"Manusia
dapat bertahan hidup empat puluh hari tanpa makan, tiga hari tanpa air, delapan
menit tanpa udara. Tapi hanya satu detik tanpa harapan"
- Hal Lindsey -
Bener nggak,
sih, statement itu?! Tapi kenapa nggak dibilang satu hari
tanpa gadget manusia masih bertahan hidup?!
Gadget dalam pemahaman saya adalah alat bantu. Benda
berbentuk alat apapun yang dapat membantu meringankan aktivitas saya, saya
sebut dia gadget. Terserah wikipedia mau bilang apa, saya berhak untuk
memberikan definisi sendiri. Bukannya egois atau tidak menerima kenyataan bahwa
banyak yang bilang gadet adalah alat elektronik portable yang selalu
inovatif. Tidak salah memang. Pengertian yang saya buat, kan, lebih luas
maknanya. Anggap saja kita sepaham. Toh intinya sharing ide, tho?
Warga WB cinta damai!
Keberadaan gadget
tidak dapat dipungkiri dapat memudahkan hidup dan membuat kita cerdas.
Namun tetap saja penggunaannya harus dibatasi. Hal ini terkait dengan beberapa
hasil penelitian yang menyatakan bahwa konon gadget (elektronik) dapat
menjadi penyebab timbulnya penyakit-penyakit mematikan. Whattttt.... ??!!! Sebut
saja kanker dan tumor pada kepala, telinga, kulit, dan tangan.
Selain itu,
kecanduan terhadap Gadget tanpa kendali menyebabkan kita kehilangan quality
time bersama keluarga, teman-teman, atau pacar. Bahkan menurut pengalaman
saya, penyakit-yang-menganggap-gadget-adalah-belahan-jiwanya ini dapat
menyebabkan orang kehilangan banyak kesempatan. Misalnya, kesempatan untuk
mendapatkan teman, relasi bisnis, bahkan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan
dan beasiswa. Wah, kalau ini lebih dalam lagi pemaparannya bisa ditendang sama
empunya GA kalau kepanjangan.
Satu hal yang
sangat tidak saya suka adalah cibiran yang menyangkut kata ‘autis’ yang sering
disematkan ketika seseorang selalu lengket dan freak terhadap gadget-nya.
Mungkin lebih tepatnya, katakan saja orang itu mangkir dari takdir sebagai
makhluk sosial. Orang itu bukan autis. Penyandang autis memiliki potensi yang
tinggi jika dioptimalkan. Mereka istimewa dan bukan untuk dijadikan bahan
ejekan. #StopBullyingAutism
Oke, kembali
kepada tantangan sehari tanpa gadget. Tanpa gadet kita terbebas
dari desakan ini-itu. Bebaskan pikiran dari rutinitas dan berbagai tuntutan.
Ketika kita meluangkan weekend untuk mematikan gagdet pikiran
kita akan lebih bebas dan merdeka. Saya sendiri akan langsung menegok dan
melahap habis novel-novel yang sudah menunggu untuk dituntaskan. Sesekali
beralih untuk membuat kerajinan. Hal itu bisa berupa hiasan dinding, membuat
kolase, menyulam, menggunting dan menempel gambar, dan lain sebagainya.
Kegiatan-kegiatan itu akan mengasah kreatifitas kita yang tertelan deadline,
target bisnis, penelitian, tugas kampus, and so on...
Seperti
malam ini misalnya, saya terbebas dari smartphone karena kekasih
hati saya sedikit tidak enak badan dan butuh segera tidur. Diakui atau tidak,
dia dan saya butuh sesekali waktu untuk berekspresi sendirian. Telinga kami
juga butuh istirahat sepertihalnya smartphone yang kini kudengar ia
bernapas lega dan tersenyum bahagia. Meskipun saya tetap berpaling kepada
netbuk tua ini yang tetap saja berjenis kelamin gadget. Ah, nasib #LDR
(baca: Long Distance Relationsick yang artinya Lelah Disiksa Rindu).
Tapi setidaknya, saya merdeka dari telpon dengan bahasan picisan, bisnis,
target, gosip, dan sebagainya untuk menuangkan kreatifitas saya dalam bentuk
tulisan ini. Are you sure you’re creative enough... ?! Hell ...yeah!!!
Siapa yang mau
mengapresiasi kreatifitas dan kebebasan pikiran saya kalau bukan saya sendiri?
Shortly, banyak hal yang bisa kita lakukan tanpa gadget sehari
saja. Kalau bisa nambah, deh. Selain hal-hal yang sudah saya sampaikan diatas,
saya sering lebih survive tanpa gadget ketika saya berada dirumah
orangtua, bukan dikamar kos nan sempit, pengap, dan muram ini. Disana saya bisa
membersihkan kebun, bereksperimen didapur, mencuci pakaian, dan yang lebih
penting lagi menikmati kebersamaan dengan keluarga.
Ditempat kos
saya juga berkebun, lho. Saya menanam cabai, tomat, dan sayuran dalam pot
yang memanfaatkan sampah plastik serta botol air mineral. Saya juga
sering bersepeda ketoko buku, atau sekedar hang out bersama teman-teman.
Saya juga merdeka jika pembimbing tidak meneror saya dengan target laporan
penelitian tesis. Ssst... jangan disampaikan, ya!
Tulisan ini ikutan GA keren Sehari Tanpa Gadget di Blog Keajaiban Senyuman lhooooo...!
dia dan saya butuh sesekali waktu untuk berekspresi sendirian ...
ReplyDeleteSetuju ...
bahkan suami istri pun butuh waktu sendiri ...
(asal jangan keseringan aja ...)
Salam saya
Hehe... terimakasih om telah berkunjung :)
ReplyDeleteBetul sekali, terkadang inspirasi muncul disaat sendiri, tapi sayangnya biasanya malah jadi homesick yang makin terasa hihihi