#BloggerPeduliMasaDepan Aksi Ciamik Olah Sampah Plastik (Day 6)



Sejak 21 Februari lalu, para pegiat lingkungan boleh sedikit bergembira setelah Pemerintah mengeluarkan kebijakan kantong plastik berbayar. Berita lingkungan kembali naik ke permukaan, menghiasi halaman demi halaman linimasa media sosial. Tak ketinggalan, sulit dan bahayanya sampah plastik turut kembali dikampanyekan dengan harapan masyarakat mulai peduli dan lebih bijak mengonsumsi bahan pembungkus yang sulit terurai ini.

Uji coba penggunaan kantong plastik berbayar diterapkan di 21 kota seluruh Indonesia. Maka, perhatian media massa pun berpusat di kota-kota percobaan tersebut. Tentang penerapan kebijakan, tanggapan masyarakat, termasuk tentang kebijakan daerah tertentu yang ternyata memberlakukan harga lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah pusat.

Yang perlu kita ingat dan kadang luput dari perhatian media, Indonesia ini luas sekali dan memiliki banyak potensi daerah yang jarang diketahui masyarakat. Sekarang saya sebutkan satu kota deh, Bontang. Apa yang teman-teman ketahui dari kota ini selain letak geografisnya yang ada di Kalimantan Timur?


Kebetulan saya sudah merantau di kota yang terkenal dengan industri LNG-nya ini. Selain penampilan kotanya yang bersih dan rapi, masyarakat kota Bontang rupanya memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan.

Salah satunya dilakukan oleh sekelom pok masyarakat yang menamakan dirinya Kelompok Bontang Lestari Peduli. Mulai terbentuk sejak 2010, kelompok ini berupaya melestarikan lingkungan dengan mengolah limbah plastik menjadi potongan-potongan kecil hasil pencacahan sehingga memiliki nilai ekonomis. Ya, mereka bergerak di bidang pencacahan plastik.





Kalau kita sadari, benda berbahan baku plastik yang sulit terurai ini sebenarnya banyak sekali kita konsumsi. Mulai dari pembungkus makanan atau minuman, kosmetik, tempat bumbu, termasuk juga keranjang tempat menyimpan peralatan rumah tangga dan masih banyak lagi. Kondisi inilah yang dimanfaatkan Kelompok Bontang Lestari Peduli untuk mengolah sampah sekaligus menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Yang unik, kelompok ini pada awalnya terbentuk karena adanya konflik sosial di antara pemulung. Setelah berjalan selama satu tahun pertama, konflik akhirnya mereda. Dalam perkembangannya, kelompok yang juga menjadi mitra binaan Badak LNG melalui program Community Development-nya itu juga mampu memberdayakan masyarakat di sekitar usaha pencacahan plastik.


Seperti yang kita tahu, plastik yang digunakan sebagai kemasan barang-barang tersebut dikategorikan menjadi beberapa jenis. Kalau diperhatikan, ada tujuh jenis plastik berdasarkan sifat dan penanganannya untuk didaur ulang:

1. PET (PolyEthylene Terephthalate)
Memiliki titik lebur sangat tinggi. Kode ini biasa ditemukan pada botol air mineral, minuman bersoda, shampoo, selai roti, dan obat kumur.

2. HDPE (High Density PolyEthylene)
Plastik dengan jenis ini umumnya digunakan pada botol susu, lotion, kosmetik, juga kantong plastik.

3. PVC (Polyvinyl Chloride)
Bahan PVC terbuat dari etilena yang biasa ditemukan pada minyak mentah dan klorin yang dapat ditemukan pada garam. Plastik yang mudah didaur ulang ini umumnya digunakan untuk botol minyak goreng dan pengemasan daging segar.

4. LDPE (Low Density PolyEthylene)
Jenis plastik yang terbuat dari minyak bumi ini sering digunakan sebagai plastik pembungkus roti, makanan beku, serta tempat mentega dan margarin.

5. PP (PolyPropylene)
Plastik jenis ini umumnya digunakan sebagai kemasan makanan atau pelabelan.

6. PS (PolyStyrene)
Di antara kode lainnya, sepertinya plastik ini yang banyak ditemukan dalam keseharian kita karena jenis ini sering digunakan pada stereofoam, gelas dan piring plastik, serta karton telur.

7. Others
Berbeda dengan keenam jenis lainnya, plastik tipe ini umumnya digunakan untuk galon air mineral.

Kembali ke Kelompok Bontang Lestari Peduli, mereka juga melakukan pemilahan sampah sebelum diolah lebih lanjut. Setelah dipisah, beragam sampah plastik tersebut dicuci agar hasil pencacahan dapat maksimal. Plastik yang sudah dicuci kemudian dipisahkan kembali berdasarkan sifatnya secara umum, yang keras dan lunak. 


Dalam setiap prosesnya, anggota kelompok ini tetap mengutamakan faktor keselamatan dan kesehatan. Maka, jika kita berkesempatan mengunjungi tempat pencacahan ini, kita akan melihat mereka bekerja dengan mengenakan beberapa alat pelindung diri seperti sarung tangan, sepatu, kacamata safety, masker, hingga penutup telinga.

Sampah-sampah plastik hasil pencacahan selanjutnya dikirim kepada pembeli di Jawa Timur. Setiap bulan, Kelompok Bontang Lestari Peduli bisa menghasilkan sekitar 25 ton cacahan plastik atau sekitar Rp 250 juta. Hmm.. lumayan juga ya peluang bisnisnya? J
Sederhananya, sampah memang merupakan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Namun kalau diolah dengan tepat dan berkomitmen, sampah juga bisa menjadi peluang berkah bagi yang jeli melihatnya. Tertarik mencoba?
 



Penulis: Reta Yudistyana
Twitter: @yudistyana
IG: @yudistyana



2 comments

  1. wow keren, kalau gak pake perlengkapan safety bahaya ni, mulai dari masuk hitung, kena mata dan sebagainya

    wa ini kunjungan pertama saya, salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Mas, terima kasih apresiasinya ya. Salam safety and environmentally friendly! :D

      Delete

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<