Pertanian Berkelanjutan untuk Keberlanjutan Kehidupan


“Di sini memang sudah ada kelompok tani dari dulu, tapi kegiatannya ya ‘gitu-gitu aja’,” Ungkap Nardi, Ketua Kelompok Tani Karya Bakti IV Dusun Sinar Agung, Desa Peniangan, Lampung Timur (21/8/2014).
Nardi bersama dua puluh lima anggota kelompoknya telah berhasil bangkit dan mengembangkan pola pertanian mereka. Mulanya mereka hanya petani palawija, jagung, dan pepaya yang sangat bergantung pada musim dan pupuk kimia. Saat ini mereka telah mampu mengembangkan pertanian organik dengan mendayagunakan potensi desa yang ada. Bahkan saat ini aktivitas mereka tak hanya sekedar bertani, melainkan juga beternak, memelihara ikan, dan memproduksi pupuk kompos.
Di bawah binaan tim ahli LSM Mitra Bentala dan didanai dari program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Tirta Investama atau Danone Aqua Lampung, Kelompok Tani Karya Bakti IV menjadi satu-satunya kelompok yang menyatakan diri sanggup bangkit sekaligus menjadi contoh bagi kelompok lainnya.

“Jauh sekali bedanya dulu dengan sekarang, Mbak. Dulu kelompok saya sebelum dibina oleh Mitra (Bentala) kegiatannya sekedar bertani saja. Jarang kumpul-kumpul. Sekarang mereka (Mitra Bentala dan Aqua) sangat mendukung kelompok kita. Dulu nggak ada kegiatan rutin. Setelah kelompok lain tahu, banyak yang mau ikut seperti kita,” Papar Nardi kepada penulis.
Menurut cerita Nardi, awalnya yang dijadikan kebun percobaan adalah tanahnya yang berlokasi di sebelah rumah. Mereka membuat pupuk kompos dari kotoran ternak dan sampah organik di sana. Di lokasi itu pula ditanam beberapa jenis tanaman sebagai demplot untuk aplikasi dari pupuk yang telah mereka buat.
Lambat laun, setelah penerapan pola bertani organik dianggap matang dan dapat diaplikasikan oleh semua anggota kelompok, mereka merambah kepada bidang perikanan. Anggota kelompok Karya Bakti IV mendapatkan bibit lele dari program CSR Danone Aqua ini. Sejak berjalan setahun silam, kelompok ini telah tiga kali panen lele. 


(Foto: Mitra Bentala)
 “Hasil panen terakhir yang didapatkan dana bersih sekitar Rp. 5 juta dan digunakan sebagai modal lagi untuk menanam lele,” kata Nardi.
Anggota kelompok Karya Bakti IV sudah merasakan adanya peningkatan yang sangat signifikan dalam pola bertani dan beternak hingga memelihara lele. Saat ini tanaman mereka tidak lagi bergantung pada pupuk dan pestisida kimia. Limbah ternak juga bukan lagi menjadi masalah melainkan menjadi berkah bagi petani. Mereka juga telah menguji coba pembuatan pupuk cair yang dibuat dari air kencing sapi. Hasil yang dicobakan kepada beberapa jenis tanaman juga baik. Hanya saja mereka masih terkendala modal untuk membeli wadah dan fermentor untuk produksi pupuk cair. 
Sebelum petani menggunakan pupuk organik, setiap 1,5 hektare lahan pertanian membutuhkan 150 kilogram pupuk kimia. Saat ini petani sudah tidak lagi bergantung pada pupuk kimia. 
“Harapannya Mitra (Bentala) bersama dengan Aqua bisa memberikan modal lagi kepada kami, juga pembinaan. Karena beberapa peralatan yang dibutuhkan masih belum ada,” Ujar transmigran kelahiran 1961 ini.
Nardi adalah salah satu dari sekian banyak warga pendatang yang tinggal di Desa Peniangan dan menggantungkan hidup dari mengolah tanah pertanian di desa itu. Bapak dua anak ini datang jauh-jauh dari Ngawi, Jawa Timur dan mengadu nasib di Desa Peniangan sejak 1975 silam. 


