"Rata-rata orang
menghasilkan sampah 600 gram per hari. 55 persensampah organik, 15 persen sampah kertas, 15 persen plastik, sisanya kayu, baterai dan lain-lain. Kalau kita bisa memilahnya dengan baik, setidaknya kita bias mengurangi sampah hingga 80 persen,"
( Head of Green Comitte Nutrifood sekaligus Head of Marketing Division, Angelique Dewi Permatasari seperti yang ditulis dalam
m.liputan6.com/health/read/2190892/ini-untungnya-memilah-sampah-organik-dan-non-organik).
Sampah memang menimbulkan masalah tersendiri, kalau aku jalan-jalan ke kota sebelah itu, banyak kulihat di
tempat-tempat umum sampah berceceran, sungai dan got penuh sampah, di TPS sampah menumpuk belum keangkut dengan bau yang menyengat. Apalagi kalau berkunjung ke TPA, wuuh sampah menggunung gak kira-kira. Di Indonesia metode penanganan sampah yang digunakan memang baru sekedar menimbun sampah, belum metode mengolah sampah. Sebenarnya sudah banyak ya pabrik daur ulang, namun sepertinya belum maksimal, karena banyak dari kita yang melempar begitu saja sampah yang kita hasilkan ke tong sampah.
Jadinya campur baur, banyak yang tak termanfaatkan.
Coba seluruh rakyat Indonesia bersatu padu membuang sampah dengan benar, pasti sampah bias termanfaatkan lagi, sehingga tidak menjadi masalah besar. Nah di sinilah peran kita. Kita harus memilah sampah dari rumah tangga masing-masing,
kenapa?
1. Bentuk tanggung jawab terhadap sampah yang kita hasilkan
Sampah dihasilkan dari sisa kegiatan kita, jadi sudah seharusnya kita ikut bertanggungjawab. Kan kita sudah bayar iuran sampah, ngapain
repot-repot mikirin sampah? Mungkin itu yang ada di benak teman-teman.
Menurut saya iuran sampah hanya sekedar untuk biaya mengangkut sampah saja. Kita belum ikut bertanggungjawab atas sampah kita. Kebanyakan dari kita, sekarang ini baru bisa "lempar sampah, sembunyi tangan". Kita
tidak bias mengandalkan pemerintah saja. Mulai dari kita sendiri, dari hal kecil, dan sekarang juga.
2. Salah satu wujud cinta terhadap bumi yang tiap hari kita tempati
Menurut tetangga saya yang jadi ART di
Hongkong, mau buang sampah saja ada aturannya. Sampah cair seperti minyak masuk ke lubang bawah tanah, sementara sampah lain harus dipilah-pilah, sampah botol-botol bekas harus bersih, dicuci dulu dalamnya, dan diangkutnya seminggu sekali. Segala sesuatu memang butuh pengorbanan. Mau bumi ini terselubung sampah? Tentu tidak kan.Jadi ya harus mau repot dikitlah, dengan memilah sampah, seperti yang poin di atas,
bentuk tanggung jawab terhadap sampah yang
kita hasilkan.
3. Membuang sampah dapat uang
Jangan salah, sekarang ini hamper semua sampah kering laku dijual, hanya satu yang jarang laku di tempatku,
botol-botol kaca. Enak kan karena kita justru bias membuang sampah kita dengan dibayar. Caranya yaitu, sampahnya dipilah dan buangnya ke tukang rosok. Mungkin teman-teman yang berkecukupan akan bilang, ah ngga perlulah duit recehan dari sampah. Eit ttunggu, poinnya adalah mendaur ulang sampah kita, biar ngga memenuhi TPA. Duit recehan itu hanya bonus saja. Di keluarga kami
biasa memilah sampah, dan ketika menjualnya bias dapat 50 rb lebih (dari kumpulan sampah beberapa waktu).
4. Menghemat sumber daya alam
Mungkin teman-teman berpikiran "Ah,
di TPA kan sudah ada pemulung, nanti juga bakal dipilihin sama mereka". Jadi tak perlu kita memilah sampah. Ketahuilah, di TPA itu sampahnya campur aduk, jadi pasti bakalan banyak yang nggak keambil. Contohnya saja, di rumah kita buang kardus susu di tempat sampah, terus atasnya kita timpa dengan sisa sayur sop. Basahlah kardus itu. Lalu di
TPS kena hujan, sampai TPA udah hancur dah itu kardus. Padahal kalau kita pilah dari rumah, kardus itu masih utuh, dan bias sampai ke tempat daur ulang kertas, jadi sesuatu yang berguna.
