“Udah lama yah nggak
chatting jam segini...” kata HB lewat Whatsapp.
Ya, sudah
sangat lama. Begitu pun dengan hari ini. Sudah sangat lama sejak nggak ada
tanggal 29 Februari. Dan ketika ada tanggal ini lagi, artinya Tuhan memberikan
waktu lebih untuk bisa dimaksimalkan.
Terbangun,
berpikir dan tergerak untuk mengambil air wudhu memang sudah sangat jarang
terjadi di dini hari seperti ini. Kalau nggak gara-gara suhu udara terlalu
dingin, pasti karena tubuh sangat capek. Kalau capek, itu tandanya ada pola
yang benar dari keseharian. Harusnya, bangun tidur itu segar. Meski tidurnya
sebentar, yang penting kualitasnya. So, tidur saya beberapa waktu ini nggak
berkualitas? Lantas apakah dengan tidur yang nggak berkualitas itu hidup saya
justru lebih berkualitas?
Saya jadi
benar-benar mikir, gimana kalau Tuhan memberikan kepercayaan dan kesempatan
kepada saya untuk kuliah di luar negeri? Di negara empat musim yang dinginnya
bisa kurang dari nol derajat. Apa saya nggak akan pernah wudhu lagi?
Sudah
sangat lama ‘kekeringan’ ini saya rasakan. Terlebih beberapa bulan terakhir
sepertinya Tuhan kembali merengkuh saya lewat tamparan keras di berbagai
peristiwa.
Saya bisa
apa? Saya hanya bisa memandangi gamis-gamis yang digantung di Pasar Baru
Bandung. Meratapi harganya yang melambung. Hanya bisa bertanya kepada penjual
pakaian online supaya saya bisa beli bajunya tanpa kerudung yang akan
menenggelamkan saya. Pertanyaan yang sia-sia. Tanpa balas dan hanya terjawab
lewat status penegasan prinsip dan mekanisme dagang mereka.
Hanya bisa
berharap sebentar lagi saya bisa beli kain untuk membuat kerudung gaya saya
sendiri. Kerudung trendi dengan ukuran tidak terlalu mini. Kemudian tanpa sadar
tadi siang saya berkicau, “ Dear @DuaHijabT7
bisa kali yah besok2 kasih inspirasi hijab yang nggak mencekik leher. Kalo baik
kan bisa ditiru. Thx.”
Sudah saya
duga, twit saya tidak berarti apa-apa daripada twit fanbase mereka yang mengelu-elukan
gaya berbusana ala mereka. Bisnis kok dilawan, berharap belas kasihan. Ah,
rupanya saya sudah terlalu jengah dengan pemandangan di jalan-jalan, di
mall-mall, bahkan di kampus dengan merebaknya wana-warni scarf musim panas itu.
Juga jengah dengan tumpukan beberapa kain di lemari yang sama sekali nggak
menjaga kehormatanku. Mudahkan rejeki hamba, Tuhan.
Sudah
sangat lama, sejak saya kehilangan masa-masa kontemplasi dini hari. Ada
pemberontakan di dalam dada ini. Tetiba semakin ingin mengetikkan pengumuman: Urgently needed! Adakah majelis pengajian
yang jauh dari kesesatan atau sekedar partai dan perpolitikan?
Terimakasih
Tuhan, untuk kesempatan merasakan 29 Februari lagi.
No comments
Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<