Menutup aurat bukanlah pilihan gaya hidup (life style) atau kecenderungan mode. Menutup aurat merupakan kewajiban kepada setiap muslim dan muslimah.
Saat
di setiap sekolah sudah bebas untuk mengenakan jilbab, sebuah sekolah
di Bali malah melarang seorang siswanya untuk berjilbab. Seperti diberitakan disini dan disini, Anita Wardhana,
siswi SMAN 2 Denpasar dipersulit pihak sekolah ketika mengajukan
permohonan memakai jilbab. Bukannya dikabulkan, sang Kepala Sekolah
malah menyuruhnya pindah ke sekolah lain jika dia bersikeras untuk mengenakan jilbab. Bukankanah ini sebuah wujud pelanggaran HAM dalam menjalankan kewajiban agamanya.
Meskipun saat ini Indonesia bukanlah negara yang menganut hukum islam, tapi mayoritas penduduk Indonesia beraga islam. Indonesia juga seharusnya ramah terhadap hak asasi sebagai mana falsafah dasar negara ini, Pancasila. Mengenakan jilbab sebagai wujud pelaksanaan kewajiban umat beragama sudah sangat dilindungi oleh sila pertama dan kedua. Tidak diragukan lagi.
Sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nur ayat 31:
وَقُلْ
لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ
فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ
زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ
بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ
إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ
نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ
أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ
يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ
لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ
جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Katakanlah
kepada wanita beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah
suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami
mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki
mereka, atau putera saudara-saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita
Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan –pelayan
laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung.”
Kita yang telah dimudahkan
mengenakan jilbab sepatutnya bersyukur dengan lebih maksimal dalam
berjilbab,mempelajari islam lebih dalam diikuti upaya memperbaiki diri.
Semoga Allah memberikan kemudahan bagi
saudari-saudari kita di Bali dan di mana saja yang sedang memperjuangkan
kebebasan berjilbabnya. Semoga kita senantiasa berupaya agar istiqomah dalam berlomba menggapai kebaikan dan menyempurnakan jilbab yang kita kenakan sebagaimana syariat yang kita anut, bukan malah kebablasan mengikuti mode.
Sabda Rasul Saw kepada Asma’ binti Abu Bakar:
“Wahai Asma’: Sesungguhnya wanita yang telah haid tidak layak
baginya terlihat dari tubuhnya kecuali ini dan ini. Beliau menunjuk pada
wajah dan telapak tangannya.” (HR. Abu Dawud, No. 3580).
No comments
Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<