Ucapan 'selamat pagi' dihari minggu seperti ini bagiku seperti ajakan 'ayo, tarik selimut lagi!'. Minggu pagi dan sisa wangi tanah basah. Tidak ada yang lebih baik daripada itu. Aku yang telah menerawang dari balik jendela jauh sebelum subuh, kini menikmati hangatnya sinar mentari. Seperti halnya embun, titik-titik air hujan yang bergelayut ditiang-tiang jemuran juga beringsut pergi berganti mentari. Tapi tidak demikian dengan sepi disini. Tidak ada yang lebih buruk daripada seorang perempuan yang sendirian dan menantikan pagi di malam yang nampak begitu panjang. Juga dalam. Bahkan belum ada sapaan sedikitpun hingga matahari semakin tinggi seperti ini.
Ada
yang lebih menyakitkan lagi. Nenekku. Ya, Mbah Putri satu-satunya kini
sedang terbaring lemah. Ditemani Ibuku yang tidak pernah kalah. Hari ini
ulang tahunnya tanpa bapak. Tentu saja bapak banyak pekerjaan
dikampung. Bapak juga tidak merayakan ulang tahunnya sepuluh hari lalu karena
berada disisi Mbah Putri yang terbaring dirumah sakit waktu itu. Sekarang
Mbah Putri sudah dibawa pulang. Bapak juga sudah pulang pada rutinitas.
Tinggal Ibu, dan hari ulang tahunnya yang (kupikir) kelabu. Doaku untuk kalian selalu... I love You.
|
Nungguin kurcaci-kurcaci berenang |
|
They're laugh at me -____- |
|
Katanya beneran anak kandung, lha wong mirip :D |
|
Me and my granny di pernikahan salah satu sepupuku |
|
Main 'bongkar-pasang' bersama Rahma, keponakanku |
No comments
Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<