#BloggerPeduliMasaDepan Bersepeda untuk Kesehatan dan Lingkungan (Day 1)




Saat saya berusia 5 tahun, saya merengek untuk dibelikan sepeda sama Bapak. Tetapi karakternya Bapak sudah bias ditebak, saya tidak bias mendapatkan begitu saja. Istilah Jawanya, sakdegsaknyet. Minta sekarang trus dibelikan.

Saya harus menunggu kurang lebih dari 1,5 tahun dulu untuk mendapatkannya. Ceritanya, saya meminjam sepeda sepupu untuk belajar, karena pada waktu itu saya memang belum bisa. Berkali-kali jatuh, berkali-kali juga harus mencari panjatan untuk start bersepeda karena hal tersebut bias membantu menjaga keseimbangan, piker saya waktu itu, dan memang sangat membantu. Meskipun untuk beberapa meter kemudian saya harus terjatuh lagi, lagi dan lagi.


Seharian itu karena saya ngebet pengen bias naik sepeda, akhirnya saya bisa. Saya bilang dong sama Bapak dan mengulang-ulang minta dibeliin sepeda. Saat itu saya belum paham “kebutuhan rumah”, dimana Bapak Ibu harus benar-benar menghemat untuk biaya pendidikan ketiga kakak lelaki saya. Oh iya, biasanya saya dibonceng Mas Joko (BapaknyaDio) memakai sepeda BMX, dan sumpah itu sepeda awet banget.

Jaman dulu anak-anak berusaha belajar naik sepeda dan pergi ke sekolah rajin dengan alat transportasi itu? Tetapi entah mengapa saya merasa prihatin saat anak SD sudah fasih menggunakan sepeda motor di jalan besar. Apanya yang salah? Apakah kepraktisan membuat bersepeda tidak lagi diminati?

Beranjak dewasa (ecieee bahasanya Sherina), saya masih menggemari bersepeda. Gak maniak sih, hanya saja dengan bersepeda membuat saya dapat menikmati perjalanan. Saat tinggal di Depok, saya pernah meminjam sepeda tetangga. Rutenya rumah-Margonda-Kelapa Dua-PAL-rumah lagi. Dari perjalanan tersebut saya tempuh 2 jam dengan napas ngos-ngosan. Bapaknya Dio gak percaya saya naik sepeda muterin rute tadi. Dan akhirnya Bapak-Mamanya Dio kepincut beli sepeda juga. Ahahaha

Tiap Minggu saya bersepeda untuk mencari spot senam. Di Depok banyak banget yang ngadain senam gratis. Dan kebanyakan dari mereka berangkat dengan jalan kaki. Meskipun bukan car free day, tetapi jalan Juanda seperti semi car free day. Banyak sekali yang bersepeda lengkap dengan tumbler dan handuk untuk lap keringat. Alasannya apasih mereka melakukan itu? Untuk kesehatan pastinya. Meskipun ada yang bilang hobby, tetapi menurutsaya, dengan bersepeda akan berpengaruh dengan kesehatan.

Selama ini, saya bersepeda hanya atas dasar suka. Tidak bercabang kealasan kesehatan dan lingkungan. Ternyata, gaya hidup untuk bersepeda sangat friendly dengan lingkungan. Kenapa tidak? Iya, karena sepeda tidak menyumbangkan polusi.

Berbagai penelitian semakin menguatkan manfaat menggunakan sepeda terhadap kelestarian lingkungan. Sebuah publikasi dari Green Commuter menuliskan bahwa emisi kendaaran bermotor menyumbang 31% dari total karbondioksida, 81% dari karbon monoksida dan 49 persen dari nitrogen oksida yang mengotori udara AS. Sebanyak 60% dari polusi akibat kendaraan bermotor dikeluarkan pada beberapa menit awal penggunaannya. Karena beberapa menit awal ini menciptakan tingkat emisi yang tinggi, maka rute jarak pendek dari mobil lebih banyak menimbulkan polusi per kilometernya bila dibandingkan dengan jarak yang jauh. Perjalanan pendek sejauh 4 mil menggunakan sepeda akan menghindarkan sekitar 15 pound polutan memenuhi udara yang kita hirup bersama (World Watch Institute).

