“... aku tuh cuma sayang sama kamu. Sayang dengan waktu kamu. Potensi kamu!!!”
Tahukah, dear... kata-kata itu terus terngiang di kepalaku. Berputar-putar
seperti setan menari hula-hula mengitariku. Malam ini seperti lecutan cambuk
yang kamu rajamkan berkali-kali ke tubuhku. Biar aku sadar. Biar aku bangun. Biar
aku tidak bermalas-malasan lagi, katamu.
Kamu tahu, dear. Aku selalu kagum dengan caramu mengontrol stress. Tetap tenang walau dalam kondisi
segenting apapun yang pernah kita lalui. Aku mensyukuri kelebihanmu itu. Aku
pun terus berupaya agar bisa setenang kamu. Mungkin riwayat hidup kita terlalu
berbeda, sehingga kamu yang berkali-kali melewati ujian paling badai dalam
hidupmu telah terlatih untukku.
Kamu begitu benar, dear. Aku selalu saja berkilah dari rasa
bersalah. Selalu mencari tumbal atas setiap kondisi yang kuciptakan sendiri. Sedangkan
kita bukanlah korban, tapi kita adalah pelaku dari semua kejadian-kejadian. Kamu
mengajariku untuk menghindar dari kata “gara-gara” karena semua itu adalah
imbas dari ulahku sendiri. Apapun itu. Termasuk kondisi kesehatanku yang tak
lagi sebaja dulu.
We have #3factboutus : “1. Kita selalu berbeda. 2. Kita selalu
sama. 3. Tapi kita nggak boleh berantem,” katamu.
Malam ini, izinkan aku menebus
kesalahanku yang terlalu lalai dan bermalas-malasan. Aku juga telah membuat
kamu harus menelan pil pahit itu lagi sebelum tidur. Padahal kamu sendiri ber-azam untuk tidak bergantung pada
analgesik jenis apapun lagi.
Aku tengah memperbaiki draft-ku, dear. Berteman segelas kopi
pekat tanpa gula dan iringan musik klasik, aku melewati malam ini dengan
gembira (dan sedih juga).
Seperti juga kamu, aku selalu sedih
kalau kamu sakit tapi aku tidak pernah bisa melakukan apapun. Syafakallah. Hanya doa yang bisa
kuberikan selalu dan tak pernah putus.
Esok pagi, dear, aku ingin
membangunkanmu, “wake up and smell the coffee... my habibi qalbi...!”
Tuhan,
Terimakasih atas segala yang Kau terus anugerahkan,
Terimakasih untuk selalu menunjukkan kasihMu padaku
Terimakasih untuk tak pernah bosan memperingatkanku
Meski aku telah berlari, jauh, dan 'melupakanMu'
Terimakasih untuk selalu 'dekat'
Tuhan,
Terimakasih atas segala yang Kau terus anugerahkan,
Terimakasih untuk selalu menunjukkan kasihMu padaku
Terimakasih untuk tak pernah bosan memperingatkanku
Meski aku telah berlari, jauh, dan 'melupakanMu'
Terimakasih untuk selalu 'dekat'
No comments
Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<