Mungkin bias dibuat kertas karton daur ulang. Sehingga kebutuhan kertas baru dari pulp kayu bias diminimalisir, yang
mana itu berarti mengurangi kayu yang ditebang juga.
Lalu bagaimana sih cara memilah sampah rumah tangga?
Sebenarnya mudah saja kok, dan jika kita lakukan, maka volume
sampah yang kita buang ke TPA akan menyusut drastis. Bahkan bagi yang tinggal di desa, tak akan punya permasalahan sampah. Pertama kita siapkan 5 kantong penampung,
- Kantong 1: untuk menampung kantong-kantong plastik. Plastik apa saja bias masuk ke sini. Kantong plastik, wadah sabun cair, wadah minyak goreng, plastic bungkus tahu, dan apalah-apalah. Sebaiknya kalau plastiknya kotor kita bilas dulu, seperti plastic bungkus ayam mentah. Sambil nyuci ayamnya, kita bilas plastiknya dari sisa darah.
- Kantong 2: untuk menampung barang-barang plastik, seperti botol-botol plastik, gelasp lastik, mainan anak dari plastik yang sudah rusak, ember pecah, dsb.
- Kantong 3: untuk menampung kardus atau wadah berbahan kertas, juga Koran bekas.
- Kantong 4: untuk menampung barang-barang logam, seperti potongan besi, kaleng, bagian sepeda yang rusak, dll.
- Kantong 5: untuk menampung sampah basah, biasanya hasil kegiatan di dapur. Seperti kulit sayur dan buah, bekas teh celup, sisa makanan, daun bungkus tempe, dan teman-temannya.
Dari kelima kantong tersebut, kantong 1-4
silahkan "buang" ke tempat tukang rosok, nggak usah malu. Ingat, tujuan utama kita adalah untuk bumi tercinta ini. Kalau mungkin nggak sempet ke tukang rosok, bias kita kasih ke pemulung yang lewat depan rumah, tentu dia bakal senang sekali. Pengalaman kakak saya, dia membuang sampah kering sekitar seminggu sekali. Ditaruh aja itu kardus dan aneka sampah kering di bawah pohon di depan rumah. Pagi naruh, ntar pulang kerja barang-barang sudah hilang karena diambil sendiri sama pemulung/tukang rosok.
Sementara itu, kantong nomor 5 buang ke tempat sampah biasa agar diangkut ke TPA. Kalau yang tinggal di desa, biasanya sampah basah ini dibuang di lubang sampah di belakang rumah, dan nanti bakal jadi kompos sendiri. Begitulah kira-kira yang harus dilakukan terhadap sampah rumah tangga yang kita hasilkan. Yuukkk ssama-sama kita terapkan!
Ratna Prasetyo
Twitter: @liknana
IG: @lik_nana
FB: Ratna Prasetyo
Blog: www.liknana.blogspot.com
Twitter: @liknana
IG: @lik_nana
FB: Ratna Prasetyo
Blog: www.liknana.blogspot.com
Iyaa aku juga mulai membiasakan memilah sampah di rumah nih. Demi bumi yang lebih sehat :)
ReplyDeleteWah, asikk nih. semoga istiqomah yaaa mak hehe
DeleteEmang diperlukan kepedulian dari hati utk bumi kita
ReplyDeletecinta bumi dari hati :D
DeleteMelalukan apa yang dikatakan ini nggak gampang loh. Saya pernah inisiasi program pengolahan sampah di daerah asal, sudah saya desain sedemikian rupa sehingga mudah tapi masyarakat tetap aja susah mengubah kebiasaan. Usut punya usut, sepertinya saya mendesain dari sudut pandang saya sendiri, saya bilang mudah dari ukuran saya sendiri, saya menilai dari sudut pandang orang lain. Terlebih lagi, ide saya dimanfaatkan politik untuk menarik suara dalam pilkada. Sekarang saya cari ide lagi biar orang-orang tertarik melakukannya.
ReplyDeleteWah dimana itu? Boleh dong share pengalamannya
DeleteSaya dulu bikin di Jatim mbk. Sekarang masih desain program yang sama tapi dengan wajah baru hehehe. Kalau pengalaman sih ada, tapi kalau ilmu saya bisa dibilang nol karena basicnya bukan disitu. Saya hanya suka dengan kegiatan lingkungan seperti itu hehehe.
Delete