co.id
Twitter : @roma_corner
FB : Roma Pakpahan

1 comment

  1. Iya mak kita sdh dapat listrik dg mudah ya... salut kepada mak Roma Pakpahan yg berjuang dg motor naik turun gunung :) hebat

    ReplyDelete

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<