Kontroversi RIP

*ini sebenernya postingan yang emosional. Maklum lagi PMS. Kalo mood anda lagi nggak bagus buat ngadepin orang marah-marah, mending nggak usah baca aja. #skip

Rest in peace udah jadi kata-kata yang lazim digunakan untuk mengungkapkan belasungkawa saat ini. RIP sendiri adalah singkatan dari Rest In Peace yang menurut kamus Oxford itu asalnya dari bahasa Latin. Sama dengan yang diungkap oleh salah satu situs islami. Entah karena latah, ikut-ikutan biar sok keren atau emang udah jadi bahasa sehari-hari. Dan emang nggak bisa dipungkiri, lama kelamaan bahasa asing akan masuk sebagai serapan dan nggak akan terasa asing lagi kalo udah sering digunakan.

RIP/ɑːrʌɪˈpiː/  
abbreviation



Rest in peace (used on graves). 
Origin

From Latin requiescat (or, in the plural, requiescant) in pace.
(Source: oxforddictionaries)



Jadi sekitar dua hari ini newsfeed di sosmed saya (terutama facebook) ada postingan artikel dari dua portal situs islam. Artikel itu di-share gitu aja sama beberapa kawan. Entah apa yang ada di benak mereka. Entah mereka udah baca isinya atau belum. Yang jelas judul artikelnya cukup eye catching. Bahwa muslim dilarang menggunakan ungkapan RIP. We must say 'Innalillahi...' kalo ada kabar kematian. 

Padahal yang saya tau, ungkapan Innalillahi adalah bentuk mengingat Allah. Mengingat bahwa semua akan kembali kepada Tuhan. Bukan sebagai bentuk doa khusus untuk orang yang meninggal. Tapi itu adalah ungkapan dzikir ketika ada musibah kecil maupun besar. Bukan cuma kematian. Dan doa untuk orang yang meninggal adalah “ALLAHUMMAGHFIR LAHU WARHAMHU WA ‘AAFIHI WA’FU ‘ANHU WA AKRIM NUZULAHU..." yang kurang lebih artinya "Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, kasihanilah ia, lindungilah ia dan maafkanlah ia, muliakanlah tempat kembalinya...". (benerin, ya, kalo salah).

Dalam artikel tersebut dijelaskan panjang lebar tentang tradisi pemakaman pada suatu agama. Mereka menggunakan ungkapan RIP atau berarti 'beristirahatlah dengan damai'. Artikel tersebut juga menjelaskan tentang peristiwa pada awal tahun masehi (atau sebelum masehi) seperti yang tertulis di kamus oxford itu. Asal muasal kata-kata RIP. 

As time gone by dan seiring merebaknya kemudahan arus informasi, tentu kata-kata itu bisa sampai ke (gadget) orang Indonesia. Yang nyatanya adalah salah satu negara dengan pengguna sosmed terbesar di dunia. Orang-orang memilih menggunakan RIP untuk sesuatu yang dianggap mati. Misalnya saja 'RIP Demokrasi' beberapa bulan lalu atau 'RIP Farhat Abbas' yang saat ini tengah ramai. 


Balik lagi ke artikel di dua portal itu yang justru menimbulkan saling ejek di beberapa grup. Hal tersebut akan ditelan mentah-mentah aja sama masyarakat sekarang ini yang cenderung langsung menyimpulkan tanpa berpikir atau mencari bantahan. Cenderung affirmative. Langsung mikir 'iya juga, ya'! Di sisi lain, hal ini malah justru menimbulkan perdebatan. Apalagi ada non muslim dan kafir yang dibawa-bawa dan dijastifikasi di situ.

Kalo menurut saya, mereka itu ngebuat semuanya jadi ribet. Apalah arti bahasa, toh Tuhan paham segala bahasa. Terus kalo bahasa dan ungkapan itu sering digunakan oleh agama tertentu langsung enggak boleh digunakan oleh agama lainnya. Bukannya agama itu membawa damai dan ketenangan dalam hati masing-masing pemeluknya, yah?

Rest in peace, beristirahatlah dengan damai. Itu adalah sebuah harapan. Doa supaya Tuhan menempatkan mereka yang sudah meninggal itu di tempat yang damai. Tenang. Nggak kisruh dan rempong kayak di dunia. Kita emang nggak pernah tau apa mereka dapet siksa kubur atau enggak. Tapi apa salahnya berharap? Karena cuma itu yang bisa kita lakukan. Soal dia mau damai atau malah kisruh di 'alam' selanjutnya itu ya biar Tuhan yang atur. Ngapain sih kita di sini ikut-ikutan rempong? Bukannya ada kisah orang yang dosanya udah menggunung, tapi Allah memasukkan dia ke surga. 'Cuma' gara-gara dia ngasih minum anjing. Ya, anjing, binatang yang juga banyak disia-siain. (Tadi sempet sharing sama HB soal ini, jadi dia yang cerita soal anjing).