Program Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi dalam Mendukung Sistem Pertanian Terpadu

“Program ini merupakan ‘lahan’ belajar bagi komunitas untuk berbagi pengetahuan. Penggunaan pupuk kompos, budidaya tanaman sayur, tanaman keras, hingga sektor perikanan membantu masyarakat untuk menerapkan sistem pertanian yang berkelanjutan,” jelas Rizani Ahmad, Koordinator Program Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi dalam Mendukung Sistem Pertanian Terpadu di lokasi ini.
Berdasarkan penuturan Rizani yang dihubungi via telepon (15/8/2014), sebelum ada program ini, masyarakat bertani dan bergantung pada ketersediaan pupuk dan pestisida kimia yang harganya kini semakin mahal. Penggunaan kotoran ternak secara langsung tanpa diolah juga dinilai berdampak kurang baik bagi tanaman. Namun setelah diolah menjadi kompos dengan proses sedemikian rupa dan ditambahkan MOL (Mikroorganisme Lokal), kualitas kompos menjadi lebih baik dan menghilangkan ketergantungan masyarakat terhadap pupuk kimia. 
Proses produksi kompos (Foto: Mitra Bentala)
 “Desa itu (Desa Peniangan) merupakan kawasan yang cukup jauh dari pesisir sehingga masyarakat sulit mendapatkan ikan untuk dikonsumsi. Sementara itu, sangat sedikit warga yang membudidayakan ikan untuk dijual kepada warga lainnya. Jadi kelompok yang dibina melalui program ini dibuat berpikir bagaimana caranya mengatasi kondisi itu. Kita (Mitra Bentala dan Aqua) memfasilitasi sejauh mana mereka bisa berkembang dengan sustainable agriculture (pola pertanian berkelanjutan),” papar Rizani.
Selain terjun langsung membina anggota kelompok, Mitra Bentala juga melakukan pembinaan kepada kaum ibu. Para ibu ini dididik bagaimana menjaga kebersihan lingkungan dan memanfaatkan limbah dapur sebagai pupuk. Intinya, pembinaan kepada ibu-ibu ini diarahkan kepada upaya peningkatan sanitasi dalam keluarga.
Pertemuan kelompok tani (Foto: Mitra Bentala)

Sedangkan sejak awal program tahun 2012 silam, Mitra Bentala juga memberikan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) bagi anak-anak, khususnya siswa Sekolah Dasar. Setiap bulan mereka membina bagaimana generasi muda harus menjaga ketersediaan dan kualitas air, membuang sampah ke lingkungan, menanam pohon, dan menanamkan jiwa yang sadar akan pentingnya menjaga bumi sejak dini.
Menurut Sudarto, salah satu Tim Ahli Mitra Bentala yang terjun langsung ke lapangan, pihaknya juga mengajak masyarakat untuk menanam tanaman keras. Selain sebagai peneduh dan untuk alasan konservasi air, tentunya tanaman keras ini akan bermanfaat dari sisi ekonomi. Timnya juga memberikan pendidikan seberapa besar pengaruh limbah ternak dan pestisida terhadap kualitas air dan lingkungan.
“Kendala yang kami temui sejak awal proses adalah kenyataan bahwa masyarakat belum pernah berorganisasi. Sehingga kami kesulitan untuk membangun pemahaman dan meyakinkan masyarakat bahwa upaya ini akan mampu meningkatkan taraf dan kualitas hidup masyarakat,” kata Sudarto.
Salah satu aktivitas brainstorming dilakukan secara persuasif melalui diskusi informal (Foto: Mitra Bentala)
 Kenyataan bahwa masyarakat belum pernah tersentuh pendidikan sejenis dan belum pernah berorganisasi tentu membuat Tim Ahli kesulitan di lapangan. Lambat laun kondisi tersebut mampu berubah seiring berjalannya waktu. Kesolidan antar masyarakat dan masyarakat dengan pemangku pimpinan desa juga semakin baik.
Demplot pertanian palawija (Foto: Mitra Bentala)
 “Untung ada Aqua yang memfasilitasi melalui dana CSR-nya. Awalnya ada tujuh kelompok tani yang menolak untuk dibina, dan hanya ada satu kelompok yang siap. Saat ini ketika pupuk kompos yang dihasilkan oleh Kelompok Karya Bakti IV mulai diperdagangkan di Bandar Lampung dan melihat peningkatan penghasilan anggota kelompok  tersebut, beberapa kelompok tani juga mulai merapat dan menyatakan diri siap untuk dibina juga,” tambah Sudarto.

