:bukan tour guide, hanya sekedar catatan perjalanan blogger malas :(
"Lebih deket ke Batu, Teh, daripada ke Sempu. Kalo ke Batu ada bus yang kesana. Di sana ada Museum Angkut... ," kata seorang kawan saya yang asli Malang yang kami daulat sebagai host family (baca: pemberi rumah tumpangan) sekaligus tour guide. Waaahh... kami sungguh berhutang banyak hal padamu, Dew. Ya, sebut saja dia Dewi karena memang namanya Dewi. Apa, sih?!
Oh mai tu de gaaaaadddd...!!! Hah... apa banget gitu rasanya. Udah mah ke museum yang pastinya cuma ngeliat benda-benda kuno yang nggak bergerak, namanya juga doesn't make a sense gitu. Jujur awalnya saya enggan bertandang ke Museum Angkut. Sampai akhirnya kami terlantar di Terminal Ladung Sari dan memutuskan untuk benar-benar pergi ke Batu. Sebuah kota yang konon mempunyai banyak tempat wisata dan baru saja memisahkan diri dari Kota Malang secara administratif.
|
Di Terminal Ladung Sari |
Memang, untuk mencapai museum ini
aksesnya sangat mudah. Dari Kota Malang, kita cukup naik angkot ke
Terminal Ladung Sari (Thank God tarif angkot di Malang jauh-dekat Rp.
3000). Dari terminal itu, kita kemudian naik bus "Puspa Sari" tujuan
Kediri. Menariknya, kondektur di sini tidak main hajar tarif seenak
udelnya sendiri. Ada karcis yang tidak boleh dibuang hingga pos kontrol
di terminal berikutnya. Tarif bus Ladung Sari-Museum Angkut cukup Rp.
3000 saja.
Begitu sampai di museum, antrian sangat panjang. Maklum, hari minggu. Tiketnya juga jadi mahal, Rp. 75.000. Padahal kalau weekday kita cukup membayar Rp. 50.000. Lumayan, kan, bedanya?! Jadi kita membeli gelang tangan dari kertas seharga Rp. 75.000. Eits, jangan melenguh dulu, gaeesss!!! Kalian tidak akan menyesal setelah masuk dan terkagum-kagum dengan koleksi di dalamnya.
Saya sendiri heran, siapa sih ini diseinernya? Trus koleksi-koleksinya itu dapat dari mana saja? Lha wong kayaknya seluruh dunia tumplek plek di sana. Awesome bangetlah pokoknya. Tak terungkapkan dengan kata-kata.
Konon konsem museum semacam ini baru ada di Amerika, dan Museum Angkut di Batu ini merupakan yang pertama di Asia Tenggara. Wuiiihhh.... (standing ovation!!!). Di sini kita bisa melihat perpaduan antara sejarah perkembangan dunia transportasi dan Movie Stars, musik, sampai apa aja yang jadi 'wah' di negara-negara londo sana.
|
Ketika Malioboro pindah ke Batu |
|
Ini saya jualan apa juga saya ndak tau og |
|
Pada jam ketiga perjalanan kami yang mulai melelahkan, akhirnya kami sampai di Paris |
|
Ini kota mana? Ada yang tahu? |
|
Hebatnya kami bisa sampai Italia pakai Vespa |
|
Saya sedang ikut misinya 'Gerombolan Si Berat' yang merampok bank |
|
Asiknya kalau punya mobil tua macam ini, warna biru pula. Pengen tak gondol pulang rasanya |
|
Ala-ala Hollywood Movie Star |
|
Terjebak di dunia gangster |
|
Asoy geboy ngebut di jalanan tanpa helm, bonceng tiga pula |
|
Asiknya naik Vespa di tepi pantai |
|
Balik lagi ke Jogja dengan kereta kuda |
Foto-foto ini hanya secuil cerita. Selebihnya bahkan kami tidak mampu menyelesaikan keseluruhan instruksi rute karena kecapean. Yah, setidaknya kami cukup terpukau bahwa negara kita punya yang begianian. Mau dikelilingi semua sebenarnya boleh saja. Museum yang baru dibuka pada 9 Maret 2014 ini mempunyai beberapa zona yang semuanya edukatif dan informatif. Lokasinya juga oke karena Museum ini satu grup dengan Jatim Park dan dekat pula dekang pusat oleh-oleh dan Taman Bunga Selekta yang sangat tersohor itu.
No comments
Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<