Happy birthday to me (maybe)...
Tak ada muhasabah, tak ada
pesta, dan tak ada kado. Fairy tale sekali, ya. Semoga saja ini semua
berujung manis nantinya. Ditengah kawan-kawan yang sudah semakin
mengurangi perhatian. Ditengah keterasingan diperantauan. Berbekal doa
dan dukungan dari orang-orang yang kusayang. Aku bertahan disini. Dikota
yang tidak pernah kuidam-idamkan.
Memang tak ada kado.
Namun ibu selalu punya cara lain untuk memberi perhatian. Sebelum aku
berangkat keperantauan, dia memberiku sebuah cincin emas yang didapat
dari hasil jerih payahnya. Dia tidak pernah luput mengingat dan berusaha
merayakan apapun dengan caranya sendiri. Terimakasih, ibu. Nda sayang
ibu. *peluk*
Beruangku itu manis sekali. Dia menemaniku
sampai lewat tengah malam. Membangunkan tidurku dan bercakap melewatkan
angka dua puluh empat dari usiaku. Bermacam kata-kata dan laku dia
berikan. Satu hal yang membuatku haru, kehadiran dan keteguhannya, serta
apa yang telah kami capai selama ini.
Kemudian esok harinya dia
mengajakku kepantai, Wipi. Kami menyusuri beberapa pantai di Gunung
Kidul. Masih ditanggal duapuluh dan masih dengan kehampaan hari lahirku.
Entah mengapa aku merasa seperti begitu sepi. Wajar, kan, jika aku
menginginkan sekedar surprise, meski bukan hadiah berupa materi.
No comments
Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<