 
Produk pupuk organik Kelompok Tani Karya Bakti IV (Foto: Mitra Bentala)
Pertanian Terpadu
Dilansir dari sistempertanianterpadu.blogspot.com, sistem pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi sehingga dapat dipanen secara seimbang. Pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Dengan pertanian terpadu ada pengikatan bahan organik di dalam tanah dan penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional yang pakai pupuk nitrogen dan sebagainya. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan maupun perikanan. Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai. 
Melalui penerapan sistem pertanian terpadu di Desa Peniangan ini harapannya tentu akan terwujud suatu sistem pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Sistem inimemanfaatkan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) yang tersedia di lokasi untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Dengan demikian penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas hasil panen dan lingkungannya akan selalu terjaga. 
Revolusi Industri dan pertanian telah menimbulkan konsekuensi semakin rusaknya lahan yang ada. Selain alih fungsi lahan pertanian yang semakin masif terjadi, rusaknya lahan pertanian juga masalah yang tak bisa dihindari. Hal ini diakibatkan penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang awalnya dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Selain menurunkan kualitas tanah dan air, residu bahan kimia buatan yang tertinggal pada produk pertanian juga berakibat pada turunnya kualitas kesehatan masyarakat. Resiko mulai dari obesitas, kanker, hingga resiko kelainan kejiwaan merupakan dampak yang harus dibayar mahal akibat penggunaan aneka bahan kimia buatan yang merusak lingkungan dan kesehatan. 

Corporate Social Responsibility (CSR) Danone Aqua Lampung
            Danone Aqua memang telah menginisiasi kegiatan CSR melalui pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (Integrated Water Resource Management). Sebagai perusahaan yang aktivitasnya sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas air tanah, Danone Aqua tidak bisa lari dari tanggungjawabnya dalam mengelola air. Mengelola air artinya juga mengelola keberlanjutan Sumber Daya Alam dengan partisipasi dari masyarakat. Oleh karena itu Danone Aqua menginisiasi upaya ini melalui program Aqua Lestari.

Masyarakat Desa Peniangan mengandalkan air sungai untuk MCK, memandikan ternak, hingga kendaraan (Foto: Dok. Pribadi)
Tahun 2010 silam, penulis juga turut turun langsung ke lokasi untuk bersama-sama dengan CSR Danone Aqua Lampung melakukan pendampingan di masyarakat dalam bingkai program promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Danone Aqua Lampung mengambil air dari mata air dalam di desa Peniangan, Marga Sekampung, Lampung Timur. Di kawasan itu, tingkat pendidikan dan kualitas kesehatan masyarakat sangat rendah. Oleh karenanya pihak CSR Danone Aqua Lampung bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melakukan assesment dan pembinaan kepada ibu dan balita di Posyandu dan di rumah-rumah. Selain itu tim teknis di lapangan juga memberikan pendidikan sanitasi dan kesehatan bagi siswa Sekolah Dasar. Ketika itu program dilaksanakan di tiga desa, yaitu Peniangan, Gunung Raya, dan Gunung Sugih.
Promosi PHBS di SDN Gunung Raya (Foto: Dok. Pribadi)

