Dear Mom and Dad,
sepertinya saya harus mengamini sugesti akan munculnya berbagai give away sebagai sarana curhat lainnya
setelah ini. Mom dan Dad, seperti yang kalian tahu, saya ingin sekali mengikuti
ekskul Pecinta Alam (PA) sejak SMA. Tapi kalian tidak pernah mengizinkannya. Hingga
akhirnya saya mengikuti ekskul yang ‘agak dekat dengan alam’ lainnya. Saya ikut PMR yang pada akhirnya bisa mengantarkan saya
pergi ke Sumatera Barat untuk penanganan pasca bencana gempa dan tsunami beberapa tahun lalu. Ingat
bagaimana beratnya kalian melepaskan saya pergi ke lokasi bencana?
Semasa kuliah, saya mengikuti organisasasi di bidang
jurnalisme agar saya bisa mengekspresikan diri bukan hanya di majalah dinding
sekolah seperti dulu. Mom dan Dad tidak pernah suka saya menjadi wartawan. Tapi
saya sangat bergairah. Dengan menulis, saya bisa berkespresi, berbagi, dan
bertemu dengan banyak orang yang sangat heterogen. Dengan menulis, saya bisa
jalan-jalan. Bukankah dulu kalian tidak mengizinkan saya ikut PA? Maka hal-hal
yang mendekatkan diri saya dengan para PA inilah yang saya kejar. Meskipun kami
kerap berbagi peran, mereka bertualang, dan saya yang menuliskan atau sekedar
mendengarkan kisah mereka. Sesekali saya juga sering ikut mereka
jalan-jalan. Tentunya kalian tidak tahu seberapa susah medan juang yang saya
lewati untuk mencapai puncak bukit, gunung, atau sekedar menginjakkan kaki di
pulau yang masih perawan.
Menyusuri tebing-tebing karst untuk mencapai pantai-pantai eksotis di Selatan Yogyakarta |
Selepas kuliah, saya sangat tidak ingin melamar pekerjaan. Bukan
saya tidak butuh uang dan membahagiakan kalian. Saya, kan, selalu berusaha
menorehkan prestasi dalam hal apapun yang saya tekuni. Tapi untuk pekerjaan...
ah, rasanya saya enggan berpakaian rapi untuk sekedar wawancara dan bersikap
sok manis di depan atasan. Apalagi setelah itu saya harus tunduk pada aturan
dan digaji untuk setiap keringat yang saya keluarkan.
Oleh sebab itu, saya selalu ingin kuliah lagi. Bukan dengan
uang kalian tentu saja. Saya sudah terlalu banyak merepotkan. Maka saya selalu
berburu beasiswa. Sembari menunggu dan memperluas jaringan, saya beraktivitas
di sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Ah, sebenarnya saya tidak suka
menyebutnya LSM, banyak orang berpikiran buruk tentang LSM, termasuk kalian. Maka
saya menyebutnya, Non-Government Organization (NGO).
NGO yang menaungi semua keinginan dan harapan saya itu
memang bergerak di bidang lingkungan hidup. Dan tahukah Mom, Dad, isinya
kebanyakan adalah para anggota PA. Wah, saya senang sekali bisa bekerjasama
dengan mereka yang selalu bersemangat dan berjiwa muda. Kami beraktivitas di
masyarakat, memungut sampah, bernegosiasi di gedung DPR, menjelajah pulau, sampai
mendaki gunung. Ya, akhirnya saya bisa mendaki gunung. Saya belajar banyak dari
mereka. Belajar bagaimana survive di
hutan, bagaimana berinteraksi dengan manusia, hewan, dan tumbuhan, dan
sebagainya.
Lihat! Itu di belakangku ada Tanjakan Cinta yang melegenda |
Rupanya Tuhan memang menakdirkan saya untuk selalu dekat
dengan alam. Hingga awal bulan ini, saya berhasil menggapai
Semeru. Meski belum sampai Mahameru karena ada orang hilang sehingga
kami diperintahkan
untuk turun dan pendakian di tutup. Saya sangat suka mendaki gunung,
Mom, Dad. Itu
adalah sarana saya untuk selalu bersyukur, berinteraksi dengan sesama,
sekaligus menyeimbangkan jiwa dan raga.
Mom, Dad, katanya cewe yang menggendong ransel itu seksi dan banyak dicari. Maka saya ingin mendapatkan kesempatan
untuk bertualang lagi dan lagi. Kalian percaya ,kan, saya sudah bisa menjaga
diri? Insyaa Allah dengan ridho dari kalian, Allah juga selalu mencurahkan
ridho-Nya untuk saya.
terima kasih untuk partisipasinya. Sesuai syarat dan ketentuan, untuk banner diletakkan di side bar, ya. Dengan link hidup ke web Tanakita :)
ReplyDeleteIya, Mak. Menyusul segera klo inetnya oke :D
Delete