Ah, Bukan Kamu

Kemarin lusa, seorang perempuan terbangun dari tidurnya. Terhenyak. Dan sedikit terkejut. Ternyata hanya mimpi, bisiknya lirih. Tapi nyata-nyata yang ada dalam mimpinya adalah kamu. Setelah itu dia ke kamar mandi lantas bersiap menyeduh secangkir kopi. Ah, tapi tak ada kamu, batinnya. Lalu dia kembali ke tempat tidur dan meneleponmu yang tengah berpagi dengan lesu.

Menjelang siang, dia belum juga sarapan. Sepertinya lantaran tak ada teman untuk sekedar berbagi meja berisi piring-piring dan gelas-gelas. Maka dia pun mengajak seseorang makan, seperti nasehatmu. Dan dia sangat berharap bahwa dia sedang makan bersama kamu. 


Dia pergi bersama teman-temannya. Ke pantai. Tempat yang katanya selalu kamu rindukan ketika ingin melepas penat. Lihat mukanya! Nampak sangat tidak bergembira. Dia melewati dan mengingat setiap titik di jalanan yang pernah kalian habiskan bersama. Masjid di sisi kiri jalan, warung depan ruko, dan sebuah rumah tempat kalian berteduh ketika di dera hujan. Dia seperti melihat satu adegan yang begitu dalam terekam.

Dia sepertinya berbicara pada ombak hingga senja menghilang dan berganti malam. Di hadapannya, beberapa orang tampak bersuka ria, tertawa dan mengajaknya turut serta. Tapi dia enggan atau mungkin bosan. Sesekali dia tersenyum dan mengira kamu ada di sana.

Kemudian dia kembali ke peraduannya. Memunguti sisa-sisa malam yang mungkin masih bisa dia pinta darimu di kejauhan sana. Lagi-lagi dia gagal terlelap dalam kedamaian yang dia harapkan. Hingga pagi menjelang siang, perempuan itu hanya bisa tergolek lemah tanpa terpejam.

Lagi-lagi perempuan itu pergi bersama teman-temannya. Makan dan tertawa bahagia. Katanya itu semu. Dia ingin tertawa bersamamu. Sekelibat dia melihat sesosok pria, mirip kamu, katanya. Tapi ternyata hanya fatamorgana.

No comments

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<