Pada tahun 2010 – 2011, manfaat program pembangunan sarana air bersih juga turut dirasakan oleh 2.120 warga Desa Peniangan dan Desa Gunung Raya di Kecamatan Marga Sekampung Lampung Timur. Termasuk dalam program tersebut adalah kegiatan promosi PHBS bersama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Promosi PHBS juga dilaksanakan AQUA bersama Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung di Kelurahan Kupang Teba Kota Bandar Lampung pada tahun 2012 dengan penerima manfaat sebanyak 994 orang (Sumber: www.aqua.com).
Warga mengambil air bersih di keran umum yang dibangun oleh Danone Aqua di Desa Gunung Raya Lampung Timur (Foto: www.aqua.com)
 Sebagaimana dikutip dari  www.aqua.com, Pelibatan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah inisiatif perusahaan untuk penguatan kemandirian sosial-ekonomi masyarakat agar tercipta kohesi sosial. Berbagai program yang dilaksanakan antara lain: pertanian organik terpadu, usaha mikro dan koperasi, akses modal dan pasar, akses air bersih dan penyehatan lingkungan (Water Access, Sanitation and Hygiene/WASH), tanggap bencana, dan lain-lain. Dengan demikian, CSR Danone Aqua ini sangat membantu keberlangsungan hidup masyarakat dan lingkungan karena sangat fokus pada lingkungan hidup sekitar. Melalui program-program pengelolaan Sumber Daya Air yang meliputi program konservasi, pertanian berkelanjutan, pengelolaan sampah, penyediaan akses  air bersih, pendidikan sanitasi kepada masyarakt, dan pengembangan ekonomi masyarakat merupakan bukti bahwa Danone aqua bukan perusahaan yang ‘egois’.

(Foto: www.aqua.com)

Disamping itu, sudah menjadi kewajiban Danone Aqua untuk menjalankan amanah Undang-Undang terkait CSR. Kewajiban itu tertuang dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan terbatas.
Berdasarkan Pasal 68 UU 32/2009, setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
  • Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan  lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu; 
  • Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan 
  • Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
            Pelestarian Air dan Lingkungan merupakan upaya perusahaan terhadap manajemen sumber daya air yang berkelanjutan, baik untuk operasional bisnis maupun sosial-lingkungan, melalui: keseimbangan neraca air, pengendalian kualitas air, dan pengelolaan sumber daya air. Upaya tersebut dimulai dengan mengeluarkan "Kebijakan Danone Aqua terhadap Perlindungan Sumber Daya Air". Kebijakan ini menjadi dasar dari program-program yang dilaksanakan, diantaranya: penelitian-penelitian terkait sumber daya air, pendidikan lingkungan hidup, rehabilitasi saluran irigasi, penanaman pohon, pembuatan sumur resapan, biopori, dan lain-lain (Sumber: www.aqua.com).
          Pada Agustus 2012 lalu, Danone Aqua juga telah bekerjasama dengan LSM Mitra Bentala untuk melakukan Pelatihan Singkat Peresapan Air Dengan Metode Biopori. Pelatiahan ini ditujukan bagi peningkatan pemahaman dan keterampilan para karyawan Pabrik Danone Aqua Lampung dalam berpartisipasi mengurangi resiko ancaman kekeringan baik di lokasi Pabrik Danone Aqua maupun di lingkungan tempat tinggal para karyawan yang tersebar di Bandar Lampung.

Menurut SR CSR Danone Aqua Lampung, Derson Elphiwika, pihaknya juga berencana melakukan beberapa kegiatan dalam bentuk donasi dan bekerjasama dengan beberapa pihak, diantaranya:
  • Program penganekaragaman hayati yang akan digelar tahun ini bersama Badan Pengendali Lingkungan Hidup dan Pemerintah Kota Bandar Lampung. Mengenai jenis tanaman dan jumlahnya masih dalam tahap diskusi dengan parapihak. Rencananya, kegiatan ini akan dilaksanakan di Batu Putu, Bandar Lampung dengan menanam tanaman-tanaman khas Lampung.
  • Selain di Batu Putu, pihak Danone Aqua juga akan melakukan penanaman pohon perindang di sepanjang Jalan KH. Ahmad Dahlan, Kupang Teba, Bandar Lampung. Kegiatan serupa pernah juga dilaksakan pada tahun 2010 dan 2011 bekerjasama dengan masyarakat setempat.
  • Danone Aqua Lampung juga memprakarsai pembuatan lubang biopori di sekitar pabrik dan di rumah karyawan dan juga membuat sumur resapan.

