Preggo Stories: Menghadapi Kerepotan Netizen




Sabtu kemarin (31/3) saya ke Puskes lagi dianter sama HB. HB awalnya kayak yang males-malesan karena dia nyuruh saya pergi pakai gocar, selain biar aman dari guncangan dan getaran motor, HB berpikir kalau saya bisa sendiri pergi ke Puskes yang sama sekali nggak ramah itu.

Sebelumnya: 2nd Trimester dan Kejutan dari Kakak Plasenta

Iya, Puskes itu adalah Faskes I BPJS saya. Puskes lama yang emang dibangun di lahan sempit. Sudahlah sempit, lahannya kena gusur berkali-kali oleh kepentingan jalan.

Anehnya, Puskes ini selalu ramai. Makanya HB juga nyuruh saya siap-siap dari habis subuh. Tapi entah kenapa pagi itu badan saya lunglai, kayak dicabik-cabik, telapak tangan dan kaki rasanya sakit semua. Akhirnya kami baru berangkat jam 8 pagi. Sampai di sana saya dapat antrian pendaftaran nomor 42 sedangkan nomor yang dipanggil baru sampai di angka 7 -_______-

Puskes ini sangat nggak ramah. Sempit dan terkesan kumuh. Begitu juga dengan program dan layanannya. Saya iri demi membaca cerita Mak Dila, blogger Jogja yang HPL-nya percis dengan saya.

Katanya di Jogja, di Puskes tempat dia kontrol tersedia fasilitas macam-macam yang mendukung kesehatan perempuan hamil. Ada juga senam hamil yang ternyata dikasih makan setelahnya.


Di sini, setelah saya tanya apakah ada kelas edukasi perempuan hamil atau persiapan kelahiran dan senam hamil katanya nggak ada. Hanya ada program tersebut di Poskeskel, jadi Nakesnya yang mendatangi perempuan hamil itu. Itu pun entah kapan dan dimana nggak tau deh.

Soal pengetahuan tentang kehamilan pun saya harus yang aktif banget tanya-tanya. Lha imunisasi dan cek darah aja nggak bakal diungkit sepertinya kalau saya nggak ngejar terus dengan pertanyaan-pertanyaan. Jadi semuanya harus inisiatif sendiri dari kita deh. Makanya saya kesana ngejar suplemen sama imunisasi gratis. Saya juga batal cek darah kemarin gara-gara nggak bawa fotokopi KTP. Kata petugasnya, "yaudah nggak apa-apa bulan depan aja. Masih banyak waktunya (karena baru hamil 20 weeks)." Lha bukannya cek darah harus sedini mungkin ya?

Boro-boro saya mau ikutan kayak Mbak Diba cintaku yang lahiran di Puskesmas. Lha wong HB aja nyiumin botol parfum pas di Puskes. Apalagi saya, hahaha. Sangat memprihatinkan pokoknya. Saya sendiri belum tau, belum punya rencana mau lahiran dimana.

Iya saya bahkan belum tau mau lahiran dimana. Dokter obsgyn saya juga bilang santai aja karena masih lama. Yang penting sekarang observasi kesehatan kehamilan saya dulu. Jadi fokus saya hanya benar-benar gimana caranya mempersiapkan pendanaan dan gimana caranya supaya kehamilan saya ini sehat, lancar, bahagia. Itu dulu.

Sementara orang-orang malah ngeributin soal bayi saya kelak bakal laki-laki atau perempuan. Kalau saya jawab gatau katanya malah biar jadi kejutan. Yaudahlah netizen model begini mah diantepkeun weeeee. Kita mah fokus dengan planning aja. Bahkan ada yang JAHAT banget dan seolah menyangka kalau sakit saya itu hanya DRAMA.


Jadi ya, saya baru paham kenapa ada baby blues, depresi, sampai PPD. Karena perjalanan seorang perempuan hamil itu benar-benar di luar dari kontrol diri sendiri. Kondisi tiap orang yang hamil juga beda-beda. Gimana kondisi kehamilannya, kesehatannya, treatmentnya, keluhan-keluhannya, respon keluarga, respon lingkungan
kerja dan omaigat itu ternyata berpengaruh banget ke psikologis yang ujung-ujungnya ya bakal ngaruh ke kondisi fisik juga. Sungguh kompleks.


Jadi derita perempuan hamil dan melahirkan bukan sekedar dimulai ketika ada momwar SC atau normal, bahkan jauh sebelum itu. Bahkan sebelum si perempuan itu menyadari bahwa ada makhluk mungil yang tumbuh di uterusnya.

So, respect, us. Please. Nggak usah urusi yang bukan urusanmu.

No comments

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<