مَن
كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَن كَانَ
يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِن
نَّصِيبٍ
Artinya:Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (QS, Ash-Shura: 20).
Beberapa hari ini
kehebohan media sosial cukup mengusik hati saya. Utamanya mengenai munculnya
kelompok orang-orang yang kontra terhadap program #OneDayOneJuz yang belakangan
ini cukup fenomenal. Tidak hanya di Indonesia, bahkan merambah hingga ke mancanegara.
Berikutnya mengenai sentilan identitas pada saat membantu korban bencana,
khususnya banjir di Ibukota.
Dimana ke-bhineka-an
yang dulu semasa SD selalu kita agung-agungkan? Seandainya kita bersedia untuk
berpikir lebih sederhana dan lapang dada terhadap keberagaman, tidak akan kita
menghebohkan hal-hal yang tidak patut diperdebatkan.
Dulu ketika saya
turut membantu korban di gempa Sumatra Barat, kami selalu memakai ID card. Bahkan kami tidur di tenda tanpa
melepas sepatu sehingga kami selalu siap ke lapangan kapan pun dibutuhkan tanpa
lepas identitas.
Saya paham, kami para
relawan berasal dari berbagai latar belakang. Bukan mencurigai, tapi bisa saja
kami menyelewengkan bantuan. Bisa saja kami berbuat ketidakpatutan. Selain itu
banyaknya bantuan rawan kejadian pembagian pangan yang sudah kadaluarsa, rusak,
atau cacat. Hal itu bisa saja lepas dari kontrol kami, tapi lembaga yang
menaungi kami akan bertanggungjawab. Jadi bukan masalah riya’ atau tidak kami
memakai identitas, tapi lebih pada persoalan tanggungjawab dan traceability.
Niat itu tempatnya di hati, begitulah pesan orang-orang tua kepada saya. Sebagaimana kita
ketahui, bahwa ada dua syarat supaya amal perbuatan kita diterima oleh Allah
SWT. Pertama adalah adanya niat yang ikhlas dan benar, dan kedua, perbuatan itu
harus nampak jelas, sesuai syariah, dan bukan bid’ah.
Kemudian mengenai
gerakan One Day One Juz (ODOJ) yang juga banyak dipersoalkan, saya justru
heran, apa yang dipersoalkan. Sama halnya dengan saya menulis di blog dan
membagi-bagikan pelajaran dalam suatu ayat setiap hari. Bukan untuk riya’ dan
mengejar duniawi. Apalah artinya hadiah yang disiapkan oleh Sist Prima jika
dibandingkan dengan hadiah yang lebih dahulu sudah dijanjikan oleh Allah.
Kedua gerakan tersebut
(ODOJ dan 1H1A) sangat berdampak positif bagi saya. Pertama, tentu saja saya
mendapatkan kawan-kawan baru dan lingkungan baru yang berenergi positif. Kedua,
saya mempunyai targetan harian dalam membuka, membaca, bahkan menadaburi
Alquran. Ketiga, saya juga mengembangkan keterampilan saya dalam menulis. Tidak
jarang inspirasi menulis datang dari rekan-rekan ODOJ juga. Bahkan Rasulullah
pernah bersabda”
“Bacalah
(khatamkanlah) Al Quran dalam satu bulan. “(HR. Al Bukhari)
Ditengah kondisi
masyarakat yang banyak melupakan Al Quran, ini merupakan upaya yang sangat luar
biasa. Gerakan semacam ini harus didukung dan dikuatkan. Bukan dicemooh dengan dalih
memberatkan, memaksa, riya’, dan mengharapkan hadiah dan pujian semata. Kalaupun
ada yang terjerumus dalam penyimpangan niat, biarlah hal itu kembali kepada
pribadinya masing-masing. Biarlah Allah yang memutuskan diterima atau tidaknya
amalan seseorang.
“Apakah
engkau sudah membedah dadanya sehingga engkau tahu apakah hatinya berucap
demikian atau tidak?” (HR. Muslim).
Mengungkit kebaikan,
baik itu kepada Allah atau kepada makhluk merupakan perbuatan yang tidak baik
dan Allah SWT senantiasa memperingatkan manusia untuk tidak melakukannya.
“Barangsiapa
dalam Islam membuat kebiasaan baik, maka tercatat baginya pahala dan pahala
orang yang mengikutinya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka yang
mengikutinya. Barangsiapa dalam Islam membuat kebiasaan buruk, maka tercatat
baginya dosa dan dosa orang yang mengikutinya setelahnya, tanpa mengurangi
dosa-dosa mereka.”(HR. Muslim).
Wallahu’alam
Adeeem. Makasih karena udah mengingatkan dengan cara yang kau suka mbak :))
ReplyDeleteSalam,
Senya