Ada kalimat terakhir dalam salah satu artikel yang bilang kalo RIP itu asalnya digunakan oleh orang non muslim. Sementara non muslim NGGAK AKAN DAMAI (kata artikel itu). Maka yang bener adalah REST IN FIRE. *Yaaa... Allah ... sediihhhh* Eh, siapa sih, lo? Manusia juga, kan, sama dengan yang lainnya? Bukan Tuhan, bukan malaikat! So, meskipun ada dalam ajaran agama islam bahwa agama yang dirahmati Allah hanyalah islam. Dalam ajaran agama lain juga yang bener ya cuma agama mereka. Tapi yang kembali lagi biarlah itu jadi hak prerogatif Allah gitu. Kita mah di sini yang rukun dan adem ayem aja nggak usah saling menyemburkan udara ke dalam sekam yang udah berasap. 


 Artikel itu muncul mungkin karena penulisnya semakin banyak ngeliat kenyataan. Bahkan kemaren pas Olga meninggal yang jadi trending topic adalah #RIPOlga. Sementara Olga kan muslim. RIP banyak digunakan oleh orang non muslim dan terkesan 'pembersihan dosa'. Tapi kok muslim yang meninggal juga masih disematkan RIP saat menyatakan bela sungkawa?  Tapi kalo diartiin lagi ke Bahasa Indonesia, RIP berarti istirahat dengan tenang. Nggak jauh beda dengan ungkapan 'semoga arwahnya tenang di sisi Tuhan'. Tapi ya itu tadi, kalo di singkat seolah-olah menyerupai kaum non muslim.

Yaudahlahya, orang yang ngomong RIP ke Olga itu kan yang sayang sama Olga. So, mereka berharap yang terbaik buat Olga. Nggak apa-apa kan kita berharap Olga damai di 'sana'? Mereka hanya turut berduka cita sebagaimana layaknya manusia dan makhluk sosial. Masalah Olga mau digimanain sama Tuhan kan urusan Tuhan. Lagian nggak cuma muslim aja yang sayang sama Olga. Masak iya mentang-mentang Olga muslim, terus yang non muslim juga nggak boleh ngomong 'RIP'. Masak mereka kudu ngomong 'innalillahi...'

Ya terus kita kan hidup berdampingan dengan agama dan suku serta keyakinan yang beda-beda. Nah, kalo musti dakwah secara tegas dan keras, bisa perang kita. Terus kalo yang tadinya dalam satu keluarga besar dengan anggota yang agama dan keyakinannya beda-beda bisa langsung bubar jalan. Padahal sebelumnya baik-baik aja dan saling menghormati satu sama lain. 

Terus ada lagi yang kemudian komentar, kalo muslim nggak seharusnya ngomong thank god! harusnya Alhamdulillah. Nah itu kan maknanya beda. Terimakasih ya, Tuhan sama Segala puji bagi Allah. Terus ada juga yang pernah komentar kalo saya sering banget nyebut kata 'Tuhan', bukan 'Allah'. Loh itu kan hak saya. Mulut sama jari punya saya. Dan saya juga yang tahu Tuhan saya siapa. Ah, sudahlah. Yang diajak diskusi juga mungkin sekarang udah ngorok dan laptop saya juga udah mau tewas. Saya juga mau berusaha tidur walau disminor ini menyiksaku. Bhay!

ps. kalo saya salah ya mohon dimaafkan. Kalo nggak berkenan ya, kan udah diingetin dari awal nggak usah baca.

4 comments

  1. Hi..hi, iya..iya. Masalah bahasa saja dibikin ribet...padahal intinya juga sama --semoga tenang di sisi -Nya. Ntar klo mendekati hari raya ribut lagi mungkin, haram-halal ngucapin selamat....:-D

    ReplyDelete
    Replies
    1. itu mah ribut rutin. Hihi... Terimakasih udah mampir dan meninggalkan jejak :)

      Delete
  2. Bener ka, setuju banget, saya suka penjelasan kaka, akhirnya ada yg sama juga sama pemikiran saya, terimakaci ka❤

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, terima kasih udah mampir dan mengingatkan saya atas tulisan ini

      Delete

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<