Pertanyaannya, apakah kebijakan pemerintah mendukung masyarakat untuk bersepeda? Menyediakan lahan yang nyaman untuk melakukan hal tersebut? Duh, mendadak hening. Jujur, saya merasa kesulitan untuk bersepeda pada jam-jam kerja. Sepertinya tidak memiliki tempat di jalan raya karena harus berbagi dengan truk, mobil dan sepeda motor. Makanya saya mengacungi jempol untuk biker yang menggunakan helm trus di sisi sepedanya ada tumblernya. Bahkan mereka bias menyalip beberapa angkot yang sedang antri macet.

Bersepeda bias menjadi alternative olahraga santai lho. Menempuh rute 20 kilo saja sudah melatih pernafasan dan kekuatan kaki kita. Aktifitas tersebut juga membantu metabolisme tubuh dengan banyaknya keringat yang keluar dari tubuh. Selain itu, kita juga membantu lingkungan bebas dari polusi.

Nah, saya seperti mengingat masa kecil saat Dio dan Dea sedang giatbelajar naik sepeda. Di usianya yang ke-5, Dio sudah fasih mengemudikannya meskipun awalnya memakai bantuan roda. Tetapi sekarang sudah bias menggunakan sepeda tanggung. Kalau Dea masih belum berani mengemudikan sendiri tetapi semangatnya berapi-api untuk bias bersepeda seperti Masnya. Suatu hari, kami mengajaknya ke UI yang areanya sangat luas. Pada hari Minggu, di UI sangat ramai orang bersepeda, olahraga, senam, yoga dan aktifitas lainnya. Dio dan Dea enjoy sekali bersepeda sana sini. Bahkan saya dan Dio beradu untuk mengelilingi salah satu putaran yang ada di area tersebut.

“Bapak, besok aku mau main sepeda lagi” mata Dio berkilat-kilat seakan energinya gak ada habisnya. Bapaknya mengangguk. Banyak pertanyaan yang ada di kepala saya. Dio seperti saya waktu kecil yang semangat sekali bersepeda. Saya bersepeda hingga sekolah SMP. Sebenarnya pas SMA pengen naik sepeda juga, tapi waktu itu jarak tempuh yang jauh dan tidak ada teman membuat semangat saya ciut.

Sama halnya seperti Dio sekarang ini, apa semangatnya akan padam di waktu tertentu untuk bersepeda? Entah karena alas an bersepeda di Indonesia tidak popular? Atau tidak ada pra-sarana yang layak untuk area bersepeda?

Kalau di desa, masih lazim kesekolah bersepeda, karena jalanan masih bersahabat untuk dilalui pengendara sepeda. Tetapi Depok yang notabene sedang maraknya developer yang giat untuk membangun perumahan, dan banyaknya mobil dan motor saling tidak sabar untuk menyalip saat di perempatan. Bahkan marka rambu-rambu lalu lintas kadang-kadang diterobos. Ah, saya rindu untuk bersepeda lagi, serindu saya terhadap kebijakan pemerintah yang mendukung gerakan bersepeda. Gerakan car free day yang mulai diadopsi oleh beberapa daerah juga sangat efektif digunakan untuk menggalakkan program bersepeda. Karena selain bermanfaat untuk kesehatan, hal tersebut juga berguna untuk menjaga lingkungan daripolusi.

Yuk mari bersepeda!


Penulis: Ayaa
Twitter : @cahayatheprince
IG : @cahayatheprinces
FB : cahaya theprinces
URL : http://www.cahayatheprinces.com/ 


1 comment

  1. Saya juga suka bersepeda dari kecil. Saatnya sekarang saya turunkan ke anak saya. Itu naik sepeda lipat ya mak aya?
    Iya sayang di jalan raya Indonesia ga ada jalur hijau utk pengendara sepeda

    ReplyDelete

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<