Karena peran aktif CSR-nya inilah Danone Aqua Lampung menjadi salah satu perusahaan yang diberi penghargaan oleh Walikota Bandar Lampung pada kegiatan Festival Lingkungan dan Diseminasi Program Konservasi Air Bawah Tanah yang diselenggarakan di Lapangan Merah, Enggal, Bandar Lampung pada peringatan hari air 23 April 2014 lalu. Harapannya, dengan adanya berbagai aktivitas kepedulian terhadap lingkungan yang melibatkan masyarakat ini dapat menggugah perusahaan-perusahaan dan pihak lain untuk turut serta melakukan pemeliharaan lingkungan hidup.

Penghargaan kepada para penggiat biopori itu dimaksudkan agar parapihak dapat lebih berperan lebih aktif lagi dalam melakukan kampanye dan aksi nyata menyadarkan masyarakat bahwa air sangat penting bagi kehidupan. Program biopori ini merupakan gerakan bersama untuk konservasi air khususnya di Bandar Lampung yang telah digalakkan sejak 2012 silam. Lampung merupakan daerah dengan ancaman perubahan iklim terutama banjir dan kekeringan. Apalagi kawasan pesisir Bandar Lampung.

Di lokasi mata air di Desa Peniangan juga pihak CSR Danone Aqua akan melakukan penanaman bambu. Sebelumnya di lokasi ini juga pernah ditanam sejumlah rumpun bambu. Masyarakat setempat sangat mendukung upaya ini karena selain daun bambu dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, masyarakat juga dapat mengambil rebung (tunas bambu) untuk dimasak.

"Penanaman bambu ini ternyata bagus efeknya untuk mempertahankan kualitas air bawah tanah," papar Derson, "dukungan dari masyarakat juga sangat besar dan tanaman bambu sangat mudah tumbuh dan berkembang".

Menurutnya, meskipun aktivitas-aktivitas yang akan dilaksanakan ini tidak sustainable dan hanya bersifat donasi, tapi pihak CSR Danone Aqua tetap akan melakukan pengawasan yang berkelanjutan.

"Komitmen Aqua sebagaimana kita tahu tidak hanya bisnis, melainkan di manapun Aqua berada, akan selalu melakukan upaya pemberdayaan dari hulu, tengah, dan hilir. Apalagi masyarakat dan lingkungan yang berada di ring  dan berdampak dengan bisnis Aqua," jelas Derson (27/8/2014).

Kegiatan CSR Danone Aqua yang berkelanjutan memang hanya satu, yaitu pertanian terpadu di Desa Peniangan yang juga mempunyai target-target tahunan dalam workplan-nya. Pada tahun pertama (2013) dari sembilan kelompok tani yang ada, tim Danone Aqua dan Mitra Bentala menargetkan 2-3 kelompok untuk pembangunan mindset  di masyrakat.  Tahun kedua (2014) harapannya kelompok-kelompok tersebut bisa jadi role model bagi kelompok lainnya. Di akhir program, pada tahun 2015, tim akan menjangkau desa tetangga yaitu Desa Gunung Raya dan Gunung Sugih.

Program pertanian terpadu ini telah mengantarkan CSR Danone Aqua Lampung mendapatkan Penghargaan Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat (GKPM) 2014 untuk Millenium Development Goals atau MDGs Award kategori gold. Penghargaan tersebut diberikan di Jakarta pada 20 Agustus 2014 oleh Corporate Forum for Community Development (CFCD) dan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia.  Penghargaan ini diberikan karena program tersebut dianggap memberikan kontribusi bagi pelaksanaan percepatan MDGs 2015.

"Dampak dari program ini (pertanian terpadu) sangat luas. Tidak hanya dari sektor ekonomi saja, tapi juga di bidang kesehatan dan sanitasi.  Kelompok tani tadinya awut-awutan sekarang terarah, pemanfaatan limbahnya dimulai dari dalam rumah. Dulu buah pepaya yang tidak layak jual dibuang begitu saja, sekarang sudah dibuat keripik oleh ibu-ibu dan laku dijual," tandas Derson.

Ia berharap program pertanian terpadu itu akan menjadi pelopor dalam pemberdayaan masyarakat agar lebih mandiri. Dengan demikian dalam menjalankan sistem pertanian mereka tidak lagi bergantung pada bahan baku dari luar, misalnya pupuk kimia. Selain itu, limbah sapi ini bermanfaat untuk mengembalikan kesuburan tanah yang terlalu lama terpapar bahan kimia.

Upaya ini juga merupakan bentuk kepedulian Danone Aqua Lampung terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitar lokasi usahanya. Hal ini penting agar terjalin sinergi antar pihak untuk dapat memberikan manfaat satu sama lain dan meningkatkan kualitas masyarakat dengan pemberdayaan potensi lingkungan yang berkelanjutan.

Tim di lapangan memang mempunyai workplan yang terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan di masyarakat. Mereka bekerjasama dengan dinas terkait dan kader Posyandu untuk melakukan penyuluhan. Terwujudnya lingkungan yang sehat sangat erat korelasinya dengan masyarakat yang sehat.

Beraksi Nyata Mewujudkan Keberlanjutan Lingkungan

Untuk kaum muda (atau yang berjiwa muda), sudah bukan masanya lagi kita bisa berpangku tangan ditengah upaya orang-orang di luar sana untuk menyelamatkan bumi, menyelamatkan kehidupan. Danone Aqua sebagai sebuah perusahaan besar yang tidak lantas membiarkan kita meraba-raba dalam kegelapan ketidaktahuan. Danone Aqua telah menggandeng berbagai pihak untuk melakukan aksi nyata. Agar masyarakat luas dapat memberikan kontribusi terhadap aksi nyata ini, Danone Aqua memberikan jalannya, melaui link berikut ini: http://www.aqua.com/darikita/#aksi-nyata.
Lalu bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memberikan andil dalam upaya pelestarian bumi? Tidak perlu muluk-muluk sampai membina suatu komunitas, atau membuat gebrakan penemuan besar yang menhebohkan dunia. Kita cukup dengan mulai dari sendiri dan sekitar, membangun kesadaran dan membiasakan hal-hal baik dalam kehidupan kita sehari-hari.
Tips menghemat air (Foto: www.aqua.com)
Dalam melakukan penghematan air misalnya, Danone Aqua melalui website-nya yang sangat eksesibel telah memberikan contoh tindakan yang dapat kita lakukan.
  • Cara aman yang direkomendasikan untuk mencairkan daging adalah menyimpannya di kulkas, setelah dikeluarkan dari freezer. Daging yang dicairkan sebaiknya masih terbungkus di plastik atau plastic wrap kedap udara untuk mencegah kontaminasi bakteri (Sumber: www.okefood.com).
  • Hemat kertas. Seperti yang pernah penulis baca, setiap proses produksi kertas memerlukan bahan kimia, air dan energi dalam jumlah besar dan tentu saja bahan baku, yang pada umumnya berasal dari kayu . Diperlukan 1 batang pohon usia 5 tahun untuk memproduksi 1 rim kertas. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi kertas juga sangat besar, baik secara kuantitatif dalam bentuk cair, gas, dan padat, maupun secara kualitatif.Penulis lebih suka menyimpan draft dalam bentuk soft file dan mengonsultasikan tesis via email kepada pembimbing demi ngirit biaya print sekaligus hemat kertas.
  • Tampung air wudhu menggunakan ember atau sejenisnya.  
  • Kalau punya kandang binatang menggunakan lap basah daripada membuang-buang air. Begitu juga untuk membersihkan kendaraan, lebih baik pakai kanebo daripada disemprot langsung memakai selang. Penulis hanya mempunyai sebuah sepeda lipat sehingga tidak boros air untuk mencuci dan juga tidak meracuni lingkungan dengan asapnya. Sepeda juga tidak menggerus perut bumi untuk bahan bakarnya, justru bersepeda adalah hal yang menyehatkan dan menyenangkan.
  • Segera perbaiki keran yang bocor, hal ini tentu saja berlaku bagi pengguna keran, termasuk keran dispenser. 
  • Mandikan hewan peliharaan di halaman rumah, termasuk juga kendaraan. Dalam hal ini akan lebih baik jika tidak menggunakan sabun, memakai sabun tanpa deterjen, atau gunakan sabun sesedikit mungkin. Air bekas dari aktivitas ini dapat langsung menyiram rumput di halaman atau ditampung untuk menyiram tanaman, sehingga kalau terlalu banyak sabun dikhawatirkan tanaman akan mati juga meracuni tanah. Bisa juga airnya digunakan untuk mengepel teras dan membersihkan got.
  • Perbanyak lubang resapan biopori. Lubang biopori berfungsi menahan air sekaligus tempat pembuatan kompos.
  • Hemat air ketika mandi. Bayangkan betapa sulitnya orang-orang yang tinggal di kota yang padat penduduk dalam mendapatkan air. Bandingkan juga kemudahan kita untuk mengakses air bersih dengan kondisi masyarakat Desa Peniangan yang harus mandi bersama kerbau atau orang yang sedang buang air besar dalam satu lokasi. Bersyukurlah kita mandi di sebuah kamar mandi privat dengan air bersih, maka dari itu berhematlah.
Sistem pertanian terpadu juga dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan untuk anak kos sekalipun. Setidaknya itu yang telah penulis lakukan. Sedikit upaya disamping membiasakan diri untuk diet plastik, meminimalisasi sampah, dan berkebun dalam keterbatasan lahan.
Salah satu sudut kebun mini di beranda kamar kos (Foto: Dok. Pribadi)
Penulis menyemai biji cabai dan tomat sisa dari dapur. Selain itu juga penulis menanam kangkung, daun bawang, dan seledri. Tanah yang sudah lengkap dicampur dengan kompos dapat dibeli dengan harga sekitar Rp. 5000/kantong ukuran 5kg. Sementara pupuk bisa kita buat dari sampah organik yang kita komposkan sendiri. Air yang digunakan untuk menyiram tanaman bisa dari tadahan air hujan, air bekas wudhu, atau air lainnya yang tidak terpakai daripada dibuang.

See... berkebun, bertani, dan sejenisnya bukan hanya untuk alasan ekonomi, tapi juga mengurangi sampah, menghindari konsumsi produk yang terpapar pertisida yang biasa kita beli di pasar, dan sebagai sarana refreshing. Berkebun itu menyenangkan dan menyembuhkan.
Salah satu pesan di dinding BNI-UGM Food Park (Foto: Dok. Pribadi)


 

Sumber data : wawancara
Referensi: dapat ditelusuri melalui link yang disisipkan dalam tulisan
Foto : Mitra Bentala, website Aqua, dan dokumentasi pribadi

6 comments

  1. Jadi pingin punya aquakultur dirumah yg minim lahan untuk berkebun..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku pun, tapi itu nanti. Setelah punya rumah sendiri dan nggak pindah2 kosan lagi. Asik kalau diseriusin, rumah dg taman mini dan kolam ikan:D

      Delete
  2. Replies
    1. Ya, Bri. Kamu harus pulang kelak dan membangun Peniangan, ya :)

      Delete
  3. semoga pertanian kita makin jaya, dan makin banyak masyarakat yg peduli dengan lingkungan disekitarnya,, dari hal yg sederhana dan dikerjakan bersama-sama,, lambat laun hasilnya bisa dinikmati dan semakin besar manfaatnya,,, :) thanks for sharing dear...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makin banyak pemuda yang 'bangun dari tidur panjangnya' dan bergerak untuk kemandirian. Thanks for reading, too :)

      